Share

Lahiran (2)

Setelah perjuangan yang begitu panjang, lahirlah anak keduaku yang manis dan imut. Serta, MANCUNG!

00.05

Waktu lahir, bayi laki-laki ini

Oekkkkk .... Oekkkk .... Oekkkkkk ....

Tangisan anak kedua yang benar-benar kencang, Seperti memakai toa seratus buah. Aku menduga anak ini jika sudah besar nanti bakal ada aja kelakuannya yang membuatku pusing. Sifat Nunu trun ke anak ini, tidak jadi nurun ke anak tetangga.

Suster sudah mulai membersihkan anak-anakku dari darah, sementara si dokter pergi keluar ruangan, untuk memberi tau keluarga bahwa cucunya sudah lahir. Tidak lama, suami tercintah pake h ini datang, mengajak tos

"tos dulu dong yang, kamu udah berhasil ngasih anak ke aku. Double lagi. Nanti kita bikin lagi kalo udah pulang dari rumah sakit."

Mendengar perkataan suamiku ini, dokter tersenyum dan memberi sedikit nasihat kepada raja agung suami tercintah

"Pa istri nya jangan di ajak dulu main ya, kasian masih sakit. Lagian istri bapak juga nanti bakal berdarah anu nya."

Suamiku yang nampak kaget ini langsung menyambar omongan si dokter, tanpa mendengarkan penjelasannya terlebih dahulu 

"Wahh wahh dokter abal-abal ya? Masa istri saya udah lahirin tetep aja keluar darah. Emang masih ada anak di dalem perut nya, masih banyak dok?"

Dokter dan suster seketika tertawa mendengar omongan receh yang keluar dari mulut suamiku ini, aku mencubit pantat bahenolnya dan meminta maaf pada sang dokter

"Dok maafin suami saya ini ya, jangan di dengerin" ucapku sedikit malu dengan perlakuan suamiku ini."

Suamiku menaikkan bahu nya, tanda tidak tahu. Oke, sekarang aku punya tiga bayi di sini. Dia pergi ke arah dua anakku yang sudah di bersihkan dan memakai bedong bayi "lucu lucu nya anak papah ini, yang satu cantik, yang satu ganteng"

Tangan gede suamiku mengelus pipi kedua anak-anaknya yang belum mempunyai nama itu. adakah yang mau mengusulkan nama bayi untuk kedua anakku?

Dokter memerintahkan agar bayi-bayiku diletakkan di dadaku untuk mendapat ASI pertamanya. Aku mengamati tubuh mungil mereka, masih sangat kecil. Sangat menggemaskan, mencari dimana ASI-nya. Menurut dokter, ini sangat penting. Agar sang ibu dan si bayi memiliki hubungan yang lebih erat lagi. Se-erat ikatan tali rapia

Ya ampun aku baru tahu, seperti ini ya rasanya jadi seorang ibu. Air mata jatuh tanpa aba-aba. bukan air mata kesedihan melainkan air mata kebahagiaan. Suamiku, Nunu terus tersenyum. Aku tahu, dia salah satu orang paling bahagia dihari ini. Bahkan aku melihat air mata suamiku

Nunu melakukan tugas pertama sebagai ayah, begitu baik.

***

"Li"

"Hmm," timpalku, mataku masih terfokus ke arah dua bayi kembarku yang sedang menyusu kuat.

"Makasih."

"Ga usah makasih, ini udah kewajiban aku buat ngelahirin penerus kamu, Nu."

Vino mencium bibirku cukup lama, sedikit memberi lumatan. Seakan tak perduli bahwa digendonganku sedang ada dua anak yang sedang menyusu

"Jangan lama-lama. Ini anaknya kasian."

"Makasih banget ya sayang, udah ngasih dua anak sekaligus."

"Tapi nanti jajanin aku yang banyak ya?."

