Hidupku kacau. Suamiku diam-diam bermain api dibelakangku hingga suatu hari aku memergokinya berada di dalam ranjang yang sama dengan wanita lain. Akhirnya aku memutuskan untuk bercerai dan memulai hidup yang baru dengan tinggal di sebuah kontrakan kecil. Himpitan ekonomi membuatku sibuk mencari pekerjaan lalu diterima bekerja di sebuah rumah sakit sebagai cleaning service. Di sana aku dipertemukan dengan Haris, seorang Dokter Spesialis Anak. Lelaki itu menaruh hati padaku dan aku pun sama. Dapatkah dia menerima aku apa adanya?
Lihat lebih banyak"Mas, malam ini kamu sangat tampan. Aku merasa beruntung bisa tidur bersamamu malam ini," Suara manja seorang wanita membuat genangan air di mataku. Aku akui, aku tidak bisa menggoda lelaki sebaik dia.
"Kamu memang selalu manja, Sayang, menggemaskan. Aku yang merasa beruntung memiliki pacar secantik kamu." Suara lembut lelaki itu terasa sangat menusuk gendang telingaku. Suara itu milik Adi, suamiku.
"Kamu bisa saja, Mas." Wanita itu terdengar tertawa kecil.
Di depan kamar 202 aku berdiri mematung dengan tetesan cairan bening membasahi pipi. Setelah aku selalu disuguhkan dengan penyangkalan dari mulut lelaki yang sudah menemani hidupku selama lima tahun, akhirnya aku bisa membuktikan kalau dugaanku benar. Dia berselingkuh dengan teman sekantornya.
Pantas saja dia selalu marah setiap aku mengungkit kejanggalan sikapnya belakangan ini. Adi sering pulang larut malam dengan bau parfum wanita melekat di pakaian yang dikenakannya. Dia bahkan bersumpah kalau dia tidak pernah bermain gila dengan wanita lain setiap aku menuntut penjelasan. Apa artinya sumpah itu? Nyatanya aku sekarang berdiri di depan ruangan tempatnya memadu kasih dan menghianati pernikahan kami.
Aku memang bukan wanita sempurna. Selama lima tahun pernikahan kami, aku belum bisa memberikannya keturunan. Apa aku bersalah untuk itu? Apa aku pantas diperlakukan seperti ini oleh orang yang aku cintai? Sebagai seorang wanita aku juga ingin segera mengandung, aku ingin memiliki seorang bayi, tetapi takdir itu belum berpihak padaku. Aku harus apa? Bahkan menangis setiap malam pun tidak akan membuat seorang bayi hadir di dalam rahimku.
Karena hal ini juga, ibu mertuaku selalu memberikan sindiran yang sangat pedas padaku. Terutama saat aku berkumpul dengan keluarga besar Adi. Kakak dan adik ipar kami semuanya sudah memiliki momongan. Mereka bahkan tidak sungkan membandingkanku dengan wanita-wanita lain di luar sana. Jangan tanya rasanya, karena itu sangat menyakitkan. Bukan hanya aku, sepertinya semua wanita juga akan merasakan hal yang sama saat diperlakukan seburuk itu di lingkungan keluarga suaminya.
Hari ini, aku sengaja membuntuti suamiku. Semua berawal dari sebuah pesan singkat yang aku temukan di ponselnya semalam. Dia dan teman wanitanya itu sudah membuat janji untuk pergi ke suatu tempat. Mereka tidak menjelaskan secara gamblang kemana mereka akan pergi, tetapi sebagai seorang istri aku seperti sudah memiliki firasat kalau mereka akan pergi ke hotel. Dan ya, firasatku benar.
Aku merasa, hari ini aku harus menuntaskan semuanya. Aku sudah tidak sanggup lagi mempertahankan rumah tangga yang sudah tidak layak untuk dijalani. Aku ingin mencari kebahagiaanku sendiri dan aku rasa aku pantas untuk mendapatkan itu. Dia memang aku cintai, tetapi bukankah mencintai saja tidak cukup dalam sebuah hubungan? Aku juga ingin dicintai, aku ingin menjalani pernikahan yang indah, dan tentunya aku tidak mau ada orang ketiga yang muncul dalam kehidupan pernikahan kami.
