Home / Rumah Tangga / Lelaki Plus-Plus / Bab 4 : Panas Dingin

Share

Bab 4 : Panas Dingin

Author: Ichageul
last update Last Updated: 2025-10-21 09:25:17

GUK!

GUK!

GUK!

Kalandra meloncat ke belakang ketika seekor anjing yang menyambut kedatangannya. Tak lama kemudian seorang pria mengenakan pakaian security bergegas mendekat.

“Cari siapa, Mas?” tanyanya dari balik pagar.

“Mau antar paket buat Bu Dini, Pak.”

“Masuk aja, Mas.”

Pria itu segera membukakan pintu gerbang.

“Motor saya aman di taruh di sana, Pak?”

“Aman. Cepat masuk.”

Kalandra berjalan cepat melintasi pekarangan rumah yang lumayan luas. Anjing yang tadi menyambutnya sudah dibawa kembali ke kandangnya. Sesampainya di depan pintu rumah, seorang asisten rumah tangga membukakan pintu untuknya.

“Silakan masuk, Mas.”

“Bu Dini nya mana?”

“Mbak Dini di kamarnya. Mas disuruh langsung ke kamarnya aja.”

“Hah? Ngga enak, Bi. Mbak Dini nya suruh keluar aja.”

“Ngga apa-apa, Mas. Ngga ada siapa-siapa di rumah ini. Mas langsung naik aja ke lantai dua. Kamarnya yang dekat tangga.”

Dengan perasaan kikuk, Kalandra menaiki anak tangga. Langkahnya terasa begitu berat dan semakin terasa berat ketika mendekati kamar Dini. Dengan gerakan pelan dia mengetuk pintu kamar yang tertutup rapat.

“Masuk!”

Kalandra menelan ludahnya kelat. Mimpi apa dia semalam harus mengantarkan paket langsung ke kamar pemesan paket. Pelan-pelan dia membuka pintu, kemudian melongokkan kepalanya ke dalam.

“Mbak Dini,” panggilnya pelan.

“Masuk aja, Mas.”

“Ini paketnya saya taruh di lantai aja ya.”

“Eh jangan, sini masuk.”

“Tapi..”

“Kalau ngga masuk, ngga saya bayar!”

Lagi-lagi Kalandra menelan ludahnya kelat. Pria itu akhirnya masuk ke dalam kamar. dia sengaja tidak menutup pintu. Namun ternyata Dini bersembunyi dibalik pintu dan langsung menutupnya ketika Kalandra masuk. Sontak pria itu langsung berbalik.

“Eh, Mbak..”

Dengan cepat Kalandra membalikkan badannya lagi ketika melihat Dini hanya mengenakan dalaman saja. Jantung pria itu langsung berdebar tak karuan. Tubuhnya langsung panas dingin melihat pemandangan yang tak seharusnya dilihat.

“Mana paketnya, Mas?”

Tanpa melihat pada Dini, Kalandra mengambil dus kecil dari saku jaketnya. Dia melihat dulu, apa benar paket yang diambilnya atas nama Dini. Setelah benar, barulah diberikan pada sang empu.

“Berapa Mas?”

“Harga biasa aja, Mbak,” jawab Kalandra asal, karena dia memang tidak tahu berapa nilai paket yang dibawanya.

“Duduk dulu, Mas.”

Kalandra memandang seluruh isi kamar. Dia menarik sebuah kursi kemudian mendudukkan diri di sana. kepalanya terus tertunduk, tak nyaman dengan Dini yang tidak menutupi dirinya dengan pakaian layak. Wanita itu membuka pintu kamar kemudian berteriak.

“Bi! Buatin minuman dingin!”

Usai memberi perintah, Dini menutup kembali pintu kamar. Dia mendudukkan diri di sisi ranjang kemudian membuka paket yang diberikan Kalandra. Pria itu melirik untuk melihat isi paket tersebut. Begitu Dini mengeluarkan isinya, nampak serbuk putih dibungkus plastik bening.

“Mas pernah pake yang beginian?”

“Ngga, Mbak,” jawab Kalandra cepat.

“Mau coba?”

“Ngga.”

Tubuh Kalandra kembali panas dingin. Dia benar-benar tidak nyaman berada di kamar Dini. Ingin rasanya dia cepat pergi, tapi sialnya wanita itu belum memberikan uang bayaran.

Pintu kamar terbuka tak berapa lama. Sang asisten rumah tangga mengantarkan minuman untuk Kalandra. Wajah wanita itu terlihat biasa, sepertinya dia sudah terbiasa melihat pemandangan seperti ini. Usai mengantarkan minuman, dia bergegas keluar.

