Share

Salah Tingkah

Ucapan Rindu membuat Topan tersadar bahwa dirinya tidak pantas memakaikan sabuk pengaman itu untuk wanita lain, selain istrinya sendiri. Dia merasa malu karena membuat Rindu salah paham atas sikapnya itu. Topan segera menghentikan aktivitasnya dan meminta maaf kepada Rindu.

"Maaf, seharusnya aku tidak melakukan ini. Nanti akan kuperbaiki sabuk pengamannya secepat mungkin," kata Topan dengan rasa penyesalan.

Rindu tersenyum dan mengangguk. "Tidak apa-apa, Mas. Aku mengerti kok."

Dia mencoba mengerti atas apa yang diucapkan Topan. Dia pikir, Topan salah tingkah terhadap dirinya. Namun, kenyataannya tidak seperti itu. Mereka berdua melanjutkan perjalanan dengan perasaan kaku dan hening. Tidak seperti layaknya teman kerja biasa.

Setibanya di kantor, Rindu langsung keluar dari mobil dan mengucapkan rasa terima kasihnya pada Topan. Dia harus segera masuk karena acara rapat di kantor akan segera dilaksanakan.

"Mas, aku masuk duluan, ya. Sepertinya rapat akan segera dimulai," kata Rindu dengan tergesa-gesa. "Oh iya, makasih atas tumpangannya, nanti jam istirahat, kita makan siang bareng ya, biar aku yang traktir."

Namun, saat Topan hendak menjawabnya, Rindu sudah melangkah pergi karena terburu-buru. "Eh, jangan. Aku tidak ...."

Dan hal itu tidak bisa ia katakan kalau dirinya tidak ingin makan siang bersama, karena niatnya dia mau pulang jika jam istirahat sudah tiba.

"Biar nanti aku bicara lagi sama dia, toh aku sudah punya istri yang pintar masak, ngapain juga makan di luar," gerutu Topan saat keluar dari mobilnya. Ia pun segera melangkah pergi menuju ke dalam kantor.

Topan dan Rindu memang bekerja di kantor yang sama, tapi mereka beda departemen. Sehingga, mereka tidak akan bertemu saat bekerja karena beda tempatnya. Topan berada di lantai 5 sedangkan Rindu berada di lantai 7. Sehingga, mereka tidak akan pernah tahu kabar dari masing-masing, termasuk pernikahan Topan yang kedua. Yang Rindu tahu, Topan masih menduda dan belum menikah lagi.

Temannya, yang sudah duduk lebih dulu tidak bisa menahan rasa penasaran dan akhirnya mengungkapkan keheranannya.

"Alamak, cerah sekali wajah kau, Rindu. Pasti ada sesuatu yang membuatmu jadi begini," kata temannya saat Rindu hendak duduk di kursi yang sudah tersedia. Mereka rupanya belum melaksanakan rapat karena masih menunggu atasannya yang belum datang.

"Ya, begitulah. Rupanya tragedi mobil mogok menjadi salah satu momen yang tidak bisa aku lupakan," kata Rindu berbunga-bunga. Wajahnya terpancar keceriaan yang tak terbendung.

Teman Rindu semakin penasaran dan bertanya, "Hah, apaan itu? Mobilmu mogok? Terus?"

"Apa kamu tahu? Saat mobilku mogok, Mas Topan datang dan menjadi penyelamatku," kata Rindu dengan ceria. "Dia menawarkan tumpangan agar aku tidak telat masuk kantor."

Teman Rindu terkejut, "Topan yang ada di departemen keuangan?"

"Iya, betul sekali!" kata Rindu penuh semangat.

"Terus? Kamu mau?" tanya temannya mengernyitkan alisnya.

"Ya mau lah, siapa sih yang gak mau sama duda keren dan kaya seperti mas Topan? Semua orang pasti menginginkannya!" kata Rindu dengan antusias. "Dia juga orangnya romantis, aku sampai dipakein sabuk pengaman sama dia. Kan jadinya aku malu."

"Cie, yang lagi berbunga-bunga sama si duda keren. Tapi awas loh hati-hati, siapa tahu dia sudah punya istri baru. Kita kan gak tahu keadaan dia seperti apa di sana, kecuali kalau satu departemen, mungkin beda lagi ceritanya."

Teman Rindu memberikan peringatan agar Rindu tetap berhati-hati. Keadaan Topan di luar kantor tidak diketahui dengan pasti, kecuali jika mereka berada dalam satu departemen. Teman Rindu ingin memastikan bahwa Rindu tidak terlalu terbawa perasaan. Keadaan sebenarnya dari Topan di luar kantor masih menjadi misteri, dan penting bagi Rindu untuk tidak terlalu terjebak dalam kesan awal yang mungkin tidak sepenuhnya mencerminkan keadaan sebenarnya.