"Uluh uluh, liat tuh papa kamu de, raja nya gombal. Jangan di tiru ya. Tiru aja mamah yang dewasa nan cakep ini." Sambungku 

Nunu POV

Tau apa yang aku rasakan ketika lili sedang melahirkan?  Jantungku seakan ingin pindah dari tempatnya. Akal sehatku hilang begitu saja. Aku tahu, profesiku sebagai dokter bersalin. Tapi jika merasakan sendiri, istri sendiri yang melahirkan, rasanya jauh lebih tegang. Awalnya aku menyuruhnya untuk melakukan operasi cecar, karena aku tidak mau dia merasakan sakit berlebih. Tapi katanya dia kuat ditambah ucapan dokter yang menyakinkan bahwa dia bisa melahirkan secara normal, akhirnya aku meng-iyakan. Lagi pula aku sudah menawarkan, lilinya saja yang tetap ngotot, katanya ingin melahirkan secara normal agar benar-benar bisa mesraan jadi seorang ibu. Walaupun dia sama sepertiku, sedikit tidak waras. Tapi aku acungkan jempol untuk keputusannya dan dia punya rasa keibuan yang besar.

"Anak nya lucu banget ya, cantik sama ganteng." Ucap lili. Membuyarkan lamunanku

"Hehe siapa dulu dong papa nya, kan aku yang bikin makanya lucu, ya kan sayang?" Timpalku. Seraya sesekali menyentuh pipi  anak-anakku yang  sedang tertidur.

"Tapi kalo di liat-liat, muka anak anak kita ga ada mirip-mirip nya sama kamu.  Semua nya kayak aku. Indung nya, mata nya, dan kulitnya juga mirip aku," ucap lili seenaknya

"Enggalah. Ini mirip aku." timpalku tak mau kalah

"Emang kamu seputih ini?"

Ah, sudahlah. Ucapan istriku ini membuatku skakmat. Tak ingin berdebat jauh karena nanti aku yang kalah. Mengalihkan pembicaraan, itu yang lebih baik.

"Sayang, semoga anak kita sifat-nya ga ada yang nurun sama kamu ya. Ntar gila."

Ebuset, dah, suami sendiri dia bilang gila! Bisa ga jangan di depan anak-anak nanti dia denger. Jadi berabe, reputasiku jadi jatuh. Tapi, aku perhatikan ulang,  iya juga, sih. Tidak ada yang mirip denganku termasuk warna kulit. Semuanya jiplakan istri.  Sepertinya dimalam itu, ketika sedang melakukan ritual untuk membuat anak, istriku terlalu tergila-gila denganku.

"Ga papa sayang, semua miripnya sama kamu. Kan biar ganteng sama cantik. Biar bisa jadi maskot piala dunia brazil."

Plakk

Istriku memukul tangan suami seperti tidak ada beban sama sekali, istri laknat. Keras sekali, sakitnya melebihi rasa sakit hati ketika ditinggal pas sayang-sayangnya. Tangannya masih diinfus tapi masih sempat memukul tanganku. Jangan-jangan istriku berubah menjadi wonder women 

"Kamu tuh ya, masa anak nya jadi maskot, badut dong dia."

"Oke deh ga papa ga jadi maskot tapi sifat-nya mirip aku ya."

Lagi lagi dan lagi istriku memukul, kini giliran pantat  yang mejadi sasaran. Semenjak melahirkan, sepertinya dia dianugerahi kekuatan super. Seperti kekuatan Hulk pindah ke istriku, hanya saja warna kulitnya yang tidak berwarna hijau. Mungkin

"Amit amit deh jangan sampe. De kalian berdua jangan kayak papa ya, kayak kakek kalian aja, kalem,pinter, oke punya pokok-nya"

WHAT? KAKEK? SIAPA? om Marvel?

"Wah om udah jadi kakek aja. Oke punya dong cacing saya, langsung ciptain dua bayi. Hha" dalam benakku berbisik, yuvoria penuh kemenangan. Rasanya jika diingat-ingat dulu sewaktu baru menikah dengan istriku ini. Om Marvel selalu saja tidak membolehkan ku menikmati malam pertama. Katanya 'takut jadi kakek muda'. Karena lili yang meminta pada sang Baginda bapak, akhirnya ia ijinkan aku untuk bersama istri.

Kesempatan tidak datang dua kali bukan? Langsung saja sikat habis.

Cklek

Ada yang membuka pintu, itu siapa?

Nah, panjang umur 'kan. Baru saja bicarain om Marvel, udah nangkring aja depan pintu. Sambil nyengir nunjukin gigi putih, dilihat dari ekspresinya dia bahagia banget. Jangankan om Marvel, mama Rena dan mamaku pun penuh bahagia

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status