Share

Bab 4. PRIA MISTERIUS

Author: MN Rohmadi
last update Last Updated: 2025-10-02 16:01:48

Bab 4. PRIA MISTERIUS 

       Ekspresi ketakutan tidak bisa disembunyikan dari wajah Nimas Ayunina, siapa orangnya yang tidak ketakutan, jika saat sedang berlari dari kejaran para perampok tiba-tiba menabrak sesosok tubuh yang mempunyai tampilan kacau.***

      “Wanita? Bagaimana bisa, didalam hutan yang sangat lebat seperti ini ada wanita di dalam hutan,” kata manusia yang baru saja ditabrak Nimas Ayunina.

       Meskipun suara manusia yang ditabraknya tidak terlalu keras, akan tetapi Nimas Ayunina masih bisa mendengarnya. Ternyata manusia yang ditabraknya adalah seorang manusia dan dari nada suaranya terlihat masih muda.

       Hal ini tentu saja membuatnya semakin ketakutan,siapa yang tidak takut, saat dia sedang melarikan diri dari para perampok, kini dia malah bertemu dengan orang yang tidak jelas jati dirinya.

      “Kenapa kamu berada di dalam hutan, malam-malam begini? Dimana rumahmu?” kata pria yang ditabrak Nimas Ayunina alih-alih menjawab pertanyaannya.

      “Pergi! Pergi! Jangan mendekatiku….” teriak Nimas Ayunina, ketika pria misterius yang ditabraknya berjalan mendekat ke arahnya yang masih duduk di atas tanah.

       Pria misterius itu sepertinya tidak memperdulikan kepanikan dan ketakutan yang melanda Nimas Ayunina.

       Tiba-tiba saja tubuh Nimas Ayunina sudah berdiri berhadapan dengan pria misterius yang ditabraknya.

       Nimas Ayunina semakin panik, ketika dia tersadar tubuhnya sudah berada dalam pelukan pria misterius di depannya.

       Tubuhnya langsung menggigil ketakutan, dengan sekuat tenaga Nimas Ayunina berusaha melepaskan diri dari pelukan pria misterius di depannya yang entah datang dari mana.

      “Lepaskan, tolong… tolong…!” teriak Nimas Ayunina berusaha melepaskan diri dari pelukan pria misterius ini.

       Mengetahui wanita yang ada di pelukannya meronta berusaha melepaskan diri, pria misterius itu segera melepaskan pelukannya.

     “Siapa kamu? Kenapa seorang wanita ada didalam hutan belantara?” kata pria misterius itu setelah melepaskan pelukan Nimas Ayunina.

      Mendengar perkataan pria yang tampangnya tidak jelas ini, Nimas Ayunina tidak langsung menjawab pertanyaannya.  

       Dengan susah payah dia berusaha melihat dengan jelas sosok pria misterius ini, setelah menatap dengan seksama pria ini, Nimas Ayunina nampak menghela nafas lega.

       Yang membuat lega adalah penampilan pria misterius ini tidak seperti gerombolan perampok yang sudah membunuh semua rombongannya.

       Dalam pandangan Nimas Ayunina, dia melihat sosok seorang pria bertubuh kekar dengan tinggi seratus delapan puluh lima centimeter,berambut panjang sebahu yang menutup sebagian wajahnya. 

      Tubuhnya bertelanjang dada, sedangkan celananya terlihat aneh karena menyerupai selembar kulit binatang yang digunakan untuk menutupi bagian bawah perutnya sedangkan di tangan kirinya memegang seruling bambu kuning.

       Jika diperhatikan dengan teliti, maka penampilan pria misterius ini seperti orang gila atau orang suku pedalaman yang memakai kulit binatang untuk menutupi anggota tubuhnya yang paling sensitif.

      “Kisanak, tolong saya. Rombongan saya diserang perampok dan hanya saya yang selamat,” kata Nimas Ayunina setelah bisa melihat dengan jelas penampilan pria didepannya saat ada petir yang menyambar dilangit.

       Mendengar perkataan Nimas Ayunina, dahi pria misterius ini tampak berkerut seakan tidak percaya dengan perkataannya.

       Karena dia tidak mendengar suara pertempuran, sebenarnya hal ini sangatlah wajar, karena rombongan Nimas Ayunina sedang diserang gerombolan Warok Suromenggolo, hujan sedang turun dengan derasnya, ditambah suara petir menyambar-nyambar.

