Ruangan yang dihias sedemikian rupa agar memancarkan keindahan untuk menyambut umur baru dari gadis cantik bernama Lyra Ajisaka yang merupakan putri semata wayang dari pasangan Dharma Ajisaka dan Selestina Anind, dua orang yang cukup berpengaruh.
Pesta ulang tahun Lyra berjalan lancar seperti ulang tahun mewah pada umumnya. Tamu-tamu yang hadir menikmati suasana yang riang, makanan lezat, dan hiburan yang disiapkan dengan baik. Lyra, seorang gadis muda yang ceria dan penuh semangat, merasa sangat beruntung bisa merayakan ulang tahunnya yang ke-21 dengan teman-teman terdekat dan keluarganya.
Dari kejauhan tampak perempuan cantik dengan balutan dress yang indah bersama dengan kekasihnya berjalan menghampiri sang pemilik pesta yang tampak tengah bercengkrama dengan tamu yang lain.
"Happy birthday sayangku," ucap perempuan tersebut pada sang tuan rumah.
Lyra membalik badan dan tampak begitu terkejut mengetahui sahabat kesayangannya ternyata datang di pesta ulang tahunnya ini.
"Kak Sinta, Kak Arya, hih katanya gak bisa dateng!" ketus Lyra sembari mengerucutkan bibirnya.
Sinta tekekeh pelan. "Gak mungkin aku gak dateng, Ra...."
"Iya gak mungkin dia gak dateng ni, kamu tau dari awal berangka ke Bali aja dia udah selalu ngingetin nanti tanggal 5 harus udah pulang yaa gak mau tau pokonya," ujar Arya dengan suara yang dibuat-buat.
Sinta mendelik ke arah lelaki tersebut. "Gak usah ngeselin deh Mas! Oh ya, nih dari kita semoga suka ya," ucap Sinta sembari memberikan bingkisan pada Lyra.
"Thank you kak, harusnya gak usah repot-repot kakak dateng aja aku udah seneng banget," ucap Lyra sembari memeluk sahabat yang sudah ia anggap kakaknya sendiri.
Sinta terkekeh pelan lalu membalas pelukannya. "Sama-sama, oh ya Bunda sama Ayah mana?" tanya Sinta sembari melepas pelan pelukan keduanya.
Lyra tampak celingukan. "Gak tau tadi disana tuh kok ilang ya," gumam Lyra.
Tak lama musik berhenti sejenak, semua mata tertuju pada panggung yang telah disiapkan. Tiga orang tadi tampak terkejut melihat siapa yang berdiri diatas panggung, terutama Lyra. Lyra merasa penasaran, tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Orang tuanya, yang terlihat sangat bahagia, berdiri di atas panggung dengan senyum di wajah mereka.
"Dalam rangka merayakan ulang tahun Lyra yang istimewa ini, kami ingin mengumumkan sesuatu yang akan membuat hari ini menjadi lebih berkesan," kata Dharma-ayah Lyra dengan suara yang terdengar jelas di tengah keheningan. Lyra merasa jantungnya berdetak lebih cepat, merasa penasaran dengan pengumuman yang akan diungkapkan. Kali ini kejutan apa lagi yang akan diberikan oleh orang tuanya.
Selestina- ibu Lyra melanjutkan, "Sebagai orang tua, kami selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk Lyra. Kami telah mempertimbangkan dengan matang dan memutuskan untuk mengumumkan perjodohan Lyra dengan seseorang yang kami yakini akan menjadi pasangan yang sempurna baginya."
Lyra merasa terkejut mendengar kata-kata itu. Dia tidak pernah menduga bahwa orang tuanya akan mengumumkan sebuah perjodohan di hadapan semua tamu. Pikirannya dipenuhi dengan kebingungan dan keterkejutan. Dia berusaha mencari tahu apa yang ada di balik pengumuman ini.
Orang tua Lyra melanjutkan, "Kami telah memilih seseorang sebagai calon suami Lyra. Devan, dia adalah seorang pria yang sukses, perhatian, dan memiliki integritas tinggi. Kami yakin bahwa pernikahan ini akan membawa kebahagiaan pada putri semata wayang kami."
Lyra merasa seperti dunia di sekitarnya berhenti sejenak. Dia mencoba memproses semua informasi yang baru saja didengarnya. Dia merasa campur aduk antara kejutan, kebingungan, dan ketidakpastian. Dia tidak tahu apa yang harus dia pikirkan atau katakan.
