Home / Horor / Legenda Bunga Wijaya Kusuma / Raden Mas Langkasuma

Share

Raden Mas Langkasuma

Author: yoga surendra
last update Last Updated: 2025-07-03 22:15:35

Mendengar ucapan salam hormat begitu tinggi dari sosok tersebut membuat Sekarjati terkejut sekaligus bingung.

"Siapa Anda?"

"Saya adalah abdi Gusti Putri, dan nama saya Langkasuma," jawabnya tegas penuh dengan kewibawaan bangsawan.

Sekarjati terkejut ketika mendengar nama Langkasuma yang disebutkan sosok tersebut dimana sebelumnya dirinya berziarah ke makam.

"Anda adalah sesepuh dari Desa Nglimputan, namun mengapa Anda mengatakan abdi saya?"

"Saya yang menjaga hutan untuk Desa Nglimputan, bahkan sampai ke wilayah Kadipaten ini. Gusti Putri adalah junjungan saya."

Sekarjati semakin bingung dengan apa yang didengarnya membuatnya teringat akan manuskrip yang dibawanya segera ia keluarkan.

"Apakah Anda tahu apa nama naskah ini dan isinya ?" tanya Sekarjati.

"Naskah ini bernama Sastra Wening Kinarya Ratna. Isinya memuat silsilah keluarga Keraton Lintang Pethak, petunjuk lokasi keraton yang kini telah menjadi reruntuhan, serta rahasia pusaka agung milik keraton," jawabnya lugas tanpa adanya kebohongan diwajahnya.

Tubuh spiritual nya bergerak diikuti asap merah kehitaman di belakangnya berdiri di depan Sekarjati kemudian memberikan penghormatan layaknya pelayan kerajaan.

"Saya tidak bisa berbuat banyak untuk Gusti Putri, karena dosa-dosa dari perjalanan hidup saya di masa lalu. Namun, saya akan menebus semuanya dengan sebaik-baiknya. Gusti Putri akan mengetahui kebenaran yang sesungguhnya," ucapnya dengan nada penuh penyesalan.

Sekarjati tak enak hati melihatnya meminta Langkasuma kembali berdiri meskipun dirinya bingung dengan apa yang terjadi.

"Terima kasih yang sebesar-besarnya atas kehormatan yang Anda berikan. Saya menerimanya dengan tulus. Mohon, tuntun dan lindungi saya ketika saatnya tiba untuk mengungkap rahasia Prasasti Watu Lirang, demi kepentingan rakyat," ucapnya tersenyum lembut.

"Baik, Gusti Putri. Saya akan melindungi Gusti Putri dengan cara apapun," balas Langkasuma menundukkan kepalanya pelan dan menghilang di udara.

"Sekar!!" panggil Sastra menggoyang-goyangkan tubuhnya.

Sekarjati terhenyak tersadar melihat Sastra dengan wajah panik menatapnya.

"Syukurlah. Aku kira kau sedang kesurupan melihatmu diam menatap prasasti," ucap Sastra menghela nafas lega.

Sekarjati mengabaikan tatapan orang lain di sekitarnya. Pandangannya fokus kepada prasasti Watu Lirang. Ia mengeluarkan manuskrip kuno membandingkannya dengan apa yang ada di dalam prasasti membuka lembaran kosong menuliskan apa yang dibaca nya saat ini.

꧋ Prasasti Watu Lirang ꧋

Tanda Berdirinya Kerajaan Lintang Pethak

Disusun oleh Raden Langkasuma, Punggawa kerajaan Lintang Pethak

> "Engkau yang membaca ini, camkanlah.

Pada masa ketika bulan lenyap, saat awan gelap menyelimuti langit utara,

terdengar suara dari arah hutan lebat nan tak tersentuh,

namun suara itu bukan suara manusia,

melainkan suara dari jagat yang telah lama sirna.

> Pada hari itu, Lintang Pethak lahir dari rahim bumi.

Menjadi kerajaan yang terbentuk dari cahaya,

di tengah kegelapan yang tak terjamah akal.

Sang Prabu datang dari arah barat gunung, berjalan tanpa meninggalkan jejak,

bersemayam di tempat yang disebut Watu Lirang —

batu sunyi yang hanya menangis saat malam tiba.

> Rakyatnya tidak lahir dari darah dan daging,

tetapi dari japa mantra yang suci.

Ratunya tidak memerintah dari singgasana,

tetapi dari suara angin yang mengalun.

Kerajaan ini tak tampak oleh mata biasa,

namun terlihat jelas oleh hati yang telah disucikan.

> Namun ingatlah, wahai siapa pun yang menyimpan prasasti ini:

Lintang Pethak hanya akan menyala ketika langit sunyi,

dan hanya akan datang ketika perbuatan manusia telah jauh dari dharma.

> Jika waktunya tiba, masa itu akan membalikkan segalanya.

Engkau yang membaca ini, bisa menjadi ratu selanjutnya,

jika engkau mampu mendengar suara dari batu,

dan tidak lari ketika Lintang Pethak menyala di dalam matamu."

"Aku telah menulis terjemahan dan memvalidasi manuskrip kuno yang ditemukan bersamaan dengan prasasti berisikan berdirinya kerajaan Lintang Pethak," ucap Sekarjati berdiri memasukkan buku miliknya ke dalam tas.

Sastra hanya mengikuti Sekarjati menganggukkan kepalanya memasukkan kembali peralatan ke dalam tas.

"Ternyata benar mitos orang tua zaman dahulu," ucap Pak Yanto tiba-tiba membuka topik pembicaraan.

"Maksud Bapak mitos kerajaan Lintang Pethak telah lama beredar di masyarakat sebelum di temukannya prasasti?" tanya Sastra mewawancarai Pak Yanto.

"Benar mas. Orang tua zaman dahulu di desa kami mengatakan bahwa bintang jatuh yang melewati tanah Jawa akan menghilang dimari. Konon bintang jatuh tidaklah menghilang melainkan pergi ke sebuah dimensi lain. Disisi lain gunung Pethak terutama alas Seloaji adalah hutan keramat dan konon Raden Mas Langkasuma merupakan salah satu punggawa kerajaan dari sebuah kerajaan misterius menepi dari gemerlapnya dunia membabat hutan membuat perdikan hingga menjadi kadipaten saat ini," jawab Pak Yanto menjelaskan mitos yang beredar di kalangan masyarakat memiliki terkait Raden Mas Langkasuma dan mitos kerajaan ghaib.

"Apakah kami bisa tinggal di mari untuk melakukan penelitian lebih lanjut sebelum tim dari pusat diterjunkan menelusuri bekas kerajaan yang dikatakan misterius oleh masyarakat?" tanya Sekarjati.

"Tentu saja Mbak Sekar dan Mas Sastra bisa tinggal. Mari saya antar," jawab Pak Yanto tersenyum memimpin jalan.

Sekar menganggukkan kepalanya mengikuti Pak Yanto dan rombongan menuruni lereng gunung. Pikirannya masih kacau mengingat hal yang baru saja terjadi sangatlah aneh. Untuk pertama kalinya ia dipanggil Gusti Putri oleh leluhur suatu desa.

"Apakah aku akan menemukan jawaban dari mimpiku di desa ini?" gumamnya lirih.

Sekar berjalan hingga sampai di jalan setapak dan melihat bangunan kecil yang merupakan tempat makam Raden Langkasuma. Samar-samar ia melihat sosoknya tersenyum kepadanya dengan ageman khas kerjaan kuno.

"Sekar!" panggil Sastra menepuk pundaknya membuatnya terkejut.

"Ada apa?"

"Kenapa kau terus saja melamun semenjak tadi?" ucap Sastra heran.

"Tidak ada apa-apa. Hanya saja orang yang disebut sebagai Raden Langkasuma aku telah melihatnya. Begitu gagah layaknya seorang bangsawan kelas tinggi dan ageman khas kerajaan. Pembawaannya halus berwibawa membuatku kagum terpesona," balas Sekarjati menjelaskan kepada Sastra apa yang tengah dialaminya saat ini.

"Aku mengerti," balasnya menganggukkan kepalanya.

Mereka kembali ke desa Nglimputan. Pak Yanto sebagai kepala desa mengantarkan mereka berdua menuju rumah persinggahan sementara. Bangunan berbentuk joglo gebyok begitu indah dan megah meskipun debu menutupinya.

"Ini rumah persinggahan sementara, terakhir digunakan oleh mahasiswa KKN setahun yang lalu. Mohon maaf kepada Mas Sastra dan Mbak Sekar karena debu tebal menutupinya," ucap Pak Yanto dengan nada canggung menutupi rasa tak enaknya.

