Share

Bagian 1

Antara luka dan bahagia, mana yang harus aku pilih? Semuanya sama-sama lebih baik daripada hampa.

Hari terakhir Ralin menjalani masa Kuliah Kerja Nyata, dia sebagai tim humas dalam kelompok KKN harus menyerahkan hasil laporan KKN kepada dosennya. Dengan langkah sedikit tergesa-gesa karena mengejar waktu sebelum salat Jumat, Ralin berhasil masuk ke dalam ruang dosen, sayangnya di sana pak Halim sudah tidak lagi duduk di tempatnya. Kosong.

Ralin mengehela napasnya dan duduk di ruang tunggu, sembari mengisi kekosongan dia membuka aplikasi i*******m yang sedang booming untuk melihat postingan foto dan story. Dia mengambil foto gambar ruang tunggu dosen dan menuliskan caption 'Demi tugas negara' lalu mempostingnya. Selang beberapa menit, notifikasi tertera di layar handphone Ralin, nama Arga yang muncul dan memberi komentar, "Ngapain kamu ngampus Lin?". Pertanyaan Arga berlanjut hingga membuat obrolan singkat yang mampu membuat Ralin tersenyum sendiri.

Tidak biasanya Arga begitu dekat kepadanya, biasanya dia akan bersikap cuek dan menjauh dari Ralin. Dia kembali membenahkan bajunya yang kusut karena terlalu lama duduk lalu kembali masuk ke ruang dosen setelah melihat pak Halim datang. Ralin menarik kedua sudut bibirnya dan mengangguk pelan memberi hormat, lalu dia duduk setelah dipersilahkan dan memberikan satu jilid laporan hasil KKN.

"Menarik, jadi semua program ini terlaksana?" tanya pak Halim, matanya masih menatap laporan kelompok KKN Ralin.

"Iya Pak, semua program literasi alhamdulillah terlaksana dengan lancar."

"Bagus, sebagai humas tentunya kamu juga hafal siapa saja teman kamu yang tidak aktif dan tidak ikut serta di dalam kelompok KKN, tuliskan disini." Pak Halim menyodorkan secarik kertas dengan sebuah pena hitam.

Ralin menimang-nimang, apakah hal ini tidak mempengaruhi nilai teman lainnya? Meski memang kenyataannya ada beberapa anggota yang tidak bekerja keras seperti lainnya, tapi setidaknya mereka masih ikut sumbangsih memberikan ide program. Menit kedua Ralin masih belum menuliskan sebuah nama, dia lalu memutuskan untuk meletakkan pena hitam itu dan mengembalikan kepada Pak Halim beserta dengan kertasnya.

"Setelah saya pikir-pikir ... semuanya kompak Pak."

Ralin memberikan senyum yang agak dipaksakan, rasanya tidak perlu melaporkan beberapa nama yang tidak aktif. Sepertinya, semuanya layak mendapatkan nilai sempurna. Lagipula, pelaksanaan KKN telah usai, Ralin memilih mengikhlaskan semuanya, tak perlu ada dendam dan amarah lagi. Tak perlu lagi ada sesuatu yang disimpan. Tiga puluh hari menjalani KKN bersama dan tinggal bersama, biarlah menjadi kenangan manis. Kenangan yang pahit biar tercampur dengan rasa manis bernama rindu.

"Bagus kalau begitu, semua nilainya sempurna. Kelompok kamu memberikan program yang sangat unik, apalagi ada perpustakaan keliling dan bimbel untuk anak-anak desa, kalian hebat meski bukan dari latar jurusan non pendidikan, kalian bisa mengembangkan literasi," puji pak Halim dengan wajah tersenyumnya.

Ralin lalu keluar dari ruang dosen, dia melangkah menuju perpustakaan. Sudah menginjak semester tujuh, sudah saatnya dia memulai berkutat dengan buku tebal bak kitab bernama skripsi. Kuliah di universitas negeri ternama adalah cita-cita Ralin, namun ada satu hal yang tetap harus dia penuhi, lulus tepat waktu. Kuliah di universitas ini sepenuhnya biaya dari pemerintah, Ralin berhasil meraih beasiswa bidikmisi dan berkewajiban mempertahankan nilai indeks prestasinya.

