Share

Bagian 5

Meninggalkan aku secara perlahan bagimu tidak menyakitkan, kamu salah. Semakin lama kamu pergi, semakin berat bagiku untuk berpaling.

Sejak semalam Monica dan Ralin telah menyiapkan semua bahan untuk persiapan membuat makanan hari ini, mereka telah menentukan akan membuat cilok dan tahu fantasy dengan minuman soda gembira. Dengan mata berbinar dan semangat penuh kobaran api, Ralin mengambil tepung dan semua bahan, dia menyiapkannya dibantu dengan Monica.

"Mon, kemana ya anak-anak kenapa belum datang ya?" tanya Ralin.

Monica hanya menghela napas kesal, dia sudah tau kedua anak itu pasti akan datang terlambat. Ralin tersenyum, jantungnya sudah dag dig dug tak karuan karena menunggu kedatangan Arga.

Bunyi motor khas Yamaha X Ride membuat Ralin tersenyum senang, sudah pasti itu motor Arga yang datang. Ralin menuju kamar, mengenakan hijab dan baju lengan panjangnya lalu melangkah membuka pintu. Tak lupa dia menggunakan make up tipis, sejak kemarin Ralin menyukai menggunakan bedak bayi dan lip matte agar terlihat lebih cantik dan fresh. Kalau ada yang bilang, jatuh cinta itu membuat seseorang berubah, mungkin benar adanya. Ralin berubah menjadi lebih cantik dan merawat tubuhnya sejak jatuh cinta kepada Arga. Bahkan tadi pagi dia luluran agar kulitnya lebih cerah bersinar. Semalam dia juga menggunakan masker bengkoang.

Pintu dibuka, tampak sosok Arga dengan senyuman khasnya dan membawa satu kantong plastik besar berisi puluhan botol plastik untuk tempat berjualan minuman soda gembira.

"Yaampun banyak banget Ga botolnya." Ralin membantu Arga membawa botol plastik dan mempersilahkannya masuk ke dalam rumah. Monica keluar dari dapur dan menatap Arga dengan tatapan sengit dan berkata, "Mana sirup sama susunya?" Arga hanya tersenyum dan menggeleng, membuat Monica mendesah pelan.

Arga lalu bersalaman dengan ibu Ralin, melihat Arga yang sopan dan meminta ijin kepada ibu Ralin untuk masak-masak di rumah, Ralin jadi merasa Arga lelaki yang berbeda dengan lelaki lainnya, dia seorang gentle man dan maskulin.

"Jadi kamu beneran enggak bawa sirupnya?" tanya Ralin lagi.

"Enggak," jawab Arga singkat.

Dari gerak-gerik dan jawaban Arga, Ralin bisa mengetahui jika Arga sebenarnya ingin membeli sirup dan susu, tapi sayangnya dia tidak bisa memilihnya.

"Oh, aku tau kamu pasti bingung kan milihnya?" tebak Ralin.

Arga terkesiap karena seolah Ralin bisa membaca pikirannya.

"Iya, maaf ya."

Mereka lalu menyiapkan bahan untuk memasak tahu fantasy. Ralin mengambil bawang putih dan mengupasnya, lalu menghaluskannya dengan cobek. Arga melihat Ralin seperti kelelahan menggunakan cobek, dia lalu menawarkan untuk membantunya. Cara Arga menghaluskan bawang putih dengan cobek seperti tidak ada tenaga. Ralin tertawa kecil melihatnya.

"Kamu enggak pernah ya masak?" tanya Ralin.

"Enggak hehe."

Ralin mengambil kembali cobek dari tangan Arga dan memberinya contoh.

"Gini lo caranya ngulek bawang, kamu kalau enggak ada tenaga gitu mana bisa bawangnya halus."

Arga hanya nyengir kuda dan mengambil kembali cobeknya, tangannya tak sengaja tersentuh tangan Ralin yang membuat jantung Ralin berdegup makin kencang. Rona pipi Ralin jelas terlihat, namun dia menyembunyikannya dan memalingkan wajah. Ralin beralih membantu Monica yang memasukan tahu fantasy ke dalam cetakan.

Suara motor beat datang dan memasuki garasi rumah Ralin, sudah pasti itu Maria. Sahabat Ralin yang paling ceria, dia datang dengan membawa kantung plastik berisi stiker dan cup kecil untuk makan cilok.

"HEIII SELAMAT PAGI SEMUANYA!! HALO TANTE!!" teriak Maria yang membuat suasana seketika heboh.

"Masuk sini Maria, sini bantu kita," jawab Ralin.

Maria masuk lalu memberikan stiker beserta cupnya. Dia lalu membantu Ralin membuat cilok, dua kilo tepung diaduk dengan bawang putih dan air panas menjadi satu dalam wajan jumbo. Dengan tenaga penuh Ralin mengaduknya. Arga melihat Ralin yang kesulitan dia lalu beranjak duduk di samping Ralin dan mengaduk adonan.

"Nah gitu dong, jadi cowok itu yang peka," ucap Maria

Ralin tersenyum kecil dan memegang wajan, Arga yang mengaduknya. Mereka terlihat so sweet saat bekerja sama.

Sambil mengaduk dan kerjasama dalam membuat adonan, mereka saling berbincang kecil.

"Di depan rumah kamu ada ring basket, kamu sering pakai?" tanya Arga.

"Oh, kadang. Kenapa Ga? Kamu juga suka basket?" tanya Ralin.

Dia sangat menantikan jawaban Arga, Ralin sangat menyukai lelaki yang bisa bermain basket, membayangkan Arga yang menggunakan jersey basket saja membuat Ralin bersemu merah.

"Pernah sih dulu waktu SMA, tapi sudah itu enggak lama keluar, capek."

"Oh ya, rumah kamu memangnya jauh dari rumahku?" tanya Ralin.

Arga mengangguk dan menjawab, "Iya Lin, jauh banget kalau pakai ojek o****e itu tarif maksimal."

"Oh, pantas saja kamu jarang ya masuk kuliah soalnya jauh rumah kamu," jawab Ralin.

"Nah, iya bener. Belum lagi kalau dosennya enggak jadi ngajar, sayang bensinku."

Ralin tersenyum kecil dia membatin, "Bensin aja disayang, lembut banget hatinya."

Sepertinya jatuh cinta membuat otak Ralin terbius oleh racun kasmaran, semua hal yang bersangkutan dengan Arga bagai candu dan suara Arga seperti melodi yang terus teriang di kepalanya. Rasanya, setiap momen bersama Arga tak ingin dia lewatkan sedetik pun. Ralin sangat menikmati momen mengaduk adonan cilok bersama Arga. Dengan ini, dia bisa jadi lebih dekat dengan Arga. Perlakuan kecil Arga membuat Ralin semakin yakin Arga lelaki yang penuh perhatian dan pengertian. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status