Share

KPS - 5

Penulis: Reinee
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-03 19:29:52

"Bu, eyang datang."

Aku sedang berkutat di dapur untuk mempersiapkan makan malam saat Sofia mengabarkan kedatangan kakek dan neneknya sore itu.

Mereka adalah orang tua Mas Dhani, karena kedua orang tuaku sendiri sudah berpulang beberapa tahun yang lalu.

"Oh iya? Di suruh masuk eyangnya, Dek. Ibu cuci tangan dulu."

"Sudah, Bu. Sudah di ruang tamu kok," jawab anak gadis remaja itu.

Aku sudah menduga. Mertuaku pasti akan datang sebagai penengah dalam permasalahan kami.

Usia ayah dan ibu Mas Dhani sudah cukup lanjut, itulah alasan kenapa selama ini dia tak mengijinkan aku dan anak-anaknya ikut tinggal di perantauan bersamanya. Mas Dhani adalah anak tunggal. Kedua orang tuanya juga tidak pernah bersedia diajak pindah dari rumah mereka. Untuk alasan itulah, aku harus rutin mengunjungi untuk memastikan kondisi mereka baik-baik saja.

Selama ini aku hampir tidak pernah mengeluh dengan semuanya, meskipun terkadang rasanya cukup berat. Kini, aku merasa semua yang kulakukan selama ini sia-sia, melihat suamiku justru tega menikah lagi dengan wanita lain.

Seperti biasa, ku cium takzim tangan keduanya yang sudah duduk di ruang tamu. Sekilas aku bisa melihat raut kurang bersahabat di mata keduanya kali ini. Aku yakin, Mas Dhani pasti sudah menceritakan hal-hal buruk tentangku pada kedua orang tua.

"Ibu langsung saja ya, Nduk. Bapak sama ibu ke sini untuk meluruskan masalah yang terjadi antara kamu dengan Dhani." Ibu mertua langsung berucap tanpa basa basi. "Kalian berdua itu tidak boleh bercerai. Kamu harus memikirkan nasib anak-anakmu. Kalau sampai kalian pisah, bagaimana nanti masa depan mereka tanpa kehadiran ayah?"

"Maaf, Bu ...."

"Jangan disela dulu omongan ibu. Kamu dengarkan saja!" Wanita baya itu nampak menghela nafas sebelum akhirnya berbicara panjang lebar yang membuat aku akhirnya tahu apa sebenarnya maksud dari kedatangan keduanya.

"Tentang Dhani menikah lagi, aku sama bapakmu ini sebenarnya sudah tahu, Nduk. Bahkan waktu itu Dhani sudah minta ijin pada kami. Perlu kamu tahu, dia melakukan semua itu bukan karena keinginannya semata. Semua untuk kebaikan kalian juga. Kebaikan kamu dan juga anak-anakmu."

Tentu saja aku shock mendengar pernyataan itu. Kebaikan? Kebaikan seperti apa yang mereka maksud?

"Maksud Ibu? Kebaikan yang bagaimana?"

"Dhani itu menikahi Soraya atas perintah dari atasannya. Soraya hamil oleh atasannya. Jadi, Dhani disuruh menikahinya untuk menyembunyikan aib, Nduk. Atasannya tidak mungkin menikahi karena dia sudah berkeluarga. Jadi, posisi Dhani di sini hanya sebagai tameng untuk menutupi hubungan gelap atasannya dengan Soraya."

"Apa?!" Sontak aku membekap mulut dengan kedua telapak tangan. Entah yang kudengar ini benar atau tidak, tapi semuanya terdengar mustahil.

"Kalau memang benar seperti itu, kenapa Mas Dhani tidak menceritakannya pada saya, Bu? Bukankah saya ini istrinya? Bukankah saya berhak tahu apa yang dilakukannya? Apakah itu adil buat saya dan anak-anak?" Mataku mulai sembab.

"Karena Dhani pikir kamu pasti tidak akan setuju. Dengar aku, imbas dari pernikahan Dhani ini akan baik untuk kalian. Dhani akan bisa lebih dekat dengan kalian setelah ini."

"Maksud ibu apa?" aku semakin tidak mengerti.

"Kantor Dhani sedang membuka cabang baru di kota ini. Atasannya menyerahkan kepemimpinannya di sini pada suamimu. Jadi sama-sama menguntungkan kan? Buat keluarga kalian, juga buat atasannya Dhani."

"Astaghfirullahal'adzim." Kali ini aku benar-benar tidak kuat lagi. Jadi rupanya Mas Dhani sanggup melakukan hal serendah itu demi mencapai ambisinya? Menikahi seorang wanita hanya demi mendapatkan jabatan dan kedudukan yang dia inginkan tanpa memperdulikan perasaan istri dan anak-anaknya?

