Share

Lahirnya double kampret
Lahirnya double kampret
Penulis: Ranti Aulia

Lahiran

Hari ini aku akan melahirkan, air ketuban sudah keluar, jalan-pun sudah susah. tapi, aku masih santai menahan rasa sakit. Berbeda lagi dengan keluargaku yang sudah pada heboh di luar ruangan bersalin, suamiku yang otaknya sedikit tidak waras juga merasa gelisah galau merana Melihat diriku akan melahirkan. Dua anak sekaligus! Atau bisa dibilang 'anak kembar'  

   Jenis kelamin mereka perempuan dan juga laki-laki, Aku tidak nengetahui, Gender yang mana dulu akan keluar. Tidak bisa diprediksi itu sudah menjadi hukum alam! Yang jelas dalam benakku berdoa semoga anak anak yang akan dilahirkan olehku ini menjadi anak-anak yang sopan dan berguna bagi bangsa dan negara. Dan tak lupa, supaya sifatnya tidak menurun dariku maupun bapaknya. Lebih baik sifatnya seperti anak Pa RT, kalem.

Sekarang aku sudah mencapai pembukaan ke sembilan, sebentar lagi akan lahiran. Dan mungkin, menceracau karna kesakitan. Keringat dingin bercucuran dari atas sampai bawah. Tak ada satu inci pun yang tidak berkeringat, yang paling becek adalah ketek. Rambutku sudah tidak beraturan lagi, acak-acakan. Make up yang sudah ku persiapkan untuk lahiran ini, sudah luntur terkena keringat. Padahal dalam iklan, produk itu mengeluarkan embel-embel 'anti air atau waterproof'. Mungkin bulshit, terkena keringat saja sudah luntur.

Rasanya sakit sekali, perjuangan antara hidup dan mati itu bukan mitos atau karangan emak-emak untuk membuat anaknya menurut pada sang empu. Ini real! Dokter selalu mengecek pembukaan pada kelaminku. Mungkin jika ini FTV atau Sinetron azab, akan muncul suara hati 'ibu, maafkan aku yang selama ini selalu tidak menurut padamu' Sayangnya, ini hanyalah sebuah cerita tanpa embel-embel azab.

Tibalah pembukaan sepuluh, saatnya aku mengeden kuat. Berteriak, bahkan menjambak suamiku yang mungkin sudah setengah tidak waras.

23.55

Ooooeeee .... Ooooeeee .... Ooooeeee

Tangisan anak pertamaku dengan Nunu sudah lahir.  tangisan-nya sungguh ajaib, kencang sekali. Seperti sedang melakukan paduan suara yang ber-anggota  seratus orang. Jika anakku sudah bisa melihat saat ini juga, mungkin ia akan memilih untuk kembali masuk kedalam kandungan. Karena kaget dengan rupa ibunya yang sangat tidak karuan!

"Ini Anak kita, sayang. Lucu banget kayak bayi marmut," ucap Nunu. Suamiku

Aku menggigit tangan suamiku ini, sedikit merasa kesal dengan ucapannya. Coba bayangkan, aku sudah mengandung sembilan bulan dan melahirkan susah payah malah disama 'kan dengan anak marmut. Meski ku tahu itu hanya candaan semata, namun, tetap tidak bisa ditoleransi.

Aku mencebik'kan bibir seraya memutar bola mataku malas

"Kamu tuh ya aku lagi kesakitan kayak gini malah sibuk bilang anak kita kayak marmut, kamu lebih kayak semut!" Teriakku kesal

"Kamu harus semangat sayang, semangat empat lima demi kemerdekaan keluarga kita. Ayo semangat semangat," Timpal Nunu. Sembari memasang kuda-kuda, seakan-akan ingin melaksanakan perang detik itu juga.

"SEMANGAT!"

"SEMANGAT!"

"SEMANGAT!"

Suamiku sepertinya merasa kurang semangat bila hanya mengandalkan  teriakan "SEMANGAT". Dia langsung berganti  gaya, mengeluarkan nyanyian lagu kesukaannya yang bergenre rock pop itu

BERANIKAN DIRIMU

TAKLUK-KAN RASA RAGUMU, RAGUMU

DAN BERGERAK LAH MAJU

Masih ingatkah kataku tadi, suamiku akan merasa kurang power jika hanya berteriak atau lebih tepatnya bernyanyi tanpa mengeluarkan ekspresi tubuh—ia mengepalkan tangannya—berniat untuk memberiku semangat kemerdekaan keluarga

Dan pada akhirnya Aku dan sayangku Nunu bernyanyi bersama.  Tangan gue sembari mengepal seakan-akan semangat dan lupa dengan rasa sakit yang sedang ku alami ini. Aku sembari melihat ke arah handphone suami tercinta dengan tampilan muka cantik bak cinderella yang menghiasi layar itu. Muka siapa lagi, jika bukan muka istri. Diriku pastinya! Persetan dengan dokter dan suster yang sedang berpura-pura sibuk menjalankan tugas, padahal jelas-jelas mereka bersembunyi di balik kata 'sibuk' sedang menertawakan kita.

BEBAS (BEBAS)

LEPAS (LEPAS)

TAKLUKKAN SEMUA BEBAN

DI HATIMU

MELAYANG, KU MELAYANG JAUH

(MELAYANG KU MELAYANG)

Kita saling bertatapan, menyatukan tangan dan bernyanyi

AKU BISA, KAMU BISA

KITA PASTI BISA

Kini, setelah menyanyikan salah satu lagu milik band terkenal di Indonesia. Napasku tidak beraturan, ngos-ngosan. Mungkin karena CAPEK, Lagi kesakitan sempet-sempetnya nyanyi lagu pop rock. Benar-benar pasangan aneh!

