Antara luka dan bahagia, mana yang harus aku pilih? Semuanya sama-sama lebih baik daripada hampa.
Hari terakhir Ralin menjalani masa Kuliah Kerja Nyata, dia sebagai tim humas dalam kelompok KKN harus menyerahkan hasil laporan KKN kepada dosennya. Dengan langkah sedikit tergesa-gesa karena mengejar waktu sebelum salat Jumat, Ralin berhasil masuk ke dalam ruang dosen, sayangnya di sana pak Halim sudah tidak lagi duduk di tempatnya. Kosong.
Ralin mengehela napasnya dan duduk di ruang tunggu, sembari mengisi kekosongan dia membuka aplikasi i*******m yang sedang booming untuk melihat postingan foto dan story. Dia mengambil foto gambar ruang tunggu dosen dan menuliskan caption 'Demi tugas negara' lalu mempostingnya. Selang beberapa menit, notifikasi tertera di layar handphone Ralin, nama Arga yang muncul dan memberi komentar, "Ngapain kamu ngampus Lin?". Pertanyaan Arga berlanjut hingga membuat obrolan singkat yang mampu membuat Ralin tersenyum sendiri.
Tidak biasanya Arga begitu dekat kepadanya, biasanya dia akan bersikap cuek dan menjauh dari Ralin. Dia kembali membenahkan bajunya yang kusut karena terlalu lama duduk lalu kembali masuk ke ruang dosen setelah melihat pak Halim datang. Ralin menarik kedua sudut bibirnya dan mengangguk pelan memberi hormat, lalu dia duduk setelah dipersilahkan dan memberikan satu jilid laporan hasil KKN.
"Menarik, jadi semua program ini terlaksana?" tanya pak Halim, matanya masih menatap laporan kelompok KKN Ralin.
"Iya Pak, semua program literasi alhamdulillah terlaksana dengan lancar."
"Bagus, sebagai humas tentunya kamu juga hafal siapa saja teman kamu yang tidak aktif dan tidak ikut serta di dalam kelompok KKN, tuliskan disini." Pak Halim menyodorkan secarik kertas dengan sebuah pena hitam.
Ralin menimang-nimang, apakah hal ini tidak mempengaruhi nilai teman lainnya? Meski memang kenyataannya ada beberapa anggota yang tidak bekerja keras seperti lainnya, tapi setidaknya mereka masih ikut sumbangsih memberikan ide program. Menit kedua Ralin masih belum menuliskan sebuah nama, dia lalu memutuskan untuk meletakkan pena hitam itu dan mengembalikan kepada Pak Halim beserta dengan kertasnya.
"Setelah saya pikir-pikir ... semuanya kompak Pak."
Ralin memberikan senyum yang agak dipaksakan, rasanya tidak perlu melaporkan beberapa nama yang tidak aktif. Sepertinya, semuanya layak mendapatkan nilai sempurna. Lagipula, pelaksanaan KKN telah usai, Ralin memilih mengikhlaskan semuanya, tak perlu ada dendam dan amarah lagi. Tak perlu lagi ada sesuatu yang disimpan. Tiga puluh hari menjalani KKN bersama dan tinggal bersama, biarlah menjadi kenangan manis. Kenangan yang pahit biar tercampur dengan rasa manis bernama rindu.
"Bagus kalau begitu, semua nilainya sempurna. Kelompok kamu memberikan program yang sangat unik, apalagi ada perpustakaan keliling dan bimbel untuk anak-anak desa, kalian hebat meski bukan dari latar jurusan non pendidikan, kalian bisa mengembangkan literasi," puji pak Halim dengan wajah tersenyumnya.
Ralin lalu keluar dari ruang dosen, dia melangkah menuju perpustakaan. Sudah menginjak semester tujuh, sudah saatnya dia memulai berkutat dengan buku tebal bak kitab bernama skripsi. Kuliah di universitas negeri ternama adalah cita-cita Ralin, namun ada satu hal yang tetap harus dia penuhi, lulus tepat waktu. Kuliah di universitas ini sepenuhnya biaya dari pemerintah, Ralin berhasil meraih beasiswa bidikmisi dan berkewajiban mempertahankan nilai indeks prestasinya.