"Bukan itu saja, Nduk." Kali ini bapak mertua mulai ikut bicara. ”Soraya akan tinggal bersama kami. Jadi kamu juga tidak akan repot lagi bolak balik mengurusi kami setelah ini. Bukankah itu lebih bagus buatmu.”

Aku menghela nafas panjang. Tak mengerti jalan pikiran keluarga ini. Pernikahan Mas Dhani ternyata memang sudah direncanakan sedemikian rupa. Bahkan orang tuanya pun sudah tahu segala sesuatunya sedetil itu. Hanya diriku yang menjadi manusia paling bodoh di sini.

"Berlapang dada lah, Nduk. Semua ini pasti akan ada hikmahnya untuk kamu dan anak-anakmu. Lagipula, jika kamu ridho dengan pernikahan suamimu ini, bukankah pintu surga akan menantimu? Ikhlaslah!" ucap bapak mertua lagi.

Getir, itulah yang ku rasakan saat ini. Ikhlas? aku harus mengikhlaskan suami yang berbuat aniaya seperti ini? Bahkan Mas Dhani tidak pernah sekalipun meminta izin untuk berpoligami. Lantas bagaimana aku bisa ikhlas tersakiti dalam hal ini. Bahkan seandainya Mas Dhani meminta izin pun, aku belum tentu bisa ikhlas. Rasanya seperti sedang ditusuk benda tajam berulang kali dari belakang.

"Tidak, Pak! Saya mohon maaf. Tapi saya tidak bisa menerima apapun alasan Mas Dhani melakukan ini. Biarpun dia bilang ini demi kebaikan saya dan anak-anak, tetap saya tidak bisa semudah itu menerima. Maafkan saya tidak bisa menjadi menantu yang Bapak inginkan."

Tak lagi kuat membendung air mata, aku pun bergegas ke kamar usai menyelesaikan kalimat, menumpahkan segala kekesalan dan kekecewaan. Dari dalam kamar yang tak kututup rapat, masih kudengar ibu berkata pada bapak mertua. Seolah mereka memang benar-benar sudah tak peduli dengan perasaanku saat ini.

"Sudahlah, Pak. Yang penting kita sudah sampaikan padanya. Perkara dia mau menerima atau tidak, ya itu terserah dia. Wis ayo, kita pulang!"

Setelah suara mobil mereka terdengar meninggalkan rumah, Alif mencariku ke kamar. Aku tahu anak sulungku ini pasti sangat mengkhawatirkan ibunya. Dia berdiri di ambang pintu dengan wajah muram. Aku hanya bisa terduduk lemas di atas tempat tidur sambil menelungkupkan wajah, tak sanggup berucap apapun padanya.

Bersambung …

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Jamiah Kampil
tusukan yang menghancurkan perasaan isteri & anak2.
goodnovel comment avatar
Gusty Ibunda Alwufi
duh kasian aira...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • KABAR PERNIKAHAN SUAMIKU   PASANGAN-PASANGAN BAHAGIA (ENDING)

    "Retha!" Alif segera menyambar beberapa buku yang sudah diincarnya sejak tadi dari etalase saat dilihatnya seperti sosok adiknya di rak buku tak jauh dari tempatnya berdiri.Gadis yang merasa dipanggil itu pun langsung menoleh. Dia kaget melihat ternyata Alif pun sedang berada di toko buku yang sama dengan dirinya saat itu."Sama siapa?" tanya Alif saat akhirnya berhasil mendekat pada adiknya."Mmmm, sama ... Abidzar," jawabnya sedikit gugup."Oya? Mana dia?" Alif mengedarkan pandangannya ke sekeliling, mencari-cari sosok Abidzar di tempat itu. Bibirnya nampak mengembangkan senyum saat akhirnya menemukan pemuda itu diantara buku-buku bisnis."Kamu sendiri sama siapa?" tanya balik Maretha setelah merasa Alif tak lagi sedang menertawakannya.

