Share

Modus

Wisnu mengernyitkan alisnya, "Memangnya selama ini kamu tidak tahu kalau Topan sudah menikah lagi?"

"Tidak!" kata Rindu dengan suara bergetar dan terlihat syok. "Aku tidak pernah tahu soal itu. Memangnya, kapan dia menikah?" tanya Rindu sedikit kecewa.

"Dua Minggu yang lalu," kata Wisnu dengan cepat.

"Terus, kenapa kamu nggak ngasih tahu aku?" tanya Rindu lagi sedikit menyentak. Hatinya sudah remuk dan patah setelah mendengar Topan sudah menikah lagi.

"Aku juga tidak menyangka dia akan menikah lagi. Padahal, dulu bilangnya belum ada niat untuk menikah, tapi sekarang—"

Belum juga Wisnu selesai bicara, Rindu langsung menyelanya, "Sudahlah, aku pergi dulu!"

Rindu merasa marah dan sedih saat Wisnu memberitahunya bahwa Topan, telah menikah dua minggu yang lalu. Rindu merasa terluka karena tidak pernah mengetahui bahwa Topan telah memiliki kekasih dan memutuskan untuk menikah. Wisnu mencoba menjelaskan bahwa dia tidak bisa memberitahu Rindu karena saat itu dirinya sedang berada di luar kota untuk bertugas. Topan tidak pernah terlihat memiliki kekasih sebelumnya, jadi ini benar-benar mengejutkan bagi mereka berdua.

"Kau mau kemana? Jam istirahat masih belum selesai!" teriak Wisnu. Namun, Rindu tidak mendengarkan ucapan Wisnu, dia tetap melangkah pergi meninggalkan pria itu.

Rindu merasa semakin panas dan tidak bisa menahan air matanya. Dia merasa kecewa dan bertanya-tanya bagaimana dia bisa tidak mengetahui bahwa Topan telah menikah. Air mata mulai mengalir di pipinya karena perasaan kesal yang tidak bisa ditahan. Rindu merasa ingin melihat istri baru Topan dan mencari tahu lebih lanjut tentang pernikahan mereka. Hatinya sudah hancur, dia tidak bisa menerima kenyataan yang pahit ini. Dia tidak bisa melupakan perasaannya terhadap Topan. Apa yang ia inginkan harus ia dapatkan juga.

"Aku harus melihatnya, seperti apa istri barunya mas Topan itu. Tapi bagaimana caranya?" kata Rindu dalam hatinya.

Rindu merasa sangat tidak sabar untuk mengunjungi rumah laki-laki yang dicintainya. Hatinya berdebar-debar saat dia memikirkan perempuan yang telah berhasil merebut Topan dari dirinya. Dia tidak menyangka, ternyata Topan tidak memilihnya untuk dijadikan sebagai istri, malah perempuan lain yang belum Rindu kenali. Namun, sebelum dia pergi, Rindu merasa perlu meminta izin kepada kepala staf untuk pulang lebih awal. Dia memberikan alasan bahwa ada urusan keluarga yang mendadak dan harus segera diselesaikan.

Setelah keluar dari kantor, Rindu segera mencari taksi. Mobil pribadinya sedang dalam perbaikan di bengkel, dan dia tidak ingin menunggu lebih lama lagi. Dia ingin segera sampai di rumah Topan. Saat dalam perjalanan, pikiran Rindu teralih pada kedua anak Topan. Dia teringat bahwa saat ini adalah waktu yang tepat untuk mereka pulang dari sekolahnya.

"Eh, ini kan waktunya anak-anak Topan pulang sekolah, aku bisa saja menjemput mereka. Setidaknya, aku memiliki alasan yang jelas untuk datang ke rumah mereka," gumam Rindu dalam hati.

Setelah beberapa saat, taksi yang ditumpangi Rindu tiba di depan sekolah anak-anak Topan. Rindu melihat kedua anak itu keluar dari pintu sekolah dengan senyum cerah di wajah mereka. Mereka terlihat sangat senang ketika Rindu datang menghampirinya. Mereka sudah akrab semenjak ibu mereka sudah tiada.

"Hai, Galih, Gina!" sapa Rindu sembari membukakan pintu mobil.

"Tante!" kata Galih senang. "Tante apa kabar?"

"Kabar Tante baik, kalian belum ada yang menjemput kan? Ayo Tante anterin kalian pulang," ajak Rindu penuh harap.

"Tapi ...."

"Udah, ayo naik! Sama Tante masa gak mau," kata Rindu sedikit memaksa.

