Share

Ancaman Delia

Author: Ayaya Malila
last update Last Updated: 2024-05-01 20:04:44

"Siapa ini?" tanya Abhimanyu, datar dan dingin.

"Oh, Pak Abhimanyu Cakra rupanya. Apa kabar?" Arga malah balas menyapa, seolah tak menghiraukan pertanyaan Abhimanyu. 

"Sekali lagi kutanya, siapa kamu? Ada perlu apa menelepon istriku pagi-pagi?" desis pria tampan itu. Raut wajahnya tampak begitu menakutkan.

"Istri yang mana, Pak? Arunika atau istri baru anda?" Arga seakan menguji kesabaran Abhimanyu, membuatnya menjauhkan telepon genggam dari telinga, lalu mengakhiri panggilan begitu saja.

Jemari Abhimanyu cekatan menyalin nomor telepon tersebut. Dia lalu membuka aplikasi pencari kontak. Dari aplikasi tersebut, Abhimanyu menemukan bahwa nomor tak dikenal itu ternyata adalah milik Arga Wasesa Dharmawan. "Aku seperti pernah mendengar nama itu," gumamnya.

Abhimanyu terdiam. Dia mencoba menggali ingatan. Angannya berputar kembali ke beberapa tahun silam ketika Abhimanyu mendatangi kediaman Hadiwinata untuk melamar Arunika. Di sana, terdapat kedua orang tua Arunika dan seorang pria seusia dirinya.

"Aku tidak sudi putriku dinikahi oleh laki-laki yang asal-usulnya tak jelas macam dirimu," ujar ayahanda Arunika waktu itu.

"Arunika hanya akan menikah dengan Arga. Mereka sudah kami jodohkan sejak lama," sahut ibunda Arunika.

"Oh, pria itu rupanya." Abhimanyu menyeringai sesaat setelah ingatan masa lalunya berakhir. Dadanya terasa sesak dan panas. Rasa cemburu mulai mengalir memenuhi hati dan pikiran.

Abhimanyu lalu meletakkan ponsel istrinya kembali ke tempat semula dan bergegas menuju kamar mandi. Didapatinya sang istri tengah berendam di bathup dengan posisi kepala mendongak. Pandangan Arunika kosong menerawang langit-langit ruangan.

"Apa kamu sedang memikirkan Arga?" tanya Abhimanyu tiba-tiba.

Arunika terkejut bukan kepalang. Sontak, dia menoleh ke arah Abhimanyu yang berjalan gagah mendekatinya. Pria itu masih dalam kondisi tanpa sehelai benangpun. Abhimanyu tak malu memamerkan otot-otot tubuhnya yang sempurna pada Arunika.

Dengan santainya, pria yang baru saja menikah dengan Delia itu masuk ke dalam bathup dan duduk lurus menghadap Arunika. "Sandiwara apa yang sedang kamu mainkan, Sayang?"

"Apa?" Arunika tampak kebingungan, sekaligus was-was.

"Jangan pernah berpikir untuk pergi dariku, Arunika," ujar Abhimanyu. "Kamu sudah memaksaku melakukan sesuatu yang tidak kusuka. Kamu telah menyiksaku. Jadi, jangan salahkan jika aku membalasmu dengan siksaan yang sama," lanjutnya seraya tersenyum penuh arti.

"Aku tidak mengerti, Mas ...." Arunika menggeleng pelan.

"Kamu tidak perlu mengerti," sahut Abhimanyu. Dia bergerak pelan, tapi pasti, mengungkung tubuh istrinya. Abhimanyu mencium bibir Arunika kasar, lalu berpindah menggigit leher jenjangnya. Tak ada lagi kelembutan dan kehangatan di sana.

"Mas, stop! Sakit," rintih Arunika memelas.