Selama ini aku sudah cukup sabar dengan semua sikap tidak baik Adi belakangan ini. Dia memperlakukanku dengan tidak baik, seperti orang asing, jauh dari kesehariannya dulu, sebelum wanita itu masuk ke dalam kehidupan rumah tangga kami.
Di dalam genggamanku, aku memegang kunci cadangan kamar itu. Dengan sedikit trik, aku berhasil mendapatkannya. Genggaman tanganku tidak begitu kokoh dan sedikit gemetar. Mau tidak mau aku harus melakukan ini, aku harus memergokinya hingga dia tidak bisa menyangkal lagi. Aku ingin melihat orang yang aku cintai tengah bercinta dengan orang lain agar mataku terbuka, dia tidak pantas aku cintai. Aku ingin mengakhiri hubungan tidak sehat ini.
Dengan tangan yang gemetar, aku memberanikan diri memasukan anak kunci pada induknya. Rasa sakit dan sesak mendadak mendera dadaku. Dengan sekuat tenaga aku membungkam mulutku sendiri untuk tidak bersuara dalam tangis yang tidak bisa aku tahan. Meskipun sebenarnya aku ingin berteriak dan melepaskan segala beban yang mendadak menimbunku. Oh Tuhan, berikan aku kekuatan. Berikan aku kelapangan hati untuk melihat kenyataan ini.
Perlahan ku ulurkan tanganku untuk menyentuh gagang pintu kamar itu. Satu tanganku berusaha menghapus air mataku yang masih deras mengucur. Aku tidak mau Adi melihat kehancuranku. Aku tidak bisa membiarkan dia merasa menang dalam permainan ini. Aku membenarkan tatanan hijabku sekenanya, supaya tidak terlihat terlalu berantakan. Aku menghela napas, menyiapkan diriku untuk lebih siap menghadapi kenyataan yang sebentar lagi akan aku buktikan kebenarannya.
Aku menarik pasti gagang pintu kamar itu. Perlahan aku membukanya dengan sangat pelan. Suara-suara bermanja masih terdengar, merajam pendengaranku. Sekali lagi aku menutup mulutku sendiri. Kali ini aku seperti ingin mundur dan mengurungkan niat untuk memergoki mereka. Rasa sakit di hatiku semakin terasa. Tuhan, aku sakit, bagaimana aku bisa baik-baik saja saat melihat orang yang aku cintai berada dalam satu ranjang dengan wanita lain?
Sekali lagi, aku gunakan kedua tanganku untuk mengelap kasar air mataku. Ku gunakan ujung hijabku untuk menyeka ingus yang mengganggu pernapasan. Aku mencoba meyakinkan diriku kalau aku pasti bisa melewati semuanya. Aku akan kuat melihat lelaki yang aku cintai berkhianat. Dengan mantap aku melangkahkan kakiku untuk masuk lebih dalam. Apa yang aku lihat membuat hatiku terasa terbakar. Suamiku membelakangiku dengan tubuh terpampang tanpa pakaian, dia tengah mencumbui seorang wanita yang berpakaian setengah terbuka di hadapannya. Aku sudah tidak tahan lagi melihatnya. Sungguh aku menyesal telah mencintai lelaki seperti Adi.
"Jadi ini pertemuan penting yang kamu bicarakan tadi pagi, Mas? Jadi ini hal penting yang tidak bisa kamu tinggalkan? Bagus. Aku tahu sekarang. Pekerjaan penting Mas adalah bercinta dengan wanita lain." hardikku.
Adi terkejut. Dia menatapku dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Mungkin dia malu karena aku memergokinya, merasa bersalah, atau justru marah karena aku lancang mengikutinya sampai ke tempat ini.
"Asma, bagaimana bisa Kamu...,"
Aku memajukan telapak tanganku, memberinya tanda kalau aku tidak ingin mendengarkan kalimat apapun keluar dari mulutnya. Di sini cukup aku yang berbicara.