Devan, pria yang disebutkan dalam pengumuman itu, tiba-tiba muncul di samping orang tua Lyra. Dia adalah seorang pria tampan dengan mata tajam yang penuh misteri. Namun, yang paling mencolok adalah dia adalah CEO yang terkenal dan yang paling menjadi buah bibir adalah ketidak mampuannya dalam berbicara akibat suatu kecelakaan.
Lyra merasa malu dengan semua ini. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan atau katakan. Dia merasa seperti semua mata di pesta ini tertuju padanya, menunggu reaksi dan tanggapannya terhadap pengumuman itu.
"Ra, kamu gak papa?" tanya Sinta yang khawatir dengan keterdiaman Lyra, gadis itu hanya menggeleng singkat.
Ia merasa terjebak dalam keadaan yang rumit. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan atau katakan. Semua pandangan tertuju padanya, menunggu reaksi dan tanggapannya terhadap pengumuman perjodohan ini. Lyra merasa marah dan frustasi. Dia tidak ingin hidupnya diatur oleh orang lain, terutama dalam hal cinta.
Devan, pria yang tidak dapat berbicara itu, berdiri di samping orang tua Lyra dengan tatapan yang tajam. Meskipun tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya, matanya mengungkapkan keberanian dan tekad yang luar biasa.
"Apa sih semua ini?" lirih Lyra dengan sorot kecewa.
Beberapa tamu mulai bertepuk tangan, memberikan dukungan dan persetujuan mereka terhadap perjodohan ini. Namun, ada juga beberapa tamu yang terlihat skeptis dan tidak yakin dengan keputusan orang tua Lyra. Lyra merasa semakin marah dan merasa bahwa semua orang mengabaikan perasaannya.
Lyra tidak bisa menahan emosinya lagi. Dia berdiri dengan tegas, menatap orang tua dan tamu-tamu dengan pandangan yang penuh kemarahan. "Tidak! Saya menolak perjodohan ini!" ucapnya dengan suara yang gemetar.
Orang tua Lyra terkejut dan terdiam. Mereka tidak pernah mengharapkan reaksi sekuat ini dari Lyra. "Lyra, kami hanya ingin yang terbaik untukmu. Kami pikir Devan adalah pilihan yang tepat," kata ayah Lyra dengan suara lembut.
"Tidak peduli apa yang kalian pikirkan, ini adalah hidupku! Saya tidak akan membiarkan orang lain mengatur hidup saya!" Lyra menjawab dengan nada yang keras dan tegas. Matanya kini benar-benar memerah, penuh akan amarah dan kekecewaan.
Devan melihat Lyra dengan ekspresi campuran antara kebingungan dan kekecewaan. Dia ingin berbicara, memberikan penjelasan atau mengungkapkan perasaannya, tetapi dia tidak bisa.
Beberapa tamu mulai berbisik-bisik, mengomentari sikap Lyra yang egois. Mereka tidak bisa memahami mengapa Lyra menolak perjodohan ini dengan begitu keras. Lyra merasa semakin terisolasi dan kesepian.
Lyra meninggalkan ruangan dengan langkah yang cepat dan marah. Dia merasa bahwa dia harus menemukan kebebasan dan mengambil kendali atas hidupnya sendiri.
"Lyra!" teriak mereka ketika gadis itu memilih pergi meninggalkan pesta begitu saja.
Kekecewaan yang Lyra rasakan, rasa malu yang ia alami saat pesta benar-benar tidak terdefinisikan lagi. Pesta ulang tahun yang harusnya menjadi perayaan yang mdriah dan menyenangkan baginya, malah menjadi petaka untuk masa depannya.
"Lyra benci mereka," gumamnya bersamaan dengan air mata yang meluruh.
Ia terisak kecil dibangku taman yang sepi. Tiba-tiba ia tersentak ketika ada sebuah tangan yang menepuk pelan pundaknya.
Ia mendongak dan seketika mata hijau indahnya membola. "Kamu?!"