“Diminum dulu, Mas.”

“Makasih, Mbak.”

Dengan cepat Kalandra meneguk minuman sampai habis, agar dirinya cepat terbebas dari situasi canggung ini.

Dini melangkah menuju meja yang ada di sudut ruangan. Dia mengeluarkan sebuah amplop coklat dari dalam laci. Wanita itu mendekati Kalandra seraya menyodorkan amplop tersebut. ketika tangan Kalandra hendak meraihnya, dengan cepat Dini menariknya kembali.

“Lihat saya dulu dong, Mas.”

Mau tidak mau Kalandra mengangkat kepalanya. Susah payah dia menelan salivanya melihat tubuh molek Dini yang hanya mengenakan pakaian minim, menampilkan hampir seluruh bagian tubuhnya.

“Mas baru ya kerja kaya gini?”

“Iya, Mbak.”

“Yang biasa ngantar mana? Yang namanya Heri.”

“Dia lagi ada keperluan.”

“Oh gitu. Padahal saya lagi pengen diservice sama dia.”

Perasaan Kalandra semakin tak menentu. Dia baru tahu kalau Heri sering bermain dengan wanita di depannya.

“Namanya siapa, Mas?”

“Kala.”

“Unik banget namanya, Kala. Oke Mas Kala, ini bayarannya.”

Kali ini Dini benar-benar memberikan amplop di tangannya. Kalandra langsung mengambil lalu memasukkan ke saku dalam jaketnya. Dengan cepat dia berdiri dari duduknya.

“Kalau gitu saya pergi dulu.”

“Eh tunggu, Mas.”

Jantung Kalandra semakin berdetak tak karuan ketika Dini mendekatinya. Wanita itu berhenti hanya beberapa senti saja darinya.

“Mas Kala tuh ganteng, badannya juga bagus. Mas lagi butuh kerjaan lain ngga?”

“Kerjaan apa, Mbak?”

“Jadi teman ranjang saya, hihihi..”

“Maaf Mbak, saya permisi.”

Tak mau berlama-lama di dekat Dini, Kalandra segera keluar dari kamar. Dengan langkah tergesa pria itu menuruni anak tangga. Dini hanya tertawa saja melihat sikap Kalandra yang nampak menggemaskan di matanya.

Sekeluarnya dari rumah besar itu, Kalandra segera menuju tunggangannya. Dengan cepat dia memakai helm kemudian segera pergi dari sana. Pria itu seperti baru saja keluar dari sarang musuh.

Setelah keluar dari gerbang perumahan mewah itu, Kalandra menghentikan kendaraannya. Dia menepi sejenak untuk menenangkan diri sambil menyalakan aplikasi ojek online. Sambil menunggu waktu pengantaran paket terakhir, Kalandra ingin mengojek dulu.

Baru lima menit aplikasi dinyalakan, pesanan untuknya sudah masuk. Dia langsung menerima pesanan. Kebetulan jarak lokasi penjemputan hanya sekitar tiga menit saja dari tempatnya sekarang.

Kalandra memperlambat kendaraannya ketika melihat seorang wanita berdiri menunggu ojek pesanannya. Dia berhenti tepat di dekat wanita itu.

“Dengan Bu Winda.”

“Iya, Mas.”

Kalandra memberikan helm pada sang wanita. Sambil mengenakan helm, wanita itu duduk di belakang Kalandra. Baru saja kendaraan roda dua itu berjalan, Kalandra terjengit ketika penumpang di belakangnya merapatkan tubuhnya, membuat buah dadanya yang montok menyentuh punggung Kalandra.

“Ya Allah, apalagi ini?” gumam Kalandra dalam hati.

Belum habis rasa terkejutnya, kembali dia dibuat terperangah ketika tangan sang wanita melingkari perut Kalandra. Seketika tubuh pria itu langsung menegang.

“Jangan tegang dong, Mas. santai aja,” ujar wanita bernama Winda itu dengan nada mendayu.

“Maaf Mbak, bisa dilepas ngga pelukannya? Saya ngga nyaman bawa motornya. Kalau sampai kecelakaan kan bahaya.”

Kalandra sengaja membawa motornya oleng ke kanan dan kiri agar penumpang di belakangnya mau melepaskan pelukannya. Upayanya berhasil, wanita itu segera melepaskan pelukannya dan memundurkan tubuhnya.

Akhirnya kalandra bisa bernafas lega. Dia menambah kecepatan motornya agar segera tiba di tempat tujuan.

Lima belas menit berselang, dia sudah sampai di depan tempat karaoke. Wanita itu segera turun dari motor kemudian memberikan helmnya.

“Ini Mas,” wanita itu memberikan selembar lima puluh ribuan pada Kalandra.

“Eh sudah dibayar kan pakai IVO.”

“Ini tip buat Mas nya. Anggap aja bayaran karena udah dipeluk sama aku.”

Wanita itu menaruh selembar uang tersebut begitu saja di tangan Kalandra kemudian segera masuk ke bangunan di depannya. Kalandra memasukkan uang pemberian ke saku celananya, kemudian melanjutkan perjalanan.

***

Tepat pukul delapan, Kalandra sudah berada di depan sebuah rumah mewah di bilangan Setia Budi. Seorang satpam membukakan pintu pagar untuknya dan langsung mempersilakannya masuk.

“Pak Chiko nya ada, Pak?”

“Ada, langsung masuk aja ke belakang. Mas Chiko ada di kolam renang.”

“Langsung masuk aja, Pak?”

“Iya. Masuknya dari pintu samping yang itu.”

Petugas keamanan itu menunjuk sebuah pintu kecil yang ada di bagian samping. Kalandra bergegas menuju ke sana. Setelah berjalan sebentar, akhirnya dia sampai di halaman belakang. Pria itu menganga ketika melihat pemandangan di depannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Lelaki Plus-Plus   Bab 6 : Ketahuan

    “Papa.” Suara si kecil Nabila langsung terdengar ketika Kalandra memasuki ruang rawat inap di mana anaknya berada. Ruang kelas dua ini dihuni oleh empat pasien dan semua bed sudah terisi. Kalandra mendekati ranjang putrinya kemudian mendudukkan diri di samping ranjang. Sebelumnya dia mencium dulu kening anaknya. “Mama mana, sayang?” Hanya gelengan kepala yang diberikan Nabila. Kalandra meraih tangan kecil putrinya. Hatinya miris melihat jarum suntik yang menancap di kedua lengan anaknya. Satu jarum infusan dan satu lag jarum trasfusi darah. Diraihnya tangan Nabila kemudian mengecup punggung tangannya. “Pa, kapan Nabil pulang?” “Nanti kalau Nabil sudah sembuh. Nabil yang sabar ya.” “Nabil kangen sama Puput.” Puput adalah teman main Nabila. Rumahnya hanya berjarak tiga rumah saja dari kediaman Kalandra. Hampir setiap hari Puput juga menanyakan tentang Nabila. “Puput juga kangen sama Nabil. Kalau keadaan Nabil sudah sehat, Nabil bisa pulang dan bermain dengan Puput lagi.” Sebuah

  • Lelaki Plus-Plus   Bab 5 : Menuntaskan Hasrat

    Di halaman belakang rumah mewah dan megah ini, nampak beberapa orang berkumpul bersama. Rupanya Chiko tengah mengadakan pesta di kediamannya. Kembali Kalandra dibuat tak nyaman melihat orang-orang yang hanya mengenakan pakaian minim. Para wanita mengenakan bikini, sementara para pria mengenakan segitiga pengaman saja. Untuk sesaat Kalandra hanya bertahan di tempatnya. Dia tidak tauhu bagaimana rupa Chiko. Orang-orang yang ada di halaman belakang sibuk dengan urusannya masing-masing. Mata Kalandra mencari orang yang bisa ditanya olehnya. Pria itu segera menyingkir ketika dua orang yang tak jauh darinya tengah asik beradu bibir. Bunyi decapan mereka bahkan sampai terdengar ke telinganya. Beruntung ada seorang pelayan melintas di depannya. “Maaf, kalau Pak Chiko di mana?” Pelayan pria itu mengedarkan pandangannya sejenak. Kemudian tangannya menunjuk sebuah kursi santai di mana terdapat sepasang pria dan wanita tengah bercumbu. Kalandra menarik nafas panjang sebelum mendekati kur

  • Lelaki Plus-Plus   Bab 4 : Panas Dingin

    GUK! GUK! GUK! Kalandra meloncat ke belakang ketika seekor anjing yang menyambut kedatangannya. Tak lama kemudian seorang pria mengenakan pakaian security bergegas mendekat. “Cari siapa, Mas?” tanyanya dari balik pagar. “Mau antar paket buat Bu Dini, Pak.” “Masuk aja, Mas.” Pria itu segera membukakan pintu gerbang. “Motor saya aman di taruh di sana, Pak?” “Aman. Cepat masuk.” Kalandra berjalan cepat melintasi pekarangan rumah yang lumayan luas. Anjing yang tadi menyambutnya sudah dibawa kembali ke kandangnya. Sesampainya di depan pintu rumah, seorang asisten rumah tangga membukakan pintu untuknya. “Silakan masuk, Mas.” “Bu Dini nya mana?” “Mbak Dini di kamarnya. Mas disuruh langsung ke kamarnya aja.” “Hah? Ngga enak, Bi. Mbak Dini nya suruh keluar aja.” “Ngga apa-apa, Mas. Ngga ada siapa-siapa di rumah ini. Mas langsung naik aja ke lantai dua. Kamarnya yang dekat tangga.” Dengan perasaan kikuk, Kalandra menaiki anak tangga. Langkahnya terasa begitu berat

  • Lelaki Plus-Plus   Bab 3 : Kurir Paket

    “Kamu siapa?” Sebuah suara lembut menyapa indra pendengaran Kalandra. Pria itu memberanikan diri melihat pada wanita di depannya. “Paket untuk Vicko.” “Sayang.. ada paket untuk mu!” teriak wanita itu sambil melihat ke arah dalam. “Ambil aja, sayang!” terdengar jawaban dari dalam. “Sudah dibayar, Mas?” “Sudah.” Kalandra menyerahkan dus kecil di tangannya. Sepertinya wanita itu tidak tahu kalau paket yang dipesan kekasihnya berisi barang haram. “Terima kasih,” ucap wanita itu seraya melemparkan senyum manis. “Sama-sama.” Kalandra bergegas meninggalkan kamar tersebut. Dia tidak nyaman melihat wanita yang menyambut kedatangannya. Sebagai pria normal, melihat penampilan wanita tadi sunggguh menggoda iman. Usai mengantarkan paket kedua, Kalandra bermaksud kembali dulu ke rumahnya. Dia ingin beristirahat sejenak. Membantu Herlambang tadi cukup menguras tenaganya. Kendaraan roda dua milik Kalandra berbelok memasuki sebuah gang kecil yang tepat berada di samping rumah sakit tempat

  • Lelaki Plus-Plus   Bab 2 : Kerja Keras Bagai Kuda

    “Kamu tidak perlu tahu apa paketnya, yang penting bayarannya besar. Kalau sehari kamu bisa antar empat paket, kamu akan dapat dua juta. Gimana? Tertarik?” Sejenak Kalandra berpikir. Hanya mengantar empat paket, dia mendapat bayaran besar. Tidak butuh otak pintar baginya untuk menebak apa isi paket tersebut. “Kalau kamu bersedia, kamu bisa mengambil jatah ku hari ini. Besok aku akan mencoba mencari slot untuk mu. Gimana?” Ada keraguan dalam benak Kalandra. Uang yang ditawarkan sepadan dengan resiko yang ditanggung. Namun saat ini dirinya juga dalam keadaan terdesak. “Tapi aman kan?” “Aman. Kita mengantarkan ke alamat pemesannya langsung. Bentuknya juga seperti paket biasa, jadi ngga akan ada yang curiga.” “Oke, aku mau.” Walau resikonya sangat besar, namun akhirnya Kalandra memutuskan untuk mengambil pekerjaan tersebut. Jumlah bayarannya yang menjadi bahan pertimbangan. “Kirim paketnya mulai dari siang, satu-satu. Kamu narik aja dulu. Nanti aku kabarin kalau paketnya sudah si

  • Lelaki Plus-Plus   Bab 1 : Sindrom Dada Akut

    Kalandra berlari mengikuti brankar yang membawa tubuh putrinya. Sang anak segera dilarikan ke IGD rumah sakit ketika mengalami kesulitan bernafas. Alya, sang istri terus saja menangis melihat kondisi anaknya. Mereka dilarang masuk lebih jauh ketika brankar memasuki ruang tindakan. Dari balik kaca pintu, keduanya memandangi dokter yang tengah menangani Nabila. “Mas.. Bila akan baik-baik aja kan?” tanya Alya di tengah isaknya. “Sabar, sayang. Kita berdoa aja.” Sambil terus memeluk bahu istrinya, mata KalanNdra menatap ke ruang tindakan. Nampak dokter tengah memasangkan alat bantu pernafasan pada Nabila. Hatinya merasa tercabik-cabik melihat kondisi putrinya yang baru berusia empat tahun harus berjibaku dengan alat medis. Kalandra, pria berusia 29 tahun itu menikah dengan Alya yang berbeda dua tahun darinya, lima tahun yang lalu. Merasa sudah mapan setelah mendapatkan pekerjaan usai lulus kuliah, Kalandra yang waktu itu berusia 24 tahun menikahi Alya yang baru menyelesaikan kuliahnya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status