"Kamu tahu, Mas ... aku sudah berulang kali memaksa hatiku untuk tetap percaya padamu. Aku berulang kali menyangkal prasangka buruk tentang Mas yang menghianati aku. Apa yang aku lihat sekarang ini menamparku, membuatku sadar kalau aku terlalu bodoh. Aku terlalu lemah menghadapimu. Sekarang aku ingin memberimu kebebasan, kita memilih jalan sendiri-sendiri untuk mencapai kebahagiaan. Aku pamit, mungkin ini hari terakhirku mencintaimu, Mas. Aku mengabulkan keinginanmu untuk menikmati semua kebahagiaan yang sedang kamu raih sekarang. Maaf kalau selama ini aku belum bisa menjadi istri yang baik untukmu." ucapku dengan intonasi jelas sambil menahan emosi dan air mata yang akan kembali tumpah.
Aku melepas cincin yang telah melingkar di jariku selama lima tahun dan mejatuhkannya begitu saja ke lantai. Aku berbalik tanpa mempedulikan reaksi dan teriakan Adi menyebut namaku. Hari ini aku sudah sangat siap untuk mengurus gugatan perceraian kami. Dengan langkah pasti aku keluar dari kamar tempat suamiku memadu kasih. Aku berlari sekuat tenaga setelah berhasil keluar dari sana. Tuhan yang paling tahu bagaimana perasaanku sekarang. Hidupku terasa hancur lebur.
Aku pernah berpikir kalau setelah menikah aku akan menemukan kebahagiaan, tetapi tidak. Aku justru mendapatkan kehidupan yang jauh lebih buruk dibandingkan saat aku seorang diri. Mungkin ini cara Tuhan menghukumku, seorang yang terlalu berharap dan terlalu mencintai makhluk ciptaanNya.
Aku tidur telentang menatap langit-langit. Sebuah senyuman mengembang dari bibirku. Hari ini semuanya sukses. Meskipun aku sempat panik karena aku lupa kembali ke rumah sakit setelah jam makan siang. Rupanya Haris sudah meminta izin untuk membawaku pergi.Makan siang yang cukup mengesankan berlanjut dengan pemilihan baju yang akan aku pakai saat menikah dengan Haris nanti. Sebuah kebaya sederhana dan bawahan yang juga sederhana kupilih untuk nanti kupakai di hari peresmian hubungan kami. Awalnya Haris tidak setuju, tetapi setelah aku meyakinkannya, dia pun mau mengerti.Seberapa banyak uang yang dia habiskan untuk gaun pernikahan kami, itu tidak menjamin kebahagiaan rumah tangga kami di masa depan. Dulu aku juga memilih gaun terbaik untuk pernikahanku dan Adi, hasilnya kami pisah begitu saja. Dengan sangat sadis dan menyakitkan. Itulah alasan mengapa aku ingin pernikahanku dan Haris sederhana saja."Anak saya sangat manja. Dia masih sering merengek mesk
Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Haris, kami berdua melakukan perjalanan menuju butik langganan keluarganya. Jangan tanya bagaimana perasaanku sekarang, aku sedikit salah tingkah karenanya. Sengaja aku mainkan kedua tanganku untuk mengurangi kegugupan yang perlahan menerpa semakin kencang. Sungguh, meskipun ini bukan untuk pertama kalinya, tetapi tetap saja membuatku kesulitan menahan perasaan gembiraku yang meluap-luap ditambah lagi rasa gelisah yang tercampur menjadi satu kesatuan yang sulit untuk digambarkan."Jangan gugup, ini baru pemilihan pakaian yang akan kamu kenakan. Setelah ini saya akan membawa kamu menemui mama saya."Mataku terbelalak. Aku tidak menyangka kalau hari ini Haris akan me