"Kamu?!"Sosok tersebut hanya tersenyum kecil mendapat teriakan tak terduga dari gadisnya. Ah, bahkan ia sudah mengeklaim gadis di depannya ini sebagai gadisnya.Lyra sontak berdiri mendapati sosok yang paling ia benci ada dihadapannya saat ini. "Kamu ngapain disini?! Pergi! Aku gak mau liat wajah kamu, Bapak Devan yang terhormat!" pekik Lyra dengan air mata yang masih mengalir dari pelupuk matanya.Bukannya kesal akan perlakuan Lyra, lelaki tersebut malah terpaku dengan binar mata Lyra yang nampak surut karena buliran bening di pelupuknya. Tangannya terulur untuk mengusap air mata tersebut, tapi belum sampai tangannya menyentuh pipi gadis tersebut tangan Lyra bergerak lebih gesit untuk menepisnya."Mau apa kamu sentuh-sentuh saya!" bentak Lyra lagi dengan suara seraknya, suara khas seseorang yang baru saja menangis.Devan sama sekali tidak terpengaruh dengan perlakuan kasar Lyra, ia malah menipiskan bibirnya. Ia tahu betul apa yang tengah gadis ini alami.Dijodohkan secara tiba-tiba
"Sebenarnya apa yang kalian inginkan?"Keduanya mendekat ke arah Sinta. "Kamu hanya ingin yang terbaik untuk putri kami, Nak," ujar Selestina—ibunda Lyra."Tapi tindakan kalian salah, Bun, Yah," ucap Sinta.Sedikit penjelasan, orang tua Lyra dan Sinta bersahabat sejak lama bahkan orang tua Sinta sudah menganggap Lyra sebagai putrinya sendiri begitupun sebaliknya. Itulah mengapa mereka sangat dekat dan Lyra bahkan menganggap Sinta sebagai kakaknya sendiri."Benar yang dikatakan Sinta Om, Tante," sambung Arya yang berjalan dari arah dapur. "Kalian tidak bisa melakukan hal sebesar ini tanpa persetujuan Lyra dan langsung mengumumkannya begitu saja, saya memang tahu betul seperti apa Devan, karena selain rekan kerja kami juga bersahabat sejak lama, saya tau dia lelaki yang sempurna, tapi Lyra tidak mengetahui itu semua." "Dia masih perlu pemahaman Yah, Bun. Semua ini, aku tau Lyra pasti syok sekali," ucap Sinta kembali."Mungkin kami memang salah nak, seharusnya kami membicarakan hal ini
Lyra dan Devan menghadiri pertemuan keluarga setelah pernikahan mereka. Mereka tiba di rumah keluarga nenek Devan dengan perasaan campur aduk. Lyra merasa canggung dan tidak nyaman dengan pertemuan keluarga ini, aknkah ia dapat diterima oleh keluarga Devan sepenuhnya atau tidak.Ya, mereka hanya datang berdua karena kedua orang tua Devan sudah datang lebih awal, katanya mereka juga ingin menyambut pasangan baru ini.Devan yang mengetahui kegugupan Lyra langsung menggenggam tangannya dengan lembut, ia juga mengetikan beberapa kata pada ponselnya. "Jangan takut, saya ada disampingmu selalu istriku." Tulis Devan.Lyra menatap ke arah Devan dan mendapat anggukan kecil dari suaminya itu, ia pun menghela nafas sejenak, menetralkan rasa gugupnya. Dirasa sudah cukup mereka pun keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah dengan tangan Lyra yang masih ditengah oleh Devan.Ketika mereka memasuki ruang keluarga, mereka disambut dengan senyuman hangat dari Renata, ibu Devan. Renata adalah seorang w
Devan membuka matanya perlahan, menyesuaikan sorot cahaya yang mulai memasuki pupil matanya. Ia menoleh ke samping lalu menghela nafas pelan, meskipun sudah menikah tapi ia tetap tidur diranjang sendirian. Ia kira kejadian kemarin sudah menjadi awal baik untuk hubungan mereka tapi nyatanya semua tetap dingin. Mungkin pernikahan ini masih kurang bisa diterima oleh gadisnya, ia sadar mungkin Lyra memerlukan waktu untuk menyesuaikan diri dengan kondisi dan statusnya saat ini. Aku pikir setelah kemarin Lyra mulai membuka hati untukku, tapi memang nyatanya memenangkan hati sosok gadis seperti Lyra akan sedikit menyulitkan - batin Devan. Devan hanya bisa menghela nafas sabar, berharap agar pernikahannya ini dapat kembali mendatangkan kehangatan dirumah ini. Rumah yang telah dibangunnya dua tahun silam. Dengan langkah gontai Devan beranjak dari ranjang nyamannya menuju ruangan dingin untuk membersihkan diri. Tak memakan waktu lama, kini ia sudah siap dengan setelan formalnya. Kini ia ha