Ralin berjalan menyusuri perpustakaan fakultas Ekonomi mencari deretan skripsi, tentu saja di bagian Manajemen Keuangan. Dia sangat tertarik mengambil topik saham dan investasi, cita-citanya menjadi seorang manajer investasi. Dia mengambil skripsi dengan judul yang lumayan memusingkan kepala, tentang Hedging, dan indeks saham lainnya. Jujur saja saat ini kondisi Ralin masih sangat lelah, baru saja kemarin pulang dari KKN dan hari ini harus kembali ke kampus menyerahkan laporan, dan besok dia harus kembali kuliah dengan menyetorkan judul skripsi apa yang akan dia ambil. Berulang kali Ralin menguap, menandakan kebosanan dan lelah. Ralin kembali mengambil hanphonenya dan berselancar di dunia maya, kembali ke i*******m dan membuat story, "Tired but need to read all of this." dengan foto tumpukan buku skripsi.
"Rajin banget udah ngampus."
"Wah gak ngajak aku ke kampus."
"Loh udah mulai ngerjain skripsi?"
"Ralin udah mulai ambil judul?"
"Bantuin aku dong milih judul."
Diantara semua reply story, yang menarik mata Ralin adalah nama Arga disana yang me-reply storynya dengan "Bantuin aku dong milih judul." entah kenapa pesan dari Arga agak unik, masalahnya Arga mengambil konsentrasi Sumber Daya Manusia, sedangkan Ralin mengambil Keuangan. Dia membuka balasan story dari Arga dan membalasnya, "Iya makanya sini ke perpus." Sayangnya, balasan Ralin hanya dibaca oleh Arga. Ralin kembali memfokuskan diri membaca skripsi tebal milik kakak tingkatnya, sesekali dia menguap dan mengerjapkan mata, dia tidak kuat lagi untuk membaca.
Ralin memutuskan untuk bangkit dan keluar perpustakaan, dia melanjutkan untuk mencari inspirasi di tempat lain. Dia melihat beberapa teman sekelasnya duduk di gazebo, sibuk membicarakan skripsi. Damian duduk di paling pojok dan disampingnya ada Ahmad dan Farhan.
"Hai, sibuk ngerjain apa kalian?" tanya Ralin kepada mereka bertiga. Damian, Farhan dan Ahmad ketiganya terbiasa kemana-mana bersama, apalagi Damian dan Farhan yang tinggal dalam satu kos bersama. Ralin biasanya menyebut mereka 'Sekoteng'
Ketiganya tidak menjawab, tapi malah menitipkan tas dan jaket lalu mereka berangkat menuju kantin untuk makan siang. Ralin duduk di gazebo dan mengayunkan kakinya yang menggantung, entah kenapa saat ini yang terbayang wajah Arga. Rasanya sudah lama Arga tidak muncul di kehidupan Ralin lagi sejak tes konsentrasi penjurusan. Keduanya terpisah dengan konsentrasi yang berbeda dan jadwal kuliah yang berkebalikan waktunya. Ralin pulang, Arga kuliah. Arga pulang, Ralin kuliah. Tidak ada jadwal dan jam kuliah yang mempertemukan keduanya.
Bahkan Ralin sudah lupa bagaimana wajah Arga, yang dia ingat waktu masih semester empat, keduanya terlibat dalam satu kelompok kewirausahaan untuk membuat ice cream bersama. Waktu itu Arga masih sering ke rumah Ralin bolak-balik karena membantu membuat ice cream dan menjualnya di bazar. Selain itu, di semester empat mereka dalam satu komunitas bersama dan sering bertemu di komunitas saja, selebihnya mereka hanya berteman biasa.
Lamunan Ralin rupanya membuatnya dia tidak menyadari bahwa lelaki yang ada di pikirannya telah berdiri di depan sejak beberapa menit yang lalu.
"Kamu lagi mikirin apasih Lin? Kaya berat gitu?" ucap Arga.
Ralin terperanjat dan membelalakkan matanya, Arga yang nyata ada di depannya bak jin di siang hari tiba-tiba datang di depannya.
"Loh, kapan kamu datang?" tanya Ralin.
"Barusan, mau ngumpulin laporan KKN."
Arga membuka tasnya dan mengambil satu jilid laporan dan mengajak Ralin untuk ikut bersamanya, entah sihir apa yang sudah membuat Ralin mengangguk mengiyakan dan ikut menemani Arga menuju ruang dosen.
Sekoteng baru saja selesai makan dan kembali ke gazebo, mereka terkejut karena gazebo kosong dan tidak ada Ralin yang menjaga tas mereka di sana.
"Lah mana ya Ralin?" tanya Damian.