       Jarak pertempuran antara gerombolan Warok Suromenggolo dengan rombongan Nimas Ayunina sekitar tiga kilometer, sehingga sangat wajar jika dia tidak mendengar pertarungan yang hanya sebentar saja.

      Mungkin jika pertempuran itu cukup lama dan yang bertarung adalah para pendekar tingkat tinggi, maka aura pertempuran itu akan bisa dirasakan pria misterius ini.

      Sedangkan tadi dia meniup seruling hanya untuk mengisi kesunyian malam yang diguyur hujan deras.

      Yang membuat orang bingung adalah suara seruling bambu yang ditiupnya bisa terdengar hingga jauh, menembus lebatnya hujan dan mengalahkan suara petir dan guntur hingga sampai ke jarak tiga kilometer dimana rombongan Nimas Ayunina berada.

       Sebelumnya pria misterius ini sedang berteduh di sebuah gua kecil, saat hujan turun membasahi bumi.

       Namun pendengarannya yang tajam bisa mengetahui kalau di tengah hujan deras itu ada orang yang sedang berlari di dalam hutan.

       Karena penasaran, pria misterius ini keluar dari dalam gua dan melayang ke atas pohon setinggi sepuluh meter, memperhatikan siapa orang yang berlari di tengah hutan dari atas dahan pohon.

       Dan saat mengetahui kalau orang yang sedang berlari adalah seorang wanita, pria misterius ini sengaja turun dari atas dahan pohon dan langsung berdiri tepat di arah larinya Nimas Ayunina.

        Karena itulah, tadi Nimas Ayunina tiba-tiba saja menabrak seseorang yang berdiri menghalangi larinya.         

      “Perampok? Dimana ada perampok?” kata pria misterius ini sambil menatap Nimas Ayunina dengan tatapan tajam.

       Akan tetapi saat melihat pakaian kebayanya yang robek dan berantakan, akhirnya pria misterius ini harus percaya dengan perkataan wanita di depannya.

      “Baiklah, ayo ikut ke tempat saya,” kata pria itu sambil membalikkan tubuhnya dan berjalan memasuki ke sisi dalam hutan.

       Nimas Ayunina untuk sesaat tidak bisa berpikir, dia tampak bingung menanggapi pria misterius itu.

       Pada saat Nimas Ayunina sedang berpikir untuk mengikuti pria itu atau tidak, bayangan pria misterius itu semakin lama semakin hilang di gelapnya malam.

        Pada saat Nimas Ayunina tersadar, rasa takut akan kejaran para perampok seketika menghantui pikirannya.

      “Kisanak tunggu…!” teriak Nimas Ayunina yang segera berlari mengejar pria misterius yang baru saja di tabraknya.

       Nimas Ayunina tidak terlalu memikirkan, apakah pria itu pria baik ataukah pria jahat, yang ada dalam pikirannya adalah segera bisa menjauh dari para perampok gerombolan Warok Buto Kolo.

        Warok sendiri merupakan sebutan untuk seorang pendekar atau jagoan, tanpa menentukan asal usulnya berasal dari golongan hitam maupun golongan putih.

       Untuk beberapa wilayah, memang ada yang memberi nama Warok untuk para ksatria atau pendekar.

       Untungnya pria misterius itu berjalannya tidak terlalu cepat, sehingga Nimas Ayunina akhirnya bisa menyusulnya meskipun nafasnya terdengar ngos-ngosan.

       Pria misterius itu sama sekali tidak peduli dengan keadaan Nimas Ayunina, hingga akhirnya mereka sampai di sebuah gua yang ada di balik semak-semak.

      “Masuklah,” kata pria misterius itu ketika mereka sampai di depan semak-semak.

       Nimas Ayunina tidak segera menuruti perintah pria misterius itu, dia tampak bingung dalam hatinya dia berpikir, ‘ apakah pria ini sudah gila, bukankah di depannya tidak ada rumah atau apapun, kenapa dia malah menyuruhnya untuk masuk.’

      Melihat wanita di depannya tidak paham dengan apa yang dikatakannya, pria misterius ini segera menyibakkan semak di depannya.

      Seketika itu juga Nimas Ayunina melihat pantulan cahaya api unggun dari balik semak belukar yang disibakkan pria misterius itu.

