Share

Tidak Tahu Malu

Rindu, memang wanita yang tidak tahu malu. Segala cara untuk mendapatkan hati Topan sudah ia lakukan, tapi ternyata Topan malah memilih Reva untuk dijadikan istrinya. Rasa iri dan cemburu semakin memuncak apalagi setelah melihat penampilan Reva yang biasa saja. Ya, Reva memang tidak secantik Rindu, tapi untuk soal perilaku, dia memiliki hati yang tulus nan suci, tidak seperti watak yang dimiliki Rindu. Sehingga, ini menjadi salah satu keinginan Topan untuk menikahinya.

"Mas, pekerjaanmu kan belum selesai. Kalau mau sekalian ajak mbak Rindu ke kantor juga gak apa-apa, satu kantor ini kan," kata Reva sambil tersenyum. Dalam hatinya memang kesal pada wanita itu, tapi Reva harus bersikap seperti tidak terjadi apa-apa. Cemburu wajar, karena ini menyangkut masalah hati.

"Tapi ...."

Belum juga Topan selesai bicara, Gina langsung menyelanya, "Sudah, cepat berangkat, Pa. Nanti keburu hujan!"

Topan mengangguk dan melirik ke arah Rindu, "Baiklah, ayo berangkat."

Rindu merasa senang dalam situasi ini. Tapi dia berusaha untuk bersikap seperti biasa saja. Namun, perasaannya sulit untuk disembunyikan. Dia mencoba tersenyum dan menjawab, "Baiklah, ayo!"

Setelah berpamitan, mereka berdua berangkat ke kantor lagi dalam diam. Rindu merasa tegang dan tidak tahu harus berkata apa karena biasanya tidak pernah seperti ini. Dia merasa bahwa Reva adalah ancaman bagi hubungannya dengan Topan. Rindu yakin, dirinya tidak akan pernah bisa bersaing dengan pesona yang diberikan oleh Reva. Karena Rindu percaya diri bahwa, kecantikan dan penampilan, hanya dirinyalah yang lebih unggul.

"Maaf ya, Mas. Aku jadi gak enak sama istri barumu itu. Padahal aku niatnya memang mau anterin anak-anak pulang, tapi malah jadi kayak gini," kata rindu berusaha untuk mencairkan suasana.

"Tidak masalah, hanya saja aku sedikit heran. Kok, kamu bisa tahu anak-anak pulang di jam segini? Dan bukannya kamu tidak menyukai anak-anak? Kenapa harus peduli?" kata Topan sambil melirik ke arah Rindu.

"I-itu ... itu karena kebetulan saja," jawab Rindu sedikit gugup.

Mengingat kembali dulu, sebelum menikah dengan Reva, keduanya telah menjadi teman baik selama bertahun-tahun dan saling mendukung dalam pekerjaan mereka. Namun, perasaan mereka tumbuh setelah mendiang istrinya Topan meninggal. Topan sempat menyukai Rindu, tapi hal itu hanya sesaat. Sebab, Rindu sempat berkata bahwa dirinya tidak menyukai anak-anak. Dan itu menjadi alasan Topan untuk menjaga jarak darinya. Bagaimana bisa dirinya menikahi Rindu, sementara wanita itu tidak menyukai anak-anaknya? Sungguh membuat Topan merasa terpukul.

"Oh, mulai nanti ke depannya, kamu tidak usah menjemput anak-anakku lagi. Mereka sudah punya ibu yang akan mengurusnya. Mendingan, kamu fokus saja dengan pekerjaanmu itu," kata Topan sambil fokus menyetir mobilnya.

Mendengar hal itu, Rindu langsung membelalakkan matanya. Ia tidak percaya dengan apa yang sudah dikatakan oleh Topan. "Ke-kenapa?"

"Seperti yang aku katakan tadi, mereka sudah mempunyai ibu baru, jadi kamu tidak perlu repot-repot menjemputnya," kata Topan dengan santainya.

Rindu mencengkram kuat menahan amarahnya. Dia sangat jengkel dengan apa yang sudah Topan katakan. Niat hati ingin dipuji Topan, malah malu yang ia dapatkan.

