Share

Bab 8

Author: Lathifah Nur
last update Huling Na-update: 2022-01-03 09:50:09

Zahari menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia tidak mengenal Gallen. Bagaimana mungkin dia bisa menghubungi keluarganya? Akan tetapi, dia tidak berani untuk memberitahu perawat galak itu tentang kenyataan yang sebenarnya.

Melihat Zahari diam saja, perawat itu berlalu dengan raut muka terlihat kesal. Hal yang dibencinya saat bertugas di ruang IGD adalah melayani pasien dari kalangan ekonomi kelas bawah. Kehadiran mereka hanya menyebabkan rumah sakit menderita kerugian.

Sudah tak terhitung berapa banyak pasien yang kabur setelah mendapatkan tindakan dokter dan perawatan tanpa membayar. Benar-benar menjengkelkan! Berkaca dari pengalaman buruk tersebut, perawat itu memilih untuk tidak melaksanakan tugasnya dan pergi begitu saja.

“Om harus menolong dia dulu sebelum pergi.”

Bimo menarik tepi baju perawat itu. Dia memasang wajah memohon dengan bibir yang bergetar lantaran kedinginan.

“Singkirkan tangan kotormu itu dari tubuhku!”

Perawat itu melotot. Ekspresi jijik tercetak jelas pada roman mukanya ketika dia menyapu penampilan Bimo dengan tatapan marah.

“Om harus janji menyelamatkan orang itu dulu!”

“Hei, bocah! Kau tidak punya hak untuk mengaturku!” Perawat itu mendorong Bimo hingga terjengkang di lantai. “Sudah kubilang, urus dulu administrasinya kalau ingin mendapat perawatan di sini!”

Zahari bergegas membantu Bimo untuk berdiri. Darahnya mendidih melihat perlakuan kasar perawat itu kepada cucu kesayangannya. Akan tetapi, dia tidak berani untuk menunjukkan emosinya. Dia hanya seorang pemulung. Jika dia bersikeras untuk melawan, semua itu hanya akan memperburuk keadaan dan mempersulit dirinya.

“Keamanan! Usir orang-orang ini!”

Mendengar teriakan perawat tersebut, dua petugas keamanan berlari menghampiri Zahari dan Bimo. Mereka menyeret paksa kakek dan cucu itu.

“Kalian jahat!” Bimo terus meronta sambil meneriakkan dua kata itu.

“Berhenti!”

Suara tegas seorang wanita muda menghentikan langkah dua petugas keamanan selangkah sebelum mencapai pintu.

“Selamat sore, Dokter Hellen!”

Dua petugas  keamanan itu  sedikit membungkuk ketika memberi salam pada Hellen.

“Apa yang terjadi di sini?” Hellen bertanya tanpa membalas salam mereka. Matanya menyipit saat melirik Zahari dan Bimo.

Dua petugas kemanan itu saling lempar pandang dan menundukkan kepala. Namun, sudut mata mereka mengarah pada perawat lelaki yang tadi memberi perintah.

Hellen mengikuti arah pandangan mereka. “Ardy? Kapan kau akan berhenti membuat keributan? Ini rumah sakit, bukan klub malam.”

Ardy mendengkus. Menatap tidak senang pada Hellen. “Kalau kau ingin terus menjadi malaikat pelindung bagi orang-orang tidak mampu itu, lakukan saja! Aku tidak peduli apakah kau akan jatuh miskin seperti mereka, tapi … jangan paksa aku untuk ikut melakukan hal sebodoh itu.”

Hellen membuang napas dan menggeleng lemah tatkala Ardy berbalik dan naik ke lantai dua.

Lelaki itu tidak pernah menghormati siapa pun di rumah sakit tersebut. Dia selalu bertindak sesuka hati hanya karena dia memiliki seseorang yang selalu mendukungnya.

“Bu Dokter, tolong selamatkan Om itu. Aku tidak ingin dia mati.”

Bimo meraih tangan Hellen. Memohon belas kasihnya untuk menyelamatkan Gallen. Lelaki itu memang hanya orang asing baginya, tetapi entah mengapa dia tidak ingin Gallen mati. Sedari kecil dia tidak pernah mengenal orang tuanya. Dia hanya mengenal kakeknya.