       Ekspresi wajahnya yang sebelumnya terlihat bingung seketika matanya tampak berbinar, kemudian tanpa di minta untuk masuk untuk yang kedua kalinya, Nimas Ayunina segera masuk kedalam gua.

       Begitu memasuki gua, seketika rasa hangat langsung menyelimuti tubuhnya yang kedinginan karena terkena air hujan, apalagi pakaiannya juga sudah robek.

       Tanpa menunggu lama, Nimas Ayunina segera mendekat kearah api unggun untuk mengeringkan tubuhnya.

       Sementara pria misterius itu malah menghilang dari tempat, ketika Nimas Ayunina sudah memasuki gua.

 ***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Sitie khotimah
sepertinya jagoannya muncul
goodnovel comment avatar
MN Rohmadi
Mari kita ikuti kelanjutannya kisah Jaka Tole ini
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Lahirnya Legenda Ksatria Abadi   Bab 70. JURUS TARING MAUNG MENGOYAK MANGSA

    Bab 70. JURUS TARING MAUNG MENGOYAK MANGSA Kedatangan Jaka Tole segera membuat situasi berubah, para murid yang sebelumnya sangat terdesak seketika menghela nafas lega. Mereka langsung bisa menghirup nafas lega, kepala mereka segera mendongak ke langit. Mata mereka langsung membelalak lebar, ekspresi mereka menggambarkan seperti ekspresi orang yang melihat hantu. Tentu saja para murid senior sangat mengenali sosok pemuda yang sedang melayang di langit sambil mengayunkan dua buah golok besar, ke segala arah. Kini dalam sekejap ribuan pasukan golongan hitam sudah tergeletak tanpa nyawa, tersambar angin sabetan sepasang golok besar milik Jaka Tole. Ki Braja, sesepuh, tetua dan para guru tampak gembira melihat ada pendekar yang membantu mereka. “Siapa pendekar itu? Syukurlah dengan kedatangannya, kita bisa bernafas lega,” gumam Ki Braja sambil terus bertarung dengan pimpinan golongan hitam yang juga sudah mencapai alam Kaisar. Den

  • Lahirnya Legenda Ksatria Abadi   Bab 69. JAKA TOLE TURUN TANGAN

    Bab 69. JAKA TOLE TURUN TANGAN “Apa? Mereka sudah menerobos penghalang pertama? Baiklah, semuanya mari kita bendung dan hancurkan pasukan hitam yang menyerang Padepokan kita. Semua murid baru segera siaga dan bersiap menghadapi serbuan musuh, ketika mereka berhasil melewati kita.” Ki Braja segera memberi perintah kepada para sesepuh dan tetua Padepokan Maung Siliwangi untuk ikut menahan serbuan musuh, agar mereka tidak sampai ke puncak, tempat markas utama Padepokan berada. “Baik ketua!” Semua orang segera keluar dari Paseban Agung menuju pintu masuk Padepokan yang berada di lereng gunung Maung. Pasukan Padepokan Maung Siliwangi yang awalnya terdesak oleh serbuan pasukan hitam, kini bisa sedikit bernafas lega, setelah para sesepuh dan tetua Padepokan ikut turun tangan menghadang para penyerang. Suara jeritan kesakitan bercampur dengan teriakan penyemangat berbaur menjadi satu, membuat suasana di gunung Maung benar-benar sangat mengerikan.

  • Lahirnya Legenda Ksatria Abadi   Bab 68. PADEPOKAN MAUNG SILIWANGI DISERANG PENDEKAR GOLONGAN HITAM

    Bab 68. PADEPOKAN MAUNG SILIWANGI DISERANG PENDEKAR GOLONGAN HITAM Dan sebelum Jaka Tole mencerna apa sebetulnya yang sedang terjadi pada tubuhnya, tiba-tiba saja sebuah telapak tangan sudah mendarat di kepalanya. Kemudian sebuah energi hangat langsung memasuki tubuhnya beserta sebuah ingatan tentang jurus-jurus silat dan ajian tingkat tinggi. Dari gambaran yang masuk kedalam tubuhnya, Jaka Tole bisa melihat kalau sebagian besar jurus silat itu menyerupai jurus silat yang pernah dipelajari di Padepokan Maung Siliwangi. Hanya saja jurus silat ini terlihat lebih kuat dan bertenaga. “Sekarang kamu bisa keluar dari ruangan ini dan pelajari ilmu yang saya berikan.” Begitu energi hangat yang memasuki kepalanya terhenti, tiba tiba-tiba saja tubuh Jaka Tole terlempar dari ruang rahasia ini. Dan kembali ke ruangan sebelumnya dia bersemedi. Setelah itu pintu ruang rahasia kembali tertutup. “Eh… kenapa saya keluar? Saya belum me