Akan tetapi, Abhimanyu tak peduli. Dia seakan melampiaskan segala amarah, kecewa dan cemburunya. Dia tak berhenti memacu diri meskipun Arunika berteriak dan mengiba supaya berhenti. Setelah menuntaskan hasratnya, barulah Abhimanyu melepaskan Arunika. Dia bangkit dari bathup, meraih handuk kemudian keluar dari kamar mandi begitu saja, meninggalkan sang istri yang meringkuk memeluk lutut dan menangis tersedu.

Abhimanyu mengenakan pakaian, lalu kembali ke hotel tempatnya melangsungkan resepsi tadi malam. Namun, betapa terkejutnya Abhimanyu saat memasuki kamar bertipe suite yang sudah Delia sewa untuk melewatkan malam pertama.

Kamar itu berada dalam kondisi berantakan. Kursi-kursi terbalik, seprei putih teronggok di lantai dan vas kaca berharga ratusan ribu, jatuh berkeping-keping, berserakan di lantai. "Apa-apaan ini?" seru Abhimanyu. Matanya nyalang mencari keberadaan Delia.

Sayup-sayup telinganya menangkap suara gemericik air. Abhimanyu pun bergegas masuk ke kamar mandi. Di sana, dirinya mendapati Delia tengah menangis di bawah shower. Tubuhnya yang masih berbalut kimono tidur, basah kuyup terkena guyuran air. "Kamu sudah merusah properti hotel, Del!" tegur Abhimanyu, tanpa memedulikan kondisi istrinya.

Delia yang awalnya menunduk, langsung menatap Abhimanyu tajam. "Oh, cuma itu yang kamu pedulikan, Bhim? Properti hotel?" geramnya.

"Kamu ingin aku bersikap bagaimana?" balas Abhimanyu enteng. "Bukankah yang penting kita sudah sah menjadi suami istri? Mau apalagi sekarang?"

"Ini pesta pernikahan kita, Bhim! Seharusnya kita melewatkan tadi malam bersama-sama!" sentak Delia. Wanita berambut sebahu itu mulai hilang kendali. 

"Masih banyak malam-malam lainnya yang bisa kita lewati bersama," sahut Abhimanyu dingin.

"Kamu ...." Delia mengarahkan telunjuknya tepat ke wajah tampan Abhimanyu. "Laki-laki macam apa kamu?"

"Apa tidak salah?" Abhimanyu tertawa pelan. "Perempuan macam apa yang telah merusak rumah tangga orang dan bersikap seolah tanpa dosa?"

"Ingat ya, Bhim! Istrimu sendiri yang bersedia dimadu, dengan sukarela!" tegas Delia penuh penekanan. "Kenapa harus aku yang disalahkan? Bisa saja selama ini dia memang hanya menginginkan hartamu!"

"Jangan sok tahu kamu, Delia!" hardik Abhimanyu.

"Aku menawarkan jalan keluar dan istrimu setuju! Bagian mana yang keliru?" Delia membela diri. "Sekarang perjanjian sudah dibuat. Suka tidak suka, kamu sudah terikat oleh perjanjian ini. Aku bahkan sudah menggelontorkan modal yang tidak sedikit untuk menyelamatkan perusahaanmu, Bhim! Di mana rasa terima kasihmu?"

"Kamu menjebak kami semua. Dari awal, aku sudah menolak keras, tapi kamu malah mendatangi mertua dan istriku secara diam-diam," tuding Abhimanyu.

"Menjebak kamu bilang?" Delia tertawa sinis. "Aku tidak peduli dengan tuduhanmu. Yang jelas, kita sudah membuat kontrak dan sah di mata hukum! Kalau sampai kamu mengingkarinya, siap-siaplah berhadapan dengan para pengacaraku," ancamnya.

"Oh, jadi seperti ini permainanmu?" Abhimanyu tersenyum masam.