  • KABAR PERNIKAHAN SUAMIKU   SEMUA BISA BERUBAH

    Siang itu Alif rupanya mulai mengenal sosok Aisha. Gadis yang terlihat seperti anak kecil saat di kampus itu ternyata lebih mandiri dari yang dia tahu. Ayahnya berprofesi sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil, membesarkan Aisha sendiri tanpa bantuan pembantu. Sejak SMP ternyata Aisha telah diajari mandiri oleh ayahnya itu. Dia pun tumbuh menjadi gadis yang serba bisa dalam mengurus rumah."Kadang aku iri Lif waktu jaman masih sekolah, melihat teman-teman masih punya keluarga lengkap. Tapi tiap kali ayah selalu bisa membesarkan hatiku. Dan dia mampu menunjukkan padaku bahwa hidup bersamanya saja juga sudah cukup."Aisha masih melanjutkan pembicaraan di sela-sela acara makan mereka."Hidup itu hanya saling lihat satu sama lain kok, Sha. Yang kelihatannya bahagia belum tentu merasa seperti itu aslinya. Saat kamu cerita tadi aku malah merasa kamu itu lebih beruntung m

  • KABAR PERNIKAHAN SUAMIKU   ALIF & AISHA

    Mendengar kalimat Abidzar, Alif tiba-tiba bisa menebak bahwa adik tirinya itu kemungkinan sudah mulai suka sama Abidzar. Buktinya dia sudah mau membuka diri untuk membahas masalah yang lebih pribadi pada sahabatnya itu."Memangnya Retha bilang apa sama kamu?""Dia sih cuma pengen tau pendapatku soal cewek yang udah nggak virgin. Trus dia juga tanya masalah pasangan hidup yang sudah nggak virgin. Sori ya Lif sebelumnya, apa Maretha itu ...." Abidzar tak sampai hati melanjutkan kalimatnya."Aku bukan orang yang berhak menjawab itu, Bi. Aku rasa kamu sendiri yang harus nanyain langsung sama Retha kalau memang kamu serius sama dia. Memangnya kalau boleh tau seserius apa sih kamu sama Retha?""Mau jawaban jujur, Lif?"

  • KABAR PERNIKAHAN SUAMIKU   OBROLAN SERIUS CALON IPAR

    "Kenapa sih tiba-tiba tanya-tanya masalah kayak gitu, Reth?""Heh? Apa? Enggak, nggak apa-apa. Pengen tau aja pandangan cowok soal itu." Maretha mendadak gugup dengan pertanyaan Abidzar yang tak disangkanya itu."Allah itu sudah memberikan jodoh pada masing-masing orang. Dan saat sepasang jodoh itu sudah dipertemukan, hal-hal seperti itu sudah nggak akan ada pengaruhnya lagi. Maksudku, pasangan yang memang sudah ditakdirkan berjodoh tak akan sempat memikirkan hal-hal kayak gitu, Reth. Lagian orang-orang sekarang kurasa lebih open minded kok. Kita para cowok juga nggak merasa suci-suci amat. Jadi kalau aku, seperti apa di masa sekarang jauh lebih penting sih dibanding masih terus berkutat mempermasalahkan masa lalunya.""Oya?""Aku sih gitu.""Trus ngapain kamu ngejar-ngejar aku? Bukannya ka

  • KABAR PERNIKAHAN SUAMIKU   KEMATIAN SORAYA

    Hari menjelang siang saat Adnan baru bisa menghempaskan punggungnya ke sebuah sandaran bangku rumah sakit tak jauh dari kamar perawatan istri dan anaknya.Rasa kantuk yang dari dini hari sempat tak dirasakannya kini seperti menggelayuti dan membuatnya tak tahan lagi, hingga kemudian pemuda itu pun jatuh tertidur di bangku itu.Baru sekitar lima belas menit Adnan terlelap, tiba-tiba ponsel di sakunya berbunyi. Dengan gerakan cepat karena kaget, Adnan pun sontak bangkit dari posisi rebahannya. Kemudian segera diraihnya ponsel itu. Dahinya sedikit berkerut saat melihat sebuah panggilan dari nomer asing."Ya?" sapanya sedikit malas."Nak Adnan?" tanya suara seorang wanita dari seberang.Awalnya Adnan mengira itu salah satu temannya atau teman Gina yang ingin mengucapkan

  • KABAR PERNIKAHAN SUAMIKU   CUCU PERTAMA AIRA

    Kali ini Maretha hanya terdiam. Gadis itu hampir saja melupakan pertemuannya dengan sang papa dan ibu tirinya. Waktu itu dirinya dan Alif memang sudah janji pada kedua orangtua itu akan menjalin hubungan kakak dan adik dengan baik lagi seperti sebelumnya."Oke, oke, baik. Kalau kamu mau hubungan kita baik, jangan ganggu-ganggu aku lagi dong kalau gitu.""Kenapa harus begitu? Aku kan peduli sama kamu, Reth. Kamu jangan salah paham.""Sudah kubilang aku nggak butuh pelindung ya, Lif. Ngeyel banget sih kamu itu." Maretha kini terlihat mulai kesal. Tapi dalam hati sebenarnya tak ada yang tahu bahwa dia senang dengan perhatian Alif padanya hingga saat ini.Alif kembali menengok ke sekeliling. Saat dirasanya mereka hanya berdua saja di t

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status