Sesampainya di kantor, suasana menjadi semakin tidak nyaman. Mereka saling berbisik seakan sedang membicarakan dirinya. Rindu merasa bahwa semua orang di kantor mengetahui tentang hubungan Topan dan Reva. Dia merasa seperti orang ketiga yang tidak diinginkan. Rindu mencoba untuk fokus pada pekerjaannya, tetapi pikirannya terus menerus terganggu oleh kehadiran Reva.

"Rindu, bukannya kamu udah izin untuk pulang lebih dulu? Kenapa sekarang kembali ke kantor lagi?" tanya salah seorang karyawan di sana.

Mendengar hal itu, Rindu langsung tercengang, ia lupa bahwa dirinya memang sudah izin untuk pulang lebih dulu. Itu semua karena dirinya ingin mengikuti Topan, tapi nyatanya semua tidak berjalan dengan baik. Bahkan, lebih malu dari ucapan Topan.

"Sial!" kata Rindu dalam hatinya. "Bisa-bisanya aku lupa!"

"Lah, tadi aku lihat, dia kembali bersama Topan," kata yang lainnya.

"Iya kah, Rindu?" kata salah satu temannya lagi sambil menatap ke arah Rindu. Dan itu membuat Rindu semakin tidak nyaman.

"Kalian ini kenapa sih, kepo aja sama urusan orang. Aku mau balik lagi ke sini atau nggak, itu bukan urusan kalian," kata Rindu kesal.

"Ya, tapi kan ini aneh, Rindu. Kamu balik lagi ke sini untuk apa? Sementara, dirimu sudah izin untuk pulang. Dan lagi, kamu kembali bersama Topan, apa itu tidak membuat kita curiga?"

"Memangnya kenapa kalau aku pergi bareng sama Topan? Kita bekerja bareng di satu perusahaan yang sama, kenapa kalian mempermasalahkannya!" ucap Rindu sedikit menyentak.

"Ya memang tidak ada yang salah. Tapi masalahnya, Topan sudah menikah, dan kamu masih ingin dekat-dekat dengan dia, apa itu tidak mengundang gosip?"

"Iya, harusnya dirimu jaga jarak sama Topan. Gak baik dekat-dekat terus sama lelaki yang sudah beristri."

"Suka-suka akulah, kenapa kalian yang repot!"

Semakin lama, Rindu semakin muak dengan pembicaraan mereka. Ia segera pergi dari hadapan teman-temannya dan memilih keluar dari area itu.

"Lah, dibilangin malah kabur. Susah emang kalau orang keras kepala seperti dia, dibilangin malah ngeyel, maunya menang sendiri," kata teman-temannya.

***

Setelah keluar dari kantornya, Rindu mulai melampiaskan kekesalannya dengan sedikit berteriak, "Sial!"

Dan itu membuat beberapa orang yang berjalan di dekatnya langsung melirik ke arah Rindu. Mereka semua melihat dengan tatapan aneh dan keheranan. Sementara Rindu, dia sendiri tidak peduli dengan lingkungan di sekitarnya. Yang penting dirinya bisa melampiaskan amarahnya yang sudah terpendam sedari tadi.

"Kenapa mereka selalu ikut campur dalam urusanku. Kalau mereka terus seperti ini, aku tidak akan tinggal diam. Lihat saja nanti, semakin mereka membela si wanita jelek itu, semakin aku berani untuk bertindak!" kata Rindu dengan penuh amarah.

Tidak lama kemudian, suara ponselnya berdering, dan membuat Rindu tersadar dari situasi yang menjengkelkan itu. Setelah Rindu mengangkat panggilan itu, dirinya segera pergi dan memberhentikan mobil taksi untuk pergi ke sebuah bengkel mobil.

Saat di perjalanan, Rindu malah melihat sosok yang tidak asing bagi dirinya. Seorang wanita paruh baya berusia sekitar 50 tahunan. Dia terlihat sangat kerepotan dengan membawa beberapa barang dalam bag belanjaannya. Dia sendiri seperti sedang menunggu jemputan karena tidak biasanya wanita paruh baya itu pergi sendirian.

"Loh, Tante itu ngapain ada di sana?" gumam Rindu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status