"Itu, lagi sama Arga," balas Farhan
"Waduh, kayanya bakalan ada gosip baru ini."
Aku bumi dan kamu matahari, kita saling menatap, tapi tak bersatu.Aroma parfum Arga kian memenuhi indra penciuman Ralin, begitu menyeruak sampai membuat Ralin mabuk tak berkedip melihat Arga di sampingnya."Ral, aku pinjam laptop kamu ya? Mau ngetik buat surat keterangan," kata Arga.Ralin seketika mengangguk mengiyakan dan menyodorkan laptopnya kepada Arga."Thanks."Ralin mengambil camilan kacang garuda dari tasnya dan saat baru saja dia buka, Arga sudah meminta."Suapin," ucap Arga."Ha?" Ralin lalu mengambil beberapa kacang lalu menyuapkan ke mulut Arga"Enak," ucap Arga."Ehem." Farhan sengaja berdehem karena melihat tingkah mereka berdua yang lucu.Ralin menunduk malu, lalu dia menaruh kacang di tengah meja dan menawarkan kepada teman lainnya. Arga tidak lagi meminta suapan kedua, dia memilih mengambil sendiri. Antara risih dan bingung karena tatapan teman-temannya. Jujur saja, sejak dulu m
Saat kau dekat, berhasil membuat aku terpikat.Sore ini adalah waktu yang pas bagi Ralin untuk berlari mengelilingi lapangan membakar kalori nasi goreng tadi pagi. Dengan sigap, Ralin mengenakan sepatu olahraganya dengan membawa hanphone dan berlari mengelilingi lapangan basket di dekat rumahnya. Putaran pertama masih terasa ringan, putaran kedua tubuhnya mulai memanas keringatnya bercucuran dan bajunya mulai basah.Putaran ketiga Ralin mulai merasakan napasnya tersengal, dia memilih duduk di pinggir lapangan. Tiba-tiba hanphonenya berdering, notifikasi line dari Arga. Entah kenapa akhir-akhir ini Arga semakin intens menghubungi Ralin. Dengan cepat Ralin membuka notifikasi itu dan bertanya kepadanya."Kamu enggak mau cari uang sediri ta Lin?"Ralin menyerngitkan dahinya, dia tidak memahami maksud Arga. Lalu dia membalas pesannya dengan bertanya apa maksud Arga. Selang lima menit kemudian Arga kembali membalas dengan memberikan gambar sebotol plas
Aku kira kita memiliki waktu yang lama. Tapi ternyata sangat singkat, sampai aku belum sempat mengucapkan selamat tinggal.Ralin memutar-mutar ponsel yang ada di dalam genggamannya. Dia sangat gelisah menunggu Arga karena sejak sejam yang lalu dia belum juga memberi kabar keberadaannya. Mereka telah berjanji untuk bertemu pagi ini bersama dengan kelompok kewirausahaan dulu. Ralin melangkah keluar dari kelasnya, dan berjalan menuju Gazebo bersama Monica, dan Maria. Satu teman lainnya bernama April ijin untuk tidak bisa mengikuti diskusi karena belajar menari. Baru saja sampai di depan lorong G9 Arga muncul dan menunjukan gigi putihnya. Ralin hanya menghela napas karena ternyata dia menunggu seseorang yang sejak tadi sudah ada disini namun di gedung yang berbeda."Ral, tunggu dulu. Kamu tau cara ngisi penilaian di sistem online?" tanya Arga."Penilaian sistem online? Seperti apa? Sistem non akademik?" tanya Ralin."Ya, dosen penasihatku tidak bisa,
Meninggalkan aku secara perlahan bagimu tidak menyakitkan, kamu salah. Semakin lama kamu pergi, semakin berat bagiku untuk berpaling.Sejak semalam Monica dan Ralin telah menyiapkan semua bahan untuk persiapan membuat makanan hari ini, mereka telah menentukan akan membuat cilok dan tahu fantasy dengan minuman soda gembira. Dengan mata berbinar dan semangat penuh kobaran api, Ralin mengambil tepung dan semua bahan, dia menyiapkannya dibantu dengan Monica."Mon, kemana ya anak-anak kenapa belum datang ya?" tanya Ralin.Monica hanya menghela napas kesal, dia sudah tau kedua anak itu pasti akan datang terlambat. Ralin tersenyum, jantungnya sudah dag dig dug tak karuan karena menunggu kedatangan Arga.Bunyi motor khas Yamaha X Ride membuat Ralin tersenyum senang, sudah pasti itu motor Arga yang datang. Ralin menuju kamar, mengenakan hijab dan baju lengan panjangnya lalu melangkah membuka pintu. Tak lupa dia menggunakan make up tipis, sejak kemarin Ral