"HEH BANGKE, LU UDAH MAU JADI BAPAK. DEWASA DIKIT! SADAR, DOKTER SAMA SUSTER NGETAWAIN KITA BEGO!" Teriak lili yang sudah kesakitan

"Tapi sayang aku mau ngasih kamu power, anak kita yang satu lagi mau lahir"

Aku menarik nafas. Antara kesal dan berusaha untuk mengurangi rasa sakit dengan tarikan nafas. Langsung menjambak rambutnya. Kerjaan suamiku sebagai dokter bersalin tapi mengapa seperti ini, YA LORD. Harusnya dia lebih tenang bukannya malah makin meng-gila

"DARIPADA LU KAYAK GITU MENDING LU BANTUIN GUE LAHIRIN."

"Apa sayang? Bantuin kamu lahirin? Oke aku bantu."

Aku kira dia akan terdiam lalu memberi semangat selayaknya suami waras di luar sana, tapi nyata tidak seperti apa yang aku bayangkan. Kira-kira apa  yang akan di lakukan suamiku ini?

Mungkin ini menjadi hal tergila untuk seluruh suami di luar sana, selaku istrinya dari Nunu saya meminta maaf kepada seluruh komunitas suami di Indonesia. Yang ia lakukan, tiduran dilantai samping ranjang bersalin. Seraya membuka kaki jenjangnya lebar-lebar 

"SAYANG AKU HARUS BUKA CELANA GA?" 

Demi dewa Neptunus yang sedang migrasi ke Uranus. Pertanyaan suamiku ini sangatlah bodoh dan tidak tahu tempat jika ingin membuat onar. Satu lagi yang membuat saya tidak suka, cacing saya nanti keliatan di depan dokter dan suster. Aku tak rela jika seperti itu mas. 

"Heh tuyul lu ga usah buka celana, cacing gue ntar keliatan!"

"Siap sayang." Ucap suamiku polos. Seraya mengangkat jempol untuk menambah keseriuasannya

Bayiku yang pertama tidak sesakit yang kedua, ini rasanya sakit minta ampun, mungkin karena ini laki-laki. Tenaganya beda. Satu amanat mama untukmu, Nak. Jangan jadi orang yang durhaka, nanti mama masukin lagi kedalem perut.

"DOKTER INI UDAH DI UJUNG, SAYA NGEDEN LAGI?"

"Iya bu, ibu ngeden lagi ya, harus semangat demi anak anak ibu"

Hah

Hah

Hah

"Bentar dok mau tanya dulu"

"Ada apa bu?"

"Ada jasa buat ngeden ga dok, saya capek"

Lagi-lagi, suamiku berlaga seperti orang pintar sedang kebingungan, menepuk jidat "jamilah lu kalo mau lawak jangan sekarang. Beberapa detik lagi raja gue bakal muncul." Ucapnya mendramatisir

"Lu kira lu kagak gila dari tadi?, Jauh lebih buruk dari gue!" Timpalku tak mau kalah

Sekarang aku mencoba mengumpulkan tenaga, untuk mengedan. Sakitnya lima kali lebih sakit di banding si eneng gelis tadi.

"AAAAAAAAAAAAAA!" teriakku mendominasi seluruh ruangan

Disusul teriakan ulang, meniru suaraku tadi 

"AAAAAAAAAAAAAA!"

"MAMA SAKIT, MAAFIN AKU YA MAA KALO AKU SALAH."

"MAMA SAKIT, MAAFIN AKU YA MAA KALO AKU SALAH."

"MAAAAA KO PUNYA MANTU GILANYA GA KETULUNGAN!"

"MAA KO PUNYA, Eh-lu ngatain gue gila?"

Rasanya rugi, jika harus berdebat  disaat genting seperti ini. Meladeni suami tercintaku ini untuk berdebat malah membuang waktu yang berharga

"Ayang aku ga lanjutin lagi ya, ternyata ngeden capek." Ucapnya, nafasnya pun tersengal-sengal

Woileh si Somad baru sadar kalo ngeden capek!

Makanya untuk suami yang selalu pengen punya anak banyak. Tolong dipikirkan sakitnya bagaimana. Demi Barbie yang menyamar jadi boneka caki, aku udah cape direcoki suami. Selama ada dia disini, aku tidak akan pernah tenang. Sepertinya 

"D-DOK MENDING SUAMI SAYA KELUAR AJA DOK, BIAR KITA BISA TENANG NGELAHIRINNYA."

Tanpa ba-bi-bu suamiku dituntun keluar ruangan. Untung saja suamiku ini mengerti, akhirnya bisa melahirkan dengan tenang 

"Ayo dikit lagi keluar bu."

"Beneran dok keluar? Dari-tadi dikit dikit Mulu ga keluar keluar!"

     Si dokter sepertinya sudah capek meladeni pasien sejenis aku dan suamiku ini.  Lebih baik sepuluh pasien yang kalem dibanding satu pasien yang amburadul sepertiku. Mungkin disini  ada dokter yang baca, kalo ada coba komen di bawah

"Ayo Bu jangan banyak bacot ini anak ibu udah di bagian idung, mau idung-nya pesek?"

Mendengar penuturan Dokter tadi, tanpa ba-bi-bu aku langsung mengedan sekuat mungkin. Yang pastinya  karena  hal yang sepele, gara-gara tidak mau anak cowokku menjadi pesek. Bahasa sundanya,  sih "KADEDETKEUN"

"AAAAAAAAAAAAAA"

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Akzamil
anjirr ngakak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status