  • Lahirnya Legenda Ksatria Abadi   Bab 67. PERTAPA

    Bab 67. PERTAPA Klik Terdengar suara aneh saat Jaka Tole berusaha mencabut batu hitam yang menonjol itu. Awalnya Jaka Tole menarik kemudian menekan dan memutar batu itu, dan disaat dia berusaha memutar batu sebesar kepalan tangan itu, tiba-tiba saja terdengar suara aneh. Drrttt… Setelah terdengar suara klik, tiba tiba-tiba saja terasa sebuah getaran di didinding gua yang disentuhnya. Secara reflek Jaka Tole berusaha menjauh, sebuah pemandangan yang sangat menakjubkan seketika terpampang di depan matanya. Debu beterbangan ketika dinding gua bergerak masuk ke dalam seperti ada yang menariknya. Jaka Tole semakin waspada dan berusaha menanamkan matanya untuk melihat isi dibalik dinding gua. Setelah debu yang berterbangan mereda, dihadapan Jaka Tole kini terlihat sebuah ruangan lagi, akan tetapi anehnya ruangan ini cukup terang. “Ruangan apa ini? Kenapa ada ruangan lain di dalam gua ini?” gumam Jaka Tole sambil mel

  • Lahirnya Legenda Ksatria Abadi   Bab 66. TOMBOL MEKANIS

    Bab 66. TOMBOL MEKANIS Jaka Tole yang fokus bersemedi sudah berada di titik, dimana keadaan sekelilingnya sudah terasa hampa, dia seakan sedang duduk sendirian di sebuah dimensi hampa yang tidak ada orang yang menemaninya. Sementara itu pemandangan di langit diatas puncak gunung Maung sudah mulai terlihat kembali cerah, bintang dan bulan mulai menampakkan senyumnya. Tentu saja awan hitam yang baru saja membawa ujian kesengsaraan bagi Jaka Tole langsung menghilang, setelah petir kesengsaraan menyambar tubuhnya sebanyak sembilan kali. Petir kesengsaraan sepertinya mempunyai indera dan pemikiran sendiri, buktinya dia bisa memasuki bagian terdalam gua dan langsung menembakkan petirnya ke Jaka Tole. Padahal gua keramat sangatlah rapat, sama sekali tidak ada lobang yang bisa membuat cahaya matahari masuk. Hanya lorong tempat Jaka Tole masuk sajalah yang dia tahu adanya lobang di tempat ini. Akan tetapi dia tidak tahu dimana letak masuknya udara segar

  • Lahirnya Legenda Ksatria Abadi   Bab 65. TIDAK MUNGKIN

    Bab 65. TIDAK MUNGKIN Ki Braja menatap Ki Supa dengan tatapan tajam, dari ekspresi wajahnya saja bisa di lihat kalau ketua Padepokan Maung Siliwangi merasa kesal dengan Ki Supa yang tidak melaporkan keberadaan orang asing di puncak gunung Maung. Ki Supa segera menangkupkan kedua telapak tangannya di depan kepala kearah ketua Padepokan Maung Siliwangi, sambil tetap duduk bersila di tempatnya. “Hormat ketua, sebelumnya semua orang di Padepokan juga sudah tahu siapa orang yang baru-baru ini berada di puncak gunung Maung.” “Semua orang sudah tahu? Ki Supa kalau bicara itu yang jelas, jangan berputar-putar. Coba kamu sebutkan siapa orangnya yang sudah berani memasuki puncak gunung Maung tanpa sepengetahuanku?” kata Ki Braja sambil menatap kearah Ki Supa dengan tatapan tajam dan penuh wibawa. Sekali lagi Ki Supa menangkupkan kedua tangannya di depan kepala sebelum menjawab pertanyaan Ki Braja. “Ketua, apakah ketua masih ingat dengan pertandingan y

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status