Ralin berjalan menyusuri perpustakaan fakultas Ekonomi mencari deretan skripsi, tentu saja di bagian Manajemen Keuangan. Dia sangat tertarik mengambil topik saham dan investasi, cita-citanya menjadi seorang manajer investasi. Dia mengambil skripsi dengan judul yang lumayan memusingkan kepala, tentang Hedging, dan indeks saham lainnya. Jujur saja saat ini kondisi Ralin masih sangat lelah, baru saja kemarin pulang dari KKN dan hari ini harus kembali ke kampus menyerahkan laporan, dan besok dia harus kembali kuliah dengan menyetorkan judul skripsi apa yang akan dia ambil. Berulang kali Ralin menguap, menandakan kebosanan dan lelah. Ralin kembali mengambil hanphonenya dan berselancar di dunia maya, kembali ke i*******m dan membuat story, "Tired but need to read all of this." dengan foto tumpukan buku skripsi.

"Rajin banget udah ngampus." 

"Wah gak ngajak aku ke kampus."

"Loh udah mulai ngerjain skripsi?"

"Ralin udah mulai ambil judul?"

"Bantuin aku dong milih judul."

Diantara semua reply story, yang menarik mata Ralin adalah nama Arga disana yang me-reply storynya dengan "Bantuin aku dong milih judul." entah kenapa pesan dari Arga agak unik, masalahnya Arga mengambil konsentrasi Sumber Daya Manusia, sedangkan Ralin mengambil Keuangan. Dia membuka balasan story dari Arga dan membalasnya, "Iya makanya sini ke perpus." Sayangnya, balasan Ralin hanya dibaca oleh Arga. Ralin kembali memfokuskan diri membaca skripsi tebal milik kakak tingkatnya, sesekali dia menguap dan mengerjapkan mata, dia tidak kuat lagi untuk membaca. 

Ralin memutuskan untuk bangkit dan keluar perpustakaan, dia melanjutkan untuk mencari inspirasi di tempat lain. Dia melihat beberapa teman sekelasnya duduk di gazebo, sibuk membicarakan skripsi. Damian duduk di paling pojok dan disampingnya ada Ahmad dan Farhan.  

"Hai, sibuk ngerjain apa kalian?" tanya Ralin kepada mereka bertiga. Damian, Farhan dan Ahmad ketiganya terbiasa kemana-mana bersama, apalagi Damian dan Farhan yang tinggal dalam satu kos bersama. Ralin biasanya menyebut mereka 'Sekoteng' 

Ketiganya tidak menjawab, tapi malah menitipkan tas dan jaket lalu mereka berangkat menuju kantin untuk makan siang. Ralin duduk di gazebo dan mengayunkan kakinya yang menggantung, entah kenapa saat ini yang terbayang wajah Arga. Rasanya sudah lama Arga tidak muncul di kehidupan Ralin lagi sejak tes konsentrasi penjurusan. Keduanya terpisah dengan konsentrasi yang berbeda dan jadwal kuliah yang berkebalikan waktunya. Ralin pulang, Arga kuliah. Arga pulang, Ralin kuliah. Tidak ada jadwal dan jam kuliah yang mempertemukan keduanya.

Bahkan Ralin sudah lupa bagaimana wajah Arga, yang dia ingat waktu masih semester empat, keduanya terlibat dalam satu kelompok kewirausahaan untuk membuat ice cream bersama. Waktu itu Arga masih sering ke rumah Ralin bolak-balik karena membantu membuat ice cream dan menjualnya di bazar. Selain itu, di semester empat mereka dalam satu komunitas bersama dan sering bertemu di komunitas saja, selebihnya mereka hanya berteman biasa.

Lamunan Ralin rupanya membuatnya dia tidak menyadari bahwa lelaki yang ada di pikirannya telah berdiri di depan sejak beberapa menit yang lalu.

"Kamu lagi mikirin apasih Lin? Kaya berat gitu?" ucap Arga. 

Ralin terperanjat dan membelalakkan matanya, Arga yang nyata ada di depannya bak jin di siang hari tiba-tiba datang di depannya.

"Loh, kapan kamu datang?" tanya Ralin.

"Barusan, mau ngumpulin laporan KKN." 

Arga membuka tasnya dan mengambil satu jilid laporan dan mengajak Ralin untuk ikut bersamanya, entah sihir apa yang sudah membuat Ralin mengangguk mengiyakan dan ikut menemani Arga menuju ruang dosen. 

Sekoteng baru saja selesai makan dan kembali ke gazebo, mereka terkejut karena gazebo kosong dan tidak ada Ralin yang menjaga tas mereka di sana. 

"Lah mana ya Ralin?" tanya Damian.

"Itu, lagi sama Arga," balas Farhan

"Waduh, kayanya bakalan ada gosip baru ini."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status