Jadi, hati kecilnya berharap dengan menyelamatkan lelaki asing itu, dia akan mendapatkan kasih sayang darinya. Walau tak sebanding dengan cinta kasih ayah kandung, setidaknya perbedaan generasi di antara mereka benar-benar layaknya seorang ayah dan anak.

Hellen merasa tersentuh melihat air muka permohonan yang membias di wajah Bimo. Dia tersenyum dan berkata, “Tentu. Kau tidak perlu khawatir. Dia akan baik-baik saja. Aku akan memeriksanya untukmu.”

“Terima kasih, Bu Dokter!” Mata redup Bimo berbinar cerah.

“Ayo kita pulang dulu,” ajak Zahari, menggamit lengan Bimo. “Nanti kita ke sini lagi.”

Bimo mengangguk. Senyum lebar menghias wajah pucatnya.

***

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Roman Saputra
cerita yg bagus
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 448

    "Nyonya Bellona Hopkins?!" seru Gallen, kaget. "Tidak. Anda datang pada waktu yang tepat. Mari bergabung bersama keluargaku!""Iya, Nyonya. Ayo duduk sini!" Kimi menjemput Bellona."Terima kasih!" Bellona merasa terharu dengan sambutan Gallen dan keluarganya. "Sebenarnya, aku ke sini ingin minta maaf pada Gallen atas namaku dan juga Atha. Aku terlalu serakah dan mementingkan anakku.""Seorang ibu selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Itu bisa dimaklumi, Nyonya," sahut Gallen. "Kami juga minta maaf karena telah melaporkan Anda dengan beberapa tindak kejahatan yang tidak Anda lakukan."Wajah Gallen kecut, merasa bersalah."Itu bukan kesalahanmu sepenuhnya. Wanita berhati iblis itu yang sangat pandai menipu orang." Muka Bellona menggelap. "Kalau aku tahu Bibi Rose menggunakan wajahku untuk berbuat jahat, aku pasti telah lebih dulu menyeretnya ke penjara. Dia benar-benar licik!""Dia pasti mempelajari keterampilan make-up saat berada di Korea Selatan," timpal Kimi."Betul. Itu ar

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 447

    Gallen melangkah gontai memasuki rumah. Ia melewati Grizelle yang duduk santai di ruang tengah begitu saja.Namun, ketika sudut matanya menangkap bayang Grizelle saat hendak menaiki tangga, ia berbalik.Tanpa malu-malu ia merebahkan diri dan meletakkan kepala di pangkuan Grizelle yang duduk berjuntai di atas sofa.Grizelle mengelus rambut Gallen yang jatuh ke kening."Kamu dari mana saja? Aku sangat khawatir. Teleponmu tidak aktif."Gallen merogoh saku, mengeluarkan ponsel. "Ck! Baterainya habis.""Sini! Kubantu mengisikan dayanya.""Nanti saja! Aku masih mau seperti ini." Gallen menaruh ponsel di atas meja, lalu melingkarkan lengan pada pinggang Grizelle.Saat hatinya sedang galau dan pikiran kacau, berbaring di pangkuan Grizelle bikin nyaman.Wangi vanila berpadu dengan aroma alami tubuh Grizelle menghadirkan perasaan tenang di hati Gallen.Setelah cukup lama menikmati kehangatan pangkuan Grizelle, Gallen bangkit. Mengecup kening Grizelle."Terima kasih. Bersamamu, aku selalu merasa

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 446

    "Kenapa? Kaget? Hahaha ...."Wanita itu tak peduli dengan keberadaan polisi dan tangannya yang terbogol. Ia tertawa, seperti telah kehilangan kewarasannya.Gallen bukan hanya kaget, tapi syok. Tak menyangka orang yang selama ini dikenalnya begitu baik dan berada di pihaknya, ternyata merupakan dalang dari segala kemalangan yang menimpa keluarganya."Bibi Rose, katakan bahwa ini tidak benar!""Hahaha ... sayangnya, inilah kenyataannya."Gallen menggeleng-geleng. Masih sulit memercayai kebenaran yang terpampang di depan mata."Kenapa, Bi? Bukankah nenekku selalu memperlakukan Bibi dengan baik?"Gallen masih ingat, walaupun samar, neneknya tidak pernah memperlakukan Bibi Rose dengan kasar.Rianna bahkan memercayai Bibi Rose menjadi pelayan pribadinya. Neneknya bahkan tak pernah perhitungan dalam membelikan pakaian dan memenuhi kebutuhan Bibi Rose.Tapi lihat balasan yang diberikan wanita itu! Hanya pengkhianatan terhadap keluarganya."Baik? Cih! Nenekmu bahkan lebih licik dari seekor rub