"Ya, dan kalau kamu sampai macam-macam, bukan cuma kamu yang kuseret ke penjara, tapi juga Mama dan istrimu itu!" tegas Delia.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kurelakan Suamiku Mendua   Beautiful Ending

    "Ya, ampun. Mas Abhim ...." Arunika menutup mulutnya yang terbuka dengan kedua tangan. Terharu, bahagia, sekaligus malu, bercampur menjadi satu. "Yuk, Sayang." Abhimanyu mengulurkan tangan pada Arunika. Dia membawa sang istri tercinta masuk ke dalam sebuah bangunan lima lantai yang dulu pernah mereka jadikan tempat resepsi pernikahan. "Mas masih ingat dengan hotel ini?" Arunika terkikik geli. "Mana mungkin aku lupa, Run. Dulu, kita berikrar sehidup semati sekaligus mengadakan pesta di ballroom hotel ini." Abhimanyu mencolek ujung hidung istrinya gemas. "Malam pertama juga di hotel ini," ujar Arunika malu-malu. "Kamar Suite 301," timpal Abhimanyu. "Aku sudah memesannya untuk malam ini dan besok." "Yang benar saja, Mas!" Arunika terbelalak tak percaya. "Untuk merayakan ulang tahun pernikahan kita yang tertunda, Sayang." Abhimanyu berbisik lirih, tepat di telinga Arunika. Getaran halus seakan bermuatan aliran listrik, merambat ke seluruh pembuluh darah, menciptakan sensasi luar b

  • Kurelakan Suamiku Mendua   Meluruskan Semua

    Abhimanyu semakin mengeratkan genggaman di tangan istrinya saat mereka berjalan melintasi ruang tamu mewah kediaman Gayatri. Namun, langkahnya seketika terhenti ketika berpapasan dengan Arga yang baru saja masuk.Pria tampan itu seperti sudah biasa mendatangi rumah sang mertua. Terbukti dengan sikapnya yang bebas dan santai. Akan tetapi, bukan itu yang membuat Abhimanyu terkejut. Melainkan sosok wanita berpakaian rapi yang berdiri di samping Arga."Bi Ijah?" desis Abhimanyu dengan sorot tak percaya."P-pak Abhimanyu?" sahut Evelyn. Dia begitu salah tingkah ketika majikannya itu menatap dirinya penuh selidik."Sedang apa di sini?" tanya Abhimanyu curiga."Aku bisa menjelaskan, Mas," ujar Arunika lembut sembari mengusap lengan suaminya."Apa?" Abhimanyu mengalihkan perhatian pada sang istri, lalu menoleh pada Evelyn, kemudian kembali menatap Arunika. "Apa aku ketinggalan sesuatu? Atau kalian yang menyembunyikan sesuatu?" sindirnya."Bukan begitu." Arunika menghela napas panjang. Dapat d

  • Kurelakan Suamiku Mendua   Restu

    Abhimanyu berkali-kali mengusap telapak tangannya demi menghilangkan rasa gugup yang semakin mendera. Pertemuannya yang berlangsung alot dengan RImba tadi sama sekali tak ada apa-apanya dibanidingkan detik-detik memasuki gerbang besar kediaman keluarga Hadiwinata. Perjalanannya memasuki rumah paling mewah saat itu cukup lancar. Para satpam rumah terlihat begitu hormat padanya. Mereka bahkan menawarkan untuk memarkirkan mobil Abhimanyu, sehingga pria itu dapat leluasa memasuki rumah dan menemui mertuanya di ruang kerja. Sesampainya di sana, Abhimanyu sudah disambut oleh Gayatri dan putra tertua, Sagara. Mereka memandang aneh ke arahnya, membuat Abhimanyu salah tingkah. "Se-selamat siang," sapanya. Sekilas, ekor mata pria tampan itu melirik ke arah Arunika dan Fahad yang duduk di sofa. "Selamat sore," sapa Abhimanyu sedikit gugup. "Jadi, kamu adalah anak kandung Tuan Fahad Omar Al Attas?" tanya Sagara dingin, tanpa membalas sapaan Abhimanyu. "Iya, betul. Aku juga baru tahu aka

  • Kurelakan Suamiku Mendua   Lepas

    Abhimanyu melangkah gagah menuju ruangan penyidik. Di sana, Delia sudah menunggu bersama beberapa orang pengacaranya dan seorang pria yang membuat Abhimanyu langsung terpaku."Kenalkan, Bhim. Namanya Wildan. Dia yang akan membantu kita bernegosiasi dengan pihak kepolisian," tutur Delia. "Dia kenal dengan salah satu pejabat tinggi," bisiknya tepat di telinga Abhimanyu."Oh, ya?" Abhimanyu melirik ke arah pria bernama Wildan itu, dengan sorot aneh. "Aku juga sudah menyiapkan sejumlah uang untuk mengembalikan seluruh dana yang kamu investasikan ke perusahaanku. Dengan demikian, aku tidak memiliki utang sama sekali," paparnya."Apa?" Delia terbelalak tak percaya. "Ini bukan saatnya membicarakan hal itu, Bhim!""Oh, malah ini adalah saat yang paling tepat. Dengan aku mengembalikan semuanya, aku jadi tidak perlu ikut terseret dalam kasusmu," timpal Abhimanyu."Kamu tega membiarkan aku sendirian melalui ini semua, Bhim?" tanya Delia dengan nada tinggi."Kamu tidak sendiri, kok. Ada Wildan di

  • Kurelakan Suamiku Mendua   Bertemu Besan

    "Tenang saja, Bhim. Aku akan berusaha sekuat tenaga untuk meyakinkan mertuamu." Fahad Omar menepuk pundak putra kandung yang baru saja dia temukan."Baiklah, Pa. Kuserahkan semua padamu. Aku akan ke kantor polisi, menemui Delia dan menyelesaikan semua urusan," pamit Abhimanyu."Jangan lupa, tanyakan pada pihak penuntut, seberapa banyak yang mereka mau, aku akan melunasi seluruhnya," ucap Fahad.Abhimanyu sempat tertegun dan terdiam. Betapa keadaan bisa berbalik dengan begitu cepat. Kemarin dia yang membuang harga diri demi keinginan sang ibu, kini dapat tegak berdiri, menghadapi semua masalah dengan pikiran tenang, seolah kekuasaan sudah berada dalam genggamannya."Aku pergi dulu, Pa." Abhimanyu mencium punggung tangan Fahad, kemudian beralih pada Arunika. Dia mencium kening istrinya dengan penuh perasaan.Arunika dan Fahad memperhatikan langkah gagah Abhimanyu menjauh hingga menghilang di balik pintu restoran."Bagaimana? Apa kamu sudah siap?" tanya Fahad."Siap, Om." Arunika mengang

  • Kurelakan Suamiku Mendua   Perkenalan

    "Siapa?" tanya Arunika penasaran."Nanti kamu juga tahu sendiri." Abhimanyu tersenyum penuh arti seraya memutar kemudi. Dia melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, menuju salah satu restoran langganan di pusat kota, yang dekat dengan kantornya.Setelah memarkir kendaraan, Abhimanyu menggandeng Arunika dan menuntunnya masuk ke restoran. Langkahnya langsung tertuju pada salah satu meja yang terletak di sudut ruangan. Dia tak ragu menghampiri seorang pria paruh baya yang duduk seorang diri. Pria itu tampak asyik menggulir gawainya."Siapa dia, Mas?" bisik Arunika."Kenapa kamu tidak bertanya langsung saja padanya?" Abhimanyu malah menantang istrinya."Jangan bercanda ah, Mas!" sungut Arunika, membuat Abhimanyu tertawa renyah.Sontak, pria asing tersebut langsung mendongak. Tatapannya langsung tertuju pada Abhimanyu. "Hei, Nak! Sudah datang?" sapanya hangat dengan bahasa Indonesia yang terdengar sangat kaku."Nak?" ulang Arunika, seolah meyakinkan diri bahwa dia tak salah dengar."Oh,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status