"Tidak apa-apa Pak. Ini lebih dari sekedar cukup," balas Sastra.

"Baiklah kalau begitu saya pamit terlebih dahulu," ucap Pak Yanto sebelum pergi meninggalkan mereka.

"Aku pergi ke mobil membawa barang-barang terlebih dahulu. Kau masuklah ke dalam, sepertinya rumah ini tidak dikunci dari luar," ucap Sastra.

"Baiklah. Hati-hati di jalan," balas Sekar.

Sastra pergi meninggalkan Sekar sendirian di depan rumah. Suasana asri terasa ketika angin sepoi-sepoi membisikkan telinga.

"Nak......" panggil seseorang.

Sekarjati menoleh ke belakang begitu mendengar seseorang memanggil nya. Seorang nenek tua mengenakan kebaya kuning keemasan bersulam bunga jati bersanggul khas jawa dengan kain jarik bermotifkan sidomukti parang barong.

"Eyang Ratmasih...." ucap Sekarjati terkejut dengan kemunculannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Legenda Bunga Wijaya Kusuma   Krisis Identitas

    Pak Ardira berlarian kecil kembali ke desa Nglimputan. Pemakaman telah usai dan monumen makam massal telah terpasang. Ia mencari-cari pusaka tombak dan keris di sekeliling nya dengan gelisah. "Apa yang kau cari wahai manusia," ucap seorang wanita yang seketika membuat Pak Ardira tersentak kemudian menoleh. "Sri Dyah Durgamaya," ucapnya pelan. Durgamaya berjalan mendekati Pak Ardira yang tak bisa bergerak entah karena apa. Jarak keduanya begitu dekat hingga nafas memburu terdengar begitu jelas. "Kau bukan berasal dari zaman ini," ucap Durgamaya membuat Pak Ardira terkejut. "Kau mengetahuinya?" balas Pak Ardira memberanikan diri untuk berbicara. "Tentu saja. Kembalilah ke tempat di mana kau berada dan jangan pernah ikut campur urusan ku dimari," ucap Durgamaya tersenyum kemudian tertawa tipis. Pak Ardira terdiam ditempat seakan-akan takut untuk bergerak menarik perhatian wanita iblis di depannya itu. Durgamaya tersenyum berjalan menjauhinya melihat makam massal membuatnya

  • Legenda Bunga Wijaya Kusuma   Kisah Sang Manusia Abadi

    Pak Ardira dan sang sopir masuk ke dalam setelah dipersilahkan. Mereka duduk di kursi anyaman rotan menunggu Ki Wahyu Prabawa segera kembali. "Siapa gerangan yang menemui ku saat ini?" tanya Ki Wahyu Prabawa. "Saya Ardira dari Balai Warisan Nusantara dan sopir saya Siswo" Ki Wahyu Prabawa menganggukkan kepalanya menuangkan air dari dalam kendi menyodorkannya kepada Pak Ardira dan sang sopir Siswo. "Minumlah, kalian telah jauh-jauh datang dari Jakarta kemari," ucapnya dengan senyuman tulus. Keduanya minum air dari gelas merasakan dahaga yang terpuaskan oleh air segar pegunungan. Pak Ardira kembali membuka topik pembicaraan kedatangannya kemari. "Aku tahu seseorang akan datang kemari dan oleh karena itu aku menyambut Anda," ucap Ki Wahyu Prabawa. "Syukurlah Anda tahu kedatangan saya dan berharap mendapatkan penjelasan mengenai kejadian malam itu," balas Pak Ardira. Ki Wahyu Prabawa menghela nafas panjang mengingat kejadian kelam pembantaian satu desa pada malam itu. "

  • Legenda Bunga Wijaya Kusuma    Pertemuan Kedua Kali

    Pak Ardira turun dari mobil berjalan menuju ke arah hutan tempat desa Nglimputan berada. Dengan mengenakan sepatu yang telah dibungkus plastik dan membawa payung hitam dirinya melewati barikade polisi yang mempersilahkannya masuk. Ia berjalan dengan tatapan datar melewati jalan satu-satunya menuju desa. Panggung wayang basah oleh hujan dan darah dari para penduduk desa mengalir mengikuti arus air hujan. "Benar-benar kejam," gumamnya melihat evakuasi mayat warga yang dilakukan relawan medis dan kepolisian untuk dimakamkan secara masal. Lubang besar telah digali dan mereka dimasukkan satu per satu ke dalamnya setelah dibersihkan. Pak Ardira mendekat melihatnya yang kemudian dihentikan oleh kemunculan seorang polisi. "Pak Ardira," ucap polisi tersebut ramah mengenali sosok di depannya. "Pak Angga yang menangani kasus ini?" balas Pak Ardira. "Benar. Saya yang menangani kasus pembantaian desa Nglimputan. Lama tidak bertemu dengan Pak Ardira," jawab Pak Angga sembari tersenyum.

