LOGINBab Utama : 12/30. Bab Utama tertunda sampai hari ini (Bab Utama hari ini ada 5 Bab) Bab Bonus Gems : 7 Bab. Bab Bonus Hadiah : 2 Bab.
Penyamun Gurun Gobi merupakan perampok yang sangat ditakuti oleh para pedagang yang mencoba melintasi Gurun Gobi untuk menjajakan dagangan ataupun membeli dagangan di kota-kota di Dinasti Jian yang banyak dihuni bangsa Jurchen.Penyamun yang seluruh anggotanya wanita muda ini sangat menakutkan karena mereka bukan hanya merampas barang dagangan tapi juga membunuh para pedagang terutama pedagang pria yang melintas tanpa penjagaan ketat.Mereka dikenal sebagai Iblis Gurun Gobi karena kesadisannya itu.Qing Jian meninggalkan Paviliun Lotus Merah saat matahari baru naik setengah tombak dari cakrawala. Cahaya pagi memantul di pasir, menyilaukan mata, sementara angin gurun membawa hawa dingin yang menusuk hingga ke tulang.Ia berhenti sejenak di batas oasis terakhir.“Gurun Gobi…” gumamnya pelan. “Masih sama kejamnya.”Belum jauh ia melangkah, angin tiba-tiba berubah.Desir panjang menggesek telinga.Qing Jian mengangkat kepala.Langit di kejauhan menggelap—bukan oleh awan, melainkan oleh di
Shin Ling tanpa ragu melepaskan seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya yang meluncur turun dengan mulus.Tubuh wanita sensual pemikat ini benar-benar sensual dan memikat dengan lekuk-lekuk tubuhnya yang sempurna dan membuat setiap pria akan terpaku dan menelan ludah dengan mata tak berkedip.Tak terkecuali Qing Jian. Ia sama sekali tak menyangka kalau tubuh Shin Ling begitu memikat dirinya.“Tubuhmu indah sekali, Ling’er...” ucapnya tanpa bisa berkata-kata lagi.“Bukan hanya tubuhku yang indah, kau akan merasakan setiap tubuhku nanti bergerak untuk memuaskan hasrat terpendam di dalam dirimu, Jian’ge,” ucap Shin Ling dengan mesra dan suaranya yang pelan tapi menggetarkan.Tanpa menunggu reaksi Qing Jian, ia langsung melucuti seluruh pakaian Dewa Pedang ini dengan hanya sekali kibasan tangan saja.Qing Jian terkejut dengan ilmu Shin Ling yang sedemikian hebatnya tapi masih memerlukan tiga energi di dalam tubuhnya ini.Bahkan Shin Lin kemudian menunduk dan melakukan sesuatu yang tak di
Qing Jian menyandarkan tubuhnya sedikit ke kursi, jemarinya mengetuk ringan tepi meja kayu cendana. Tatapannya tajam, namun bibirnya menyunggingkan senyum tipis—senyum seseorang yang tahu dirinya berada di posisi tawar lebih tinggi.“Aku hanya meminta diajarkan ilmu sensual pemikat,” ucapnya tenang, suaranya rendah dan terukur, “tapi kamu justru meminta tiga energi langka di dalam tubuhku. Energi yang kudapatkan dengan mempertaruhkan nyawa.”Matanya mengunci wajah Shin Ling.“Menurutmu… itu adil, Ling’er?”Ia tahu kapan harus menekan, kapan harus melonggarkan. Keunggulan ada di tangannya—dan ia tidak berniat menyia-nyiakannya.Shin Ling tidak menunjukkan kemarahan sedikit pun.Sebaliknya, ia tersenyum tipis, senyum seorang wanita yang memahami nilai tawar menawar jauh lebih baik daripada kebanyakan pria. Tatapannya menyapu Qing Jian dengan penuh perhitungan. Ia tahu betul—tiga energi itu nilainya jauh melampaui sekadar teknik sensual pemikat yang ia kuasai.“Kalau begitu,” katanya pela
Shin Ling menuangkan teh ke dalam cangkir porselen putih di hadapan Qing Jian.Gerakannya tenang dan terukur, pergelangan tangannya berputar anggun, seolah setiap tetes teh jatuh mengikuti irama yang telah ia hafal sejak lama. Uap tipis mengepul perlahan, membawa aroma daun teh langka bercampur wangi lotus yang lembut, menyelimuti ruang paviliun di Penginapan Lotus Merah dengan kehangatan yang menipu.“Aku bisa menjamumu dengan wanita tercantik di Lotus Merah,” ucap Shin Ling sambil tersenyum tipis, tatapannya berkilat samar, “jika Tuan Qing menginginkannya.”Nada suaranya ringan, seolah itu hanya tawaran biasa. Namun di baliknya, ada pengujian halus—sebuah kail yang dilempar untuk melihat apakah pria di depannya akan menggigit.Qing Jian tidak langsung menyentuh cangkirnya.“Nona Shin tidak perlu repot,” jawabnya tenang. “Sebenarnya aku hendak ke Gobi-Pay untuk meminta Golok Pembasmi Iblis.” Ia berhenti sejenak, lalu melanjutkan tanpa mengubah ekspresi, “Namun aku melihat jadwal lela
Shin Ling.Nama itu mengalir di benak Qing Jian seperti nada penutup sebuah lagu—indah, seimbang, dan sepenuhnya sesuai dengan sosok wanita yang berdiri di hadapannya. Bukan sekadar nama panggung yang dibuat untuk memikat tamu Lotus Merah.Ia adalah pemilik tempat ini. Tuan rumah tertinggi. Penguasa yang tak perlu mengangkat suara untuk ditaati.Namun semakin Qing Jian mendengarnya berbicara, semakin jelas satu hal lain terasa.Di balik suara lembut yang seperti sutra itu… ada gema otoritas.Bukan otoritas palsu yang dipinjam oleh wanita cantik demi bertahan hidup di dunia pria. Ini adalah aura kepemimpinan sejati—tekanan halus milik seseorang yang terbiasa berdiri di atas, memberi perintah, dan melihat orang lain menunduk tanpa perlu ancaman.Aura ini tidak cocok dengan seorang wanita penghibur.Ini aura seorang tetua sekte. Atau lebih tepatnya—Ketua sekte.Pandangan Qing Jian turun, berhenti pada cincin giok hitam di jari ramping Shin Ling. Permukaannya dingin dan pekat, dengan u
Musik kecapi itu tidak dimainkan untuk didengar—melainkan untuk dirasakan.Ia merambat perlahan, seperti uap hangat yang menyelinap di antara kulit dan pakaian, menyusup ke sela napas tanpa permisi. Setiap nada bertumpuk halus, saling mengunci, seolah dirangkai khusus untuk menyesuaikan ritme denyut jantung seorang pria. Tidak keras. Tidak memaksa. Namun cukup licik untuk membuat pertahanan batin retak tanpa disadari.Qing Jian berdiri diam di bawah balkon Lotus Merah.Lampion-lampion merah menggantung di sekeliling paviliun, cahayanya berayun pelan mengikuti hembusan angin malam. Namun yang membuat udara terasa berat bukan cahaya—melainkan Qi yang bergeser, beriak lembut seperti permukaan danau yang disentuh hujan pertama.Bukan Qi penindas. Bukan pula Qi pembunuh.Ini adalah aura sensual pemikat.Hangat. Halus. Menggoda dengan cara yang nyaris sopan. Ia tidak menekan kehendak, tidak menyeret kesadaran secara kasar. Namun di balik kelembutannya, ada cengkeraman samar—seutas benang ta







