เข้าสู่ระบบSetelah Ling Yue berhasil menemukan “kompas”-nya, seolah-olah sebuah bendungan di dalam dirinya telah runtuh. Energi spiritual yang tadinya terasa asing dan sulit dijangkau, kini mengalir ke arahnya seperti sungai yang menemukan muaranya. Kemajuan yang ia buat tidak lagi bertahap; itu adalah sebuah lompatan kuantum yang menakjubkan.
Dalam satu bulan, di bawah bimbingan Wang Yue yang tanpa henti, ia berhasil menyempurnakan tahap Qi Condensation. Dantiannya yang tadinya hanya pusaran hangat kini telah memadat menjadi sebuah inti Qi yang stabil dan bercahaya. Wang Yue tidak memberinya waktu untuk berpuas diri. Latihan fisik yang brutal dimulai, mendorong tubuh fana Ling Yue hingga ke batas kemampuannya, memaksanya untuk menyerap energi spiritual untuk memperbaiki otot-ototnya yang robek dan tulangnya yang terasa remuk. Tiga bulan kemudian, ia menembus ke tahap Foundation Establishment. Perubahan itu terasa nyata. Ia tidak lagi merasa selemah dulu; tubuhnya ringan, indranya lebih tajam, dan ia bisa merasakan setiap helai rumput dan aliran air di dalam gua dengan kesadarannya. Ia juga mulai bisa membentuk segel tangan sederhana, menciptakan bola api kecil