"Ya udah deh, ayo Galih kita ikut pulang sama Tante Rindu aja," ajak Gina pada adiknya. Dan Galih hanya manggut-manggut saja karena setuju.

Rindu merasa hangat di hati melihat kebahagiaan anak-anak Topan yang tumbuh begitu cepat. Dia tahu bahwa meluluhkan hati seorang anak itu sangat susah. Tapi, demi mendapatkan hati Topan kembali, dia harus berpura-pura baik di depan anaknya agar dirinya semakin dekat dengan Topan. Tidak membutuhkan waktu yang lama, mereka semua pulang ke rumah bersama-sama.

Selama perjalanan, Rindu dan kedua anak Topan saling berbincang dengan penuh antusias. Rindu sangat ingin tahu tentang ibu baru mereka dan dengan penuh harap, ia mendengarkan apa yang dikatakan oleh kedua anak tersebut. Namun, yang terungkap dari mulut mereka adalah cerita tentang kejelekan ibu barunya. Rindu merasa ada titik harapan di sana untuk merebut kembali apa yang seharusnya menjadi miliknya. Mungkin, dengan mengetahui kejelekan ibu baru tersebut, Rindu bisa menemukan cara untuk menyingkirkannya.

Setibanya di depan rumah, Rindu dan anak-anak Topan segera turun dari mobil dengan penuh semangat. Mereka melangkah menuju pintu rumah dengan antusiasme yang terpancar dari wajah mereka. Kebetulan, Topan masih berada di dalam rumah, belum kembali ke kantornya.

"Aku pulang!" teriak Galih dengan riang. Sementara itu, Gina dan Rindu hanya diam sambil berjalan menuju ruang tamu. Mereka tampak sedikit tegang, mungkin karena suasana yang agak canggung karena sebentar lagi pasti bertemu dengan ibu tirinya.

Dengan cepat, Revalina, menyambut mereka dengan senyuman hangat. "Loh, kalian pulang sama siapa? Kan papa kalian ada di sini," tanya Revalina dengan rasa penasaran.

"Kamu tidak lihat kita diantar pulang sama siapa?" cetus Gina dengan sedikit kesombongan dalam suaranya.

Revalina pun langsung melirik ke arah Rindu. Dia merasa sedikit tidak enak hati atas sikap anak tirinya saat berhadapan dengan Rindu. Namun, sebelum Revalina sempat mengatakan sesuatu, Topan tiba-tiba datang menghampiri mereka dengan ekspresi heran di wajahnya.

"Rindu? Kamu ngapain kesini?" tanya Topan dengan rasa penasaran yang terpancar dari matanya.

"Kita pulang diantar sama Tante Rindu, Yah!" sambung Galih dengan cepat, mencoba menjelaskan situasi kepada ayahnya.

"Apa!" tanya Topan dengan alis yang terangkat. "Kok bisa?"

"Iya, Mas. Kebetulan pas di jalan, aku bertemu mereka. Jadi aku sekalian antar mereka kesini," sambung Rindu dengan senyuman manis di wajahnya.

"Iya, Yah. Tante Rindu ini baik banget, cantik lagi, gak seperti dia!" kata Gina sembari mendelik ke arah Revalina dengan tajam.

"Gina! Jaga ucapanmu!" kata Topan yang tak kalah tajam dengan tatapannya. Namun, anak itu segera pergi dari hadapan mereka. Dia tidak peduli dengan amarah ayahnya, yang penting sudah puas membuat Revalina sakit hati.

"Sudah, Mas. Jangan dianggap serius, aku tidak apa-apa kok," kata Revalina lirih.

"Dia semakin kesini, semakin kurang ajar!" kata Topan penuh emosi.

"Duh, maaf ya, gara-gara aku kesini, suasananya jadi panas. Aku pulang dulu kalau begitu," kata Rindu sengaja dengan ekspresi sedih.

"Tante Rindu mau pulang sama siapa? Katanya mobilnya mogok?" tanya Galih. "Dianterin sama papa aja ya, kan papa juga mau keluar lagi, iya kan, Pa?"

Mendengar hal itu, membuat Revalina semakin tidak enak hati. Ada rasa cemburu dalam hatinya, tapi ia pertahankan agar tidak terlihat oleh mereka.

"Tidak, Galih. Tante mana mungkin dianterin sama papa kamu, nanti ibumu marah," kata Rindu pada Galih. Namun, tatapannya tidak lepas ke arah Revalina.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status