Haris membawaku ke tempat makan terbuka. Di rumah makan itu terdapat tanah luas seperti taman yang di dalamnya terdapat rumah-rumah kecil dengan sisi-sisinya yang hanya setengah tempat pengunjung menikmati makanan. Kami berdua melangkah, menuju salah satu dari bangunan itu setelah Haris memesan beberapa makanan pada pelayan.Aku memandangi sekitar. Banyak kolam-kolam yang dibuat di sana. Masing-masing dipenuhi bunga teratai dan bunga air lainnya. Di sana juga ada beberapa patung binatang, membuat nuansa seakan kami sedang mengunjuni kebun binatang. Aku suka sekali dengan konsep tempat makan pilihan Haris. Dia memiliki selera yang bagus dalam memilih tempat yang menjadi tempat kencan pertama kami, meskipun tidak bisa dibilang begitu."Kamu menyukai tempat ini?" tanyanya saat kami sudah memasuki salah satu bilik yang di sediakan."Saya sangat menyukainya. Apakah kamu pelanggan di rumah makan ini? Saya lihat mereka menyambutmu dengan sangat ramah dan juga men
Aku membersihkan area bagianku seperti biasa. Pernyataan Haris tadi pagi saat mengajak menikah masih terngiang di telingaku. Khusus kalimat itu, deretan kata yang istimewa saat kudengar. Haris ternyata bergerak cepat, dalam hitungan hari dia langsung memintaku menjadi istrinya.Manis, sangat manis. Hatiku nyaris meleleh saat mendengarnya.Mungkin pertemuanku dengan Haris seperti yang dia katakan, kami sudah ditakdirkan. Aku dan Haris sudah sepakat untuk hidup bersama, aku harap seluruh keluarganya juga mau menerimaku. Rasanya, kalau dia menerimaku dan keluarganya tidak, kebahagiaan kami tidak akan sempurna. Terutama aku, aku akan merasa kehidupan rumah tanggaku tidak jauh dari saat bersama Adi.Semalam aku mimpi tentang Haris dan itu menjadi pertanda tentang perasaannya? Kenapa harus mimpi yang memalukan seperti itu? Bayangan Haris memperlakukan aku seperti itu masih membuat bulu kudukku berdiri. Mungkinkah dia juga memimpikan hal yang sama denganku? Ah, sepertiny
Sepanjang perjalanan aku dan Haris menceritakan masalalu kami masing-masing. Ternyata dia sempat kehilangan calon istrinya dalam kecelakaan maut. Selama lima tahun terakhir dia memilih menyendiri. Bukan hanya untuk melupakan kenangan yang pernah dia lalui bersama mantannya, tetapi dia juga sedang menunggu sosok yang tepat untuk menggantikan sosok mantannya tersebut. Aku tidak menyangka kalau diriku yang dipilih oleh Haris untuk menggantikannya.Pernikahan kedua. Aku dulu tidak pernah berpikir akan ada pernikahan kedua di dalam hidupku. Aku pikir pernikahanku dengan Adi akan terus berlanjut sampai nanti, maut yang memisahkan kami berdua. Dia yang aku pikir akan terus ada di sisiku, ternyata menyimpan wanita lain di hatinya. Sangat menyakitkan.Aku harap Haris sesuai dengan apa yang aku lihat. Dia bisa membimbingku ke arah yang lebih baik, mencurahkan kasih sayang yang dia punya sepenuhnya untukku, dan tidak memberi celah kepada wanita lain untuk masuk ke dal
Matahari belum menampakkan sinarnya. Sejak selepas subuh aku sudah siap untuk berangkat bekerja. Menu sarapan yang hanya nasi dan telur ceplok juga sudah terhidang di hadapanku, bersanding dengan secangkir teh dengan asap yang masih mengepul. Aku menggerakkan jari telunjukku melingkar di bibir gelas, diriku memang ada di sini, tetapi pikiranku sedang berkelana.Mimpi yang terjadi semalam seperti nyata. Aku masih sangat ingat dengan jelas setiap potong adegannya. Darahku bahkan terasa berdesir saat mengingat setiap lembar mimpiku. Bagaimana bisa, aku memimpikan hal seperti itu bersama Haris? Apa mungkin pikiranku yang terlalu mesum? Atau mungkin aku terlalu berlebihan memikirkan Haris? Pertanyaan-pertanyaan itu begitu mengganggu pikiranku.Dalam hitungan hari lelaki itu sudah menguasai isi otakku. Dia seperti telah menyerap semua perhatianku tanpa sisa. Padahal aku tahu ini salah, aku tidak seharusnya jatuh cinta pada seorang Haris. Dia sangat jauh dari jangkauanku, ter
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen