Share

Bab 2. Terjual dengan Harga Tertinggi

"Ayo Nona Meyra, berputar lah." kata sang presenter sambil mendorong sedikit bahunya agar melakukan putaran.

Meyra melakukannya. Gaun biru laut sebatas betis yang ia kenakan saat ini berayun dan jatuh dengan sempurna. Memamerkan lekukan tubuhnya tanpa harus terlihat murahan.

Ini adalah gaun terbaik yang ia miliki. Gaun yang dijahitkan oleh neneknya sekitar dua tahun yang lalu. Namun, cukup jarang ia kenakan. Hanya di waktu-waktu tertentu saja.

Gaun itu memiliki lengan sebatas siku, dan kancing yang berjejer rapi di sepanjang dada hingga pinggang. Bagian roknya berbentuk circle hingga sebatas betis. Sederhana, namun sangat manis. Begitu yang dikatakan neneknya saat ia mengenakannya untuk pertama sekali.

"Bentuk tubuhnya sempurna. Dengan pinggul yang melengkung indah bak gitar spanyol." ujar sang presenter lagi. Lalu siulan terdengar dari arah kerumunan. Membuat wajah Meyra memerah karena menahan malu.

"Lihat dan perhatikanlah. Bentuknya yang sempurna. Aku berani menjamin ia tidak akan mengecewakan anda." lanjut sang presenter sambil merangkul bahunya.

"Tahan sebentar saja, Meyra!" batin gadis itu di dalam hati. "Ini tidak akan lama. Demi terwujudnya mimpi dan kehidupan yang lebih baik."

Jujur saja, ini adalah bagian yang paling dibenci Meyra dalam proses pelelangan ini. Mereka tidak hanya memamerkan keahlian yang ia miliki, namun juga bentuk tubuhnya.

"Tentu saja itu harus dilakukan, kemungkinan terbesar kau akan menjadi istri dari orang yang akan membeli dirimu, Meyra. Kita perlu membuat mereka tertarik. Apalagi yang paling bisa menarik minat para pria?" Begitu kata nyonya Kartika saat Meyra memprotes ketika wanita itu menjelaskan proses pelelangan ini.

Ia harus memberikan penampilan terbaiknya. Meyra sudah berusaha keras untuk hari ini, dan ia tidak akan mengacaukannya.

"Tapi, tentu saja bukan itu saja kelebihannya, ia memiliki stamina dan kekuatan yang luar biasa. Sebuah pribadi yang tidak kenal lelah dan pantang menyerah." lanjut sang presenter kembali memamerkan kelebihan yang ia miliki.

Tentu saja stamina Meyra sangat bagus. Ia terlatih dengan baik di alam. Dirinya bisa berburu dan berenang seharian, dan masih sanggup membereskan halaman rumah mereka.

"Ah ... Rumah itu. Aku akan menjualnya jika berhasil keluar dari pulau ini," pikir Meyra. Ia tidak ada niat untuk kembali kemari.

Tidak ada yang akan menahannya di pulau ini. Bahkan abu kremasi sang nenek juga sudah dialirkan di laut lepas. Ia hanya butuh mencari laut jika suatu saat merindukan sang nenek. Berenang dan menyelam seharian, seperti yang selama ini ia lakukan jika merindukan kedua orang tuanya.

"Kalian mengerti kan tuan-tuan? Untuk apa stamina liar itu?" Sang presenter bertanya sambil diiringi kekehan menjijikkan. Dan kerumunan kembali riuh dengan tawa dan siulan.

"Ayo, Kami akan membuka harga 1000 dollar. Itu sangat layak untuk dipertimbangkan." kata sang presenter mengumumkan harganya.

Itu adalah harga termurah dari list harga para gadis yang pernah dilelang. Alasan mereka adalah karena dirinya tidak cukup muda untuk menarik minat pembeli.

Memang benar. Ia sudah berumur 25 tahun. Sedangkan umumnya gadis yang dilelang adalah berumur 18-21 tahun.

"Harus aku akui, ia memang tidak terlalu mahir di dapur, tapi ia cukup pandai berbenah. Anda tetap tidak akan menyesal jika mendapatkannya."

Jantung Meyra berdebar semakin kencang. Ia mulai meragukan bahwa dirinya memang ada yang menginginkan. Pengunjung tampak saling berbisik dan menilai. Beberapa bahkan ada yang tertawa.

"Apakah mereka menertawakan diriku?" Mau tidak mau, pertanyaan itu terbersit dalam pikirannya.

Meyra tidak mungkin dapat menyelamatkan mukanya jika itu terjadi. Kenyataan bahwa ia harus kembali dari pelelangan ini tanpa ada seorang pun yang menginginkan dirinya.

Bahkan, jika yang menginginkannya adalah seorang wanita, ia akan bersyukur saat ini.

Diinginkan oleh seorang wanita berarti ia akan berakhir menjadi pelayan. Hal itu tidak terlalu buruk jika dibandingkan dirinya harus kembali dengan tangan kosong.

Setidaknya, ia akan pergi dari sini. Terserah jika orang desa akan menggunjing dirinya di belakang.

"Ayo lah, tuan-tuan dan nyonya-nyonya. Nona Meyra tidak akan mengecewakan anda. Aku berani jamin itu. Ia adalah wanita yang cerdas dan cepat beradaptasi."

Meyra menatap kerumunan dengan gugup. Matanya kembali tertuju pada lelaki yang berada di barisan belakang sana.

Wajah lelaki itu terlihat kaku. Namun, harus diakui cukup tampan untuk menarik perhatian. Menarik perhatiannya.

***

"1500 dollar."

Alan mendengar seorang pria bertubuh gemuk mengacungkan tangan dan memberikan penawaran. Ia benar-benar merasa muak. Dari wajahnya yang menyeringai mesum saja sudah terlihat jelas apa motif lelaki itu membeli wanita di atas panggung sana. Ia merasa kasihan pada wanita itu.

Wanita itu adalah gadis terakhir yang dilelang pada hari ini. Dan terlihat sangat gugup dalam balutan gaun biru sederhana yang ia kenakan.

Pakaiannya cukup sopan dan tertutup. Bisa dikatakan paling tertutup dari ketiga gadis yang dilelang hari ini.

"Apakah ia dipaksa untuk melakukan ini? Wajahnya terlihat tertekan?" pikir Alan.

"1600 dollar." Pria lainnya ikut menawar.

"1600 dollar! Wow, angkanya terlihat akan semakin bertambah besar. Ini sangat menarik. Ada lagi yang ingin menawarkan?" ujar sang presenter.

"2000 dollar." Mr. Handoko menawar dari samping Alan. Ia menatap rekan bisnisnya itu tidak percaya.

"Apa istrimu akan setuju dengan ini?" sindir Alan tajam.

Mr. Handoko meliriknya geli. "Ia tidak perlu tau, Mr. Sanders. Aku bisa menempatkannya pada salah satu mansionku, dan akan mengunjunginya secara rutin." kekeh Mr. Handoko pelan.

Alan mengerutkan hidungnya sekilas. Menyembunyikan rasa jijik yang seketika menghampirinya.

Jujur saja, ia bukan manusia suci. Dirinya juga kerap meniduri wanita mana pun yang ia inginkan. Biasanya akan selalu ada yang melemparkan diri ke atas pangkuannya dengan suka rela. Namun, tidak ada satu pun diantara mereka yang terikat dengannya. Tidak setelah Selena mengkhianatinya dulu.

Alan kembali melirik rekan bisnisnya yang terlihat bersemangat di sampingnya itu. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa lelaki itu berminat pada hal-hal semacam perbudakan. Lalu pandangan Alan kembali tertuju ke depan. Ke atas pentas di mana gadis malang yang terlihat gugup itu berada. Ia tampak memilin kedua tangannya di depan perut. Matanya tampak melirik ke kiri dan ke kanan dengan cemas.

Sungguh wanita yang malang. Ia tidak dapat membayangkan apa yang dilewati wanita itu selama ini.

"10.000 dollar!" Alan mengangkat tangannya dan mengeraskan suara. Memberikan penawaran yang jauh melebihi harga yang ditawarkan pembeli lainnya.

Semua mata seketika tertuju pada lelaki itu dengan paras tidak percaya. Termasuk Mr. Handoko yang kini menatapnya dengan mulut melongo. Lalu sedetik kemudian kembali memberikan cengiran menggodanya yang menjijikkan.

Alan hanya mendengus tidak peduli menanggapi sorot tidak percaya dari puluhan pasang mata di sekitarnya.

"Wow! 10000 dollar! Itu adalah harga termahal sejauh pelelangan ini terjadi." Sang presenter terdengar takjub dan tidak percaya.

"Apakah ada yang menawarkan lebih tinggi?" tanya lelaki di atas panggung itu lagi dengan penuh semangat.

Tidak ada yang menyahut. Baguslah. Setidaknya ia dapat membebaskan gadis itu setelah ini.

"10000 dollar 1 ... 10000 dollar 2 ... 10000 dollar 3! Dan yaaa, Nona Meyra terjual kepada Tuan ..."

"Alan Sander!" Mr. Handoko berteriak mewakili Alan mengumumkan namanya.

"Aku hanya ingin membebaskan gadis malang itu dari sistem perbudakan gila ini. Hanya itu," pikir Alan sambil mengangguk yakin.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status