  • Legenda Bunga Wijaya Kusuma   Kasus Pembantaian Desa Nglimputan

    Keesokan paginya berita akan pembantaian di desa Nglimputan termuat dalam media nasional. Kehebohan terjadi dan berbagai asumsi beredar di masyarakat. Pihak berwenang belum mengkonfirmasi motif pembantaian yang terjadi. Para jurnalis dari ibukota meluncur ke tempat kejadian mencoba menggali informasi langsung dari pihak kepolisian. Garis polisi membentang di tempat perkara dan para jurnalis mengenakan sepatu yang dilapisi plastik agar tidak menganggu ataupun mengubah tempat perkara. Sedangkan Sekarjati tengah dirawat di rumah sakit daerah kabupaten menjalani perawatan intensif dan sampai saat ini belum sadarkan diri. Balai Warisan Nusantara. Bapak Ardira tengah duduk di ruangannya melihat berita yang tengah menyiarkan tayangan langsung dari tempat perkara dikejutkan dengan kemunculan Bu Paramita yang masuk ke dalam ruangannya secara tiba-tiba. "Pak! Semua ini di luar prediksi kita. Sekarjati tak sadarkan diri dan Sastra menghilang entah kemana. Kementrian menutup paksa renacana pe

  • Legenda Bunga Wijaya Kusuma   Pembantaian Desa Nglimputan

    "Kita bertemu kembali saudaraku," ucap Durgamaya tersenyum senang.Kemunculannya bersamaan dengan Sastra dan para pengikutnya. Langkasuma segera menarik Sekarjati untuk tetap berada di dekatnya."Apa yang kau inginkan dariku?" tanya Sekarjati."Nyawamu," jawab Durgamaya melotot tajam dan tertawa pelan."Jangan libatkan warga desa dalam rencana busukmu itu!" bentak Sekarjati yang langsung mendapatkan respon buruk dari Durgamaya berupa tekanan kuat begerak ke arah Sekarjati kemudian pancaran cahaya emas melindunginya.Liontin merah melayang memancarkan cahayanya yang seketika membuat mereka mengerang kesakitan. Durgamaya mengepalkan tangannya menahan amarah begitu melihatnya."Pilihanmu hanya menyelamatkan mereka atau kau mati," ucapnya memberikan ancamannya."Aku memilih mati," jawab Sekarjati tegas.Langkasuma yang melihat tekad Sekarjati mengerutkan keningnya dengan kecepatan kilat menyentuh kening Sekarjati membuatnya pingsan."Baiklah. Pertempuran kali ini benar-benar di luar bayan

  • Legenda Bunga Wijaya Kusuma   Raja Kegelapan Bathara Kala Mandrapati

    "Siapa kau?" ucap Sekarjati dengan nada ketakutan. "Aku Bhatara Kala Mandrapati sang Raja Kegelapan. Bukankah lakon ini dipersembahkan untukku?" ucapnya tertawa keras berjalan menuju ke arah panggung berdiri di belakang sang dalang kemudian duduk yang seketika membuat tubuh sang dalang bergetar memegang wayang kulit tokoh Bathara Kala dengan erat. Suara gamelan kian keras terdengar dan para penabuhnya memainkannya begitu keras bertempo cepat. Sang dalang tertawa dengan suara beratnya menggerakkan tokoh Bathara Kala begitu lihai. Sekarjati beranjak berdiri ketika menyadari aura negatif begitu kental mengelilinginya. "Aku kelaparan dan membutuhkan makanan dan kalian semua adalah makananku," ucap sang dalang tertawa keras menancapkan wayang kulitnya begitu keras kemudian beranjak berdiri menatap semua orang dengan senyuman misterius. "Wahai pengikut setiaku. Datanglah kemari nikmati hidangan terbaik kalian," ucapnya lantanng terdengar merentang kedua tangannya yang seketika puluhan m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status