Share

Bagian 4

Aku kira kita memiliki waktu yang lama. Tapi ternyata sangat singkat, sampai aku belum sempat mengucapkan selamat tinggal.

Ralin memutar-mutar ponsel yang ada di dalam genggamannya. Dia sangat gelisah menunggu Arga karena sejak sejam yang lalu dia belum juga memberi kabar keberadaannya. Mereka telah berjanji untuk bertemu pagi ini bersama dengan kelompok kewirausahaan dulu. Ralin melangkah keluar dari kelasnya, dan berjalan menuju Gazebo bersama Monica, dan Maria. Satu teman lainnya bernama April ijin untuk tidak bisa mengikuti diskusi karena belajar menari. Baru saja sampai di depan lorong G9 Arga muncul dan menunjukan gigi putihnya. Ralin hanya menghela napas karena ternyata dia menunggu seseorang yang sejak tadi sudah ada disini namun di gedung yang berbeda.

"Ral, tunggu dulu. Kamu tau cara ngisi penilaian di sistem o****e?" tanya Arga.

"Penilaian sistem o****e? Seperti apa? Sistem non akademik?" tanya Ralin.

"Ya, dosen penasihatku tidak bisa, apa kamu bisa membantu?"

Ralin menggeleng, dia tidak mengetahui bagaimana cara untuk melakukan validasi sistem jika dilakukan oleh pihak dosen. Namun suatu ide terbesit di kepala Ralin.

"Coba kita tanya ke dosenku saja bagaimana? Mungkin bu Nadia dosen keuangan memahami bagaimana caranya."

Arga mengangguk dan berjalan di sisi Ralin, dia mengetuk pintu ruang dosen. Bu Nadia terlihat jelas disana, Ralin mengucapkan salam dan masuk ke dalam.

"Bu, permisi maaf menganggu, begini bu teman saya dosen penasihatnya tidak bisa melakukan approved pada sistem non akademik. Caranya bagaimana ya Bu?"

"Oh gini, sini mas."

Bu Nadia lalu menunjukkan cara dan memberikan arahan, setelah selesai bu Nadia tersenyum sendiri.

"Ini pacar kamu ya Lin?" tanya bu Nadia. Ralin tersenyum kecil dan bingung menjawab apa, karena memang sejak Arga mengubunginya lagi setelah hampir dua tahun tidak pernah berkomunikasi rasa itu bersemi kembali.

"Eh? Aamiin bu," jawab Ralin gugup.

Bu Nadia hanya tertawa dan bertanya lagi, "Kamu suka apa enggak lo sama dia?". Dengan senyum menggoda, Ralin bingung harus menjawab apa, sedangkan Arga di sampingnya dari tadi hanya diam. Ralin lalu mengalihkan pembicaraan dan pamit untuk keluar dari ruang dosen.

"Ikut aku sebentar Lin," ucap Arga.

Ralin mengajak Monica untuk kembali diskusi membicarakan tentang rencana bazar.

"Kamu ada catatan?" tanya Arga.

Ralin mengeluarkan memo kecil dan memberikan kepad Arga bersama dengan bolpoinya. Jantung Ralin sejak tadi berdegup kencang, apalagi saat ini Arga di hadapannya. Apalagi kali ini Arga tampak begitu tampan dan gagah dengan baju sweater merah serta rambutnya yang tersisir rapi. Jambang dan jenggot yang menghiasi wajah tampannya. Pipinya agak chubby, namun garis rahang masih terlihat jelas. Aroma parfumnya membuat Ralin menjadi terbawa pada suasana, rasanya hanya ada mereka berdua di gazebo.

Arga masih sibuk menuliskan sesuatu di kertas catatan kecil milik Ralin, dan Ralin masih sibuk mengamati wajah Arga, mengingatnya agar tetap mengingatnya saat mata terpejam. Semilir angin dingin menembus kulit Ralin, namun langit begitu cerah.

"Ini."

Arga mengembalikan catatan itu, dan Ralin membacanya, tulisan Arga yang memberikan berbagai rasa untuk pembuatan puddingnya. Ralin mengangguk setuju dan bertanya, "Lalu makanan apalagi ya yang akan kita buat?" tanya Ralin menerka-nerka.

"Apa saja, yang menurutmu enak. Dan bisa laris."

Ralin mengangguk, seketika lidahnya kelu dan gugup karena melihat senyuman Arga, mulai hari ini bisa dia pastikan, bahwa rasa cinta kembali hadir dalam hidupnya. Ralin lalu berpamitan dengan teman lainnya untuk pulang karena hari sudah mulai gelap. Dia menuju parkiran dan tersenyum sendiri melihat motor milik Arga, dia sangat hapal dan ingat. Motor dan plat nomornya. Sudah pasti milik Arga. Ralin tersenyum sendiri, sampai Monica ikut tersenyum melihat tingkah lucu Ralin. Sahabat yang seolah bisa membaca pikirannya, Monica sangat tahu isi hati Ralin.

"Cie, seneng ya abis ketemu." Monica menatap Ralin dengan menggoda, dia naik ke motor Ralin.

"Ih apasih, enggak."

Mulut bisa berbohong, tapi mata tidak, apalagi semu merah rona di pipi yang membuat semakin jelas jika Ralin hanya berbohong. Hatinya seperti ada konser live music yang membuat berdegup kencang. Perasaan dan darahnya berdesir mengalir deras. Ralin gugup.

"Ralin, aku suka sama Arga itu udah lama, lagipula aku sekarang kan udah jadian sama Marzuq. Jadi jangan lagi memendam perasaan kamu untuk mengalah ya. Cintai dia selagi masih ada waktu."

Ralin tersenyum dan mengangguk, sudah tidak ada lagi rahasia diantara mereka, hari ini bersama senja jingga Ralin mengatakan kepada dirinya untuk kembali membuka hati kepada seorang laki-laki yang mampu membuatnya jatuh hati, Arga Wijayanto. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status