Kamu hadir, tapi tidak menetap. Sama saja berbohong.Arga tampak begitu tampan dengan kemeja kotak-kotak kuning dan celana jeans. Rambutnya tersisir rapi dan aroma parfumnya tercium maskulin. Ralin masih terpaku dengan ketampanan Arga, bahkan tak berkedip."Jadi gimana? Kamu mau naik motor sama aku apa naik mobil?" tanya Arga.Hari ini bazar akan dimulai, semua peralatan masak dan makanan yang akan dijual sudah siap masuk ke dalam mobil. Hati kecil Ralin berteriak menginginkan naik motor berboncengan dengan Arga, tapi disisi lain, dia juga ingin menemani Monica naik mobil."Naik mobil aja, temenin Monica," jawab ibu Ralin.Ralin dengan Monica dan Arga saling pandang, sesuatu yang tidak bisa diartikan. Ralin akhirnya berpamitan dan masuk ke dalam mobil, menemani Monica dan memangku peralatan masak untuk bazar."Kamu pengen naik motor ya sama Arga?" tanya Monica sambil tersenyum menggoda Ralin. Sudah pasti jawaban Ralin hanya anggukan
Kemarin dan sekarang, bedanya ada dan tiada dirimu.Bazar masih sepi, belum banyak pengunjung tapi waktu menunjukkan pukul sebelas siang. Arga turun dari kursi setelah memasang lampu dan hiasan. Dia lalu menuju masjid kampus yang letaknya di dekat fakultas IPA."Aku ke masjid dulu ya, mau siap-siap salat Jumat."Maria mengangguk dan menyetujui permintaan Arga. Dia lalu kembali menata cilok untuk berjualan. Merasa sudah banyak murid berdatangan, Maria memilih menujual dagangan kita. Ralin masih fokus menata tahu fantasy dan menaruhnya pada mangkuk mika.
Cinta hadir tanpa diminta.Semakin malam bazar semakin ramai, panggung telah dipersiapkan untuk band. Pengunjung semakin ramai, namun sayangnya produk jualan mereka masih banyak. Ralin mengemasi tahu fantasy yang belum digoreng, masih ada sisa sekitar lima puluh buah, tidak mungkin jika membiarkan makanan terbuka, takut basi."Arga, anterin aku pulang dong. Ini tahu fantasynya dipulangin aja deh, biar masuk ke kulkas."Arga mengangguk, menyanggupi permintaan Ralin dan mengantarkannya pulang membawa satu kotak berisi tahu fantasy."Oke."Keduanya pulang, beberapa mahasiswa menggoda Ralin karena sekarang dekat dengan Arga, sekila Ralin melirik Arga, lelaki di sampingnya juga mengulas senyum. Entah senyum apa yang Arga maksud, namun hal itu membuat Ralin semakin berharap, dia memiliki perasaan yang sama.Seperti biasa, Arga bersikap manly, membuka footstep membiarkan Ralin naik. Manis, perilakunya sangat baik, membuat R
Jodoh, bukan hanya seseorang yang memberi janji, mendekat tanpa sekat. Tapi mendekat lalu akad.Pegal, sekujur tubuh Ralin sakit semua. Lelah, tubuhnya mengalami nyeri otot karena kelelahan. Jam menunjukkan pukul empat lebih, sudah waktunya dia salat subuh. Memaksakan diri untuk bangun, Ralin bangkit berdiri mengambil wudhu, tak luma dia sematkan doa menyebut nama Arga di sela sujudnya."Loh kok tidur lagi?" tanya ibu Ralin.Ralin hanya mengangguk lemah, dia kembali naik ke atas kasur dan meringkuk, badannya panas, tubuhnya kesakitan. Benar-benar payah, batin Ralin. Hanya bekerja keras selama dua hari saja membuatnya ambruk. Ralinmenutup mata, sebelumnya dia membayangkan wajah Arga yang tersenyum.Satu pukulan keras di pantat Ralin membuatnya bangun, dia meringis tertawa karena ibunya membangunkannya."Anak gadis abis subuh kok tidur, ayo bangun! Antar ibu ke pasar sekarang," ucap i