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 445

    "Bro, target memasuki perangkap. Kau ingin melihat langsung?""Aku sudah berada di lokasi. Di mana kau?"Gallen berdiri di belakang sebuah tiang besar, mengawasi seorang wanita yang baru saja turun dari mobil.Wanita itu memakai setelan tunik dan celana panjang yang terlihat modis. Sehelai masker dan kacamata hitam berbingkai lebar menutupi wajahnya yang lonjong.Sebuah topi bulat dengan hiasan sekuntum bunga teratai mekar meneduhi wajahnya yang tersembunyi dari terik matahari."Arah jam sembilan."Gallen mengerling ke titik yang disebutkan. Tampak bayangan Regan duduk di belakang roda kemudi, berlagak sedang membersihkan dashboard. Namun, matanya sering kali mengerling ke pintu gerbang."Aku pada titik jam satu."Pandangan keduanya segera bertemu begitu Gallen menutup panggilan telepon.Regan tersenyum seraya mengangguk ringan.Wanita itu telah memasuki lobi hotel. Regan mengikuti dari belakang layaknya juga seorang pengunjung.Gallen berjalan memutar. Memasuki hotel lewat pintu khusu

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 444

    "Laura, memaafkan dan kembali bersama adalah dua hal yang berbeda! Jangan mengharapkan lebih dari apa yang dapat kuberikan dan pantas untuk kau dapatkan!"Binar di mata Laura sirna seketika. Tatapannya luruh ke tanah."Tapi aku masih sangat mencintaimu, Gallen! Tak bisakah kamu menceraikan istrimu dan kembali padaku?""Laura, rumah tangga bukan hanya tentang rasa cinta, tapi tentang komitmen dan saling percaya."Cinta adalah ungkapan rasa hati. Dan asal kau tahu, hati itu sangat rapuh. Mudah sekali terbolak-balik, seperti musim yang terus berganti."Sementara komitmen adalah keteguhan hati dalam memegang janji suci. Tak peduli sekuat apa semesta mengguncangnya, ia tak akan berubah. Tetap setia melewati berbagai cobaan dan rintangan."Namun, sekali komitmen itu hancur, maka yang tersisa hanyalah serpihan tak berwujud, dan tak akan pernah bisa kembali utuh seperti semula."Kau bukan hanya telah menghancurkan komitmen cintamu denganku, Laura, tapi juga telah membuangnya. Apa lagi yang bi

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 443

    Hening!Orang itu tak menyahuti perkataan Gallen. Ia sama sekali tak membantah tuduhan Gallen."Siapa kau?"Gallen menekan beberapa titik di punggung orang itu dengan gerakan cepat. Mengunci tubuhnya agar tak bisa melarikan diri."Kamu apakan badanku, hah?! Lepaskan aku!"Gallen terkesiap. Ternyata sosok yang bersembunyi di balik coat panjang dengan kepala tertutup hoodie lebar itu adalah seorang perempuan."Kau tidak akan ke mana-mana sebelum aku mendapatkan apa yang kuinginkan darimu," bisik Gallen, dengan nada penuh penekanan.Beberapa pasang mata, dari orang-orang yang melintas hendak keluar masuk Rumah Sakit, mengerling curiga pada Gallen.Gallen pindah ke hadapan wanita itu. Tegak dengan sebelah tangan bersembunyi dalam saku celana.Posisi mereka seperti dua orang kenalan yang saling bercengkerama.Keinginan wanita itu untuk kabur dari Gallen melebihi kuatnya terjangan ombak yang mengempas batu karang. Sayang, sekujur tubuhnya tak bisa digerakkan."Tolong, lepaskan aku! Aku janj

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status