Mendengar hal itu, Rindu langsung terdiam. Tapi dari lubuk hatinya yang paling dalam, dia yakin bahwa tidak ada kabar yang beredar jika Topan sudah menikah lagi. "Aku yakin, mas Topan masih menduda sampai sekarang ini. Kalau iya sudah menikah lagi, mungkin dia tidak akan perhatian seperti tadi."

Meskipun Rindu tidak memiliki bukti yang pasti, namun dari pengamatannya selama ini, Topan terlihat lebih fokus pada pekerjaannya dan tidak terlalu tertarik untuk menjalin hubungan yang serius. Rindu berharap bahwa suatu hari nanti Topan akan menjadikannya sebagai istri.

***

Saat jam istirahat di kantor telah tiba, Rindu merasa antusias untuk segera pergi ke kantin. Ia berencana mengajak Topan, teman kerjanya, untuk makan siang bersama. Namun, ketika Rindu tiba di lantai 5, ia tidak melihat Topan di ruangannya.

Rindu pun bertanya kepada seorang karyawan yang berada di sana, "Mas Topan kemana ya? Kok tidak ada di ruangannya?"

Karyawan tersebut menjawab dengan ramah, "Oh, mas Topan sedang izin pulang dulu, Mbak. Akhir-akhir ini kalau jam istirahat tiba, dia suka langsung pulang."

Rindu merasa sedikit kecewa mendengar kabar tersebut. Ia merasa penasaran dan ingin tahu apa yang membuat Topan selalu pulang saat jam istirahat. Pikirannya mulai melayang, "Apa aku sebaiknya pergi ke rumahnya saja?"

Sebelum bergerak pergi, Rindu memutuskan untuk menghubungi Topan melalui ponselnya. Ia ingin menanyakan langsung alasan Topan kenapa harus pulang saat jam istirahat tiba. Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya Topan menjawab telepon.

"Halo, Topan. Ini Rindu. Aku tadi ke ruanganmu tapi kamu sudah pulang. Kenapa pulang? Apa kamu sakit?" tanya Rindu dengan rasa penasaran yang tinggi.

Topan terdengar sedikit tidak jelas saat menjawab telepon karena dirinya sedang makan. "Halo, Rindu. Maaf, aku pulang dulu. Tidak, aku tidak sakit. Hanya saja, akhir-akhir ini aku lebih suka makan di rumah," jawab Topan dengan suara yang terdengar ceria.

Rindu merasa lega mendengar bahwa Topan tidak sakit. Namun, keingintahuannya masih belum terpuaskan. "Katakan saja, apa yang terjadi, Topan? Apakah memang karena hanya ingin makan di rumah, atau ada alasan lain?" tanya Rindu dengan nada khawatir.

Topan menghela nafas sejenak sebelum menjawab pertanyaan Rindu. Ia tahu bahwa temannya itu tidak akan puas dengan jawaban yang seadanya. "Aku hanya ingin menikmati masakan yang ada di rumah. Kamu tidak usah cemas, aku baik-baik saja," ucap Topan dengan tegas.

Namun, Rindu tampak kecewa dengan jawaban Topan. "Tapi... aku kan tadi sudah bilang, kalau aku mau traktir kamu," ucap Rindu dengan nada kecewa.

Topan ingin menjelaskan lebih lanjut, namun saat itu ia sedang makan. "Maaf ya, aku tutup dulu. Aku lagi makan nih," ucap Topan sambil mematikan ponselnya.

"Ish, kenapa dimatikan, aku belum selesai bicara," gerutu Rindu sambil mengotak-atik ponselnya. Dan disaat Rindu sedang fokus pada ponselnya, tiba-tiba saja ada seseorang yang datang menghampiri Rindu. Dia bernama Wisnu. Dia sangat tahu betul bagaimana sikap Rindu pada Topan, karena mereka begitu akrab.

"Rindu, kamu ngapain ada di sini," tanya Wisnu dengan ceria. "Mau nyari Topan ya?"

"Hai, Wisnu. Iya nih, asem banget ternyata dia Uda pulang, padahal aku mau ajak dia makan di luar." Rindu segera memasukkan ponselnya ke dalam saku.

"Lah, sekarang dia gak bakalan mau makan di luar lagi, dia kan sudah punya istri baru!" celetuk Wisnu dengan semringah. "Jelaslah, masakan istri lebih enak daripada masakan luar."

Mendengar hal itu, Rindu langsung membelalakkan matanya. "Istri baru? Sejak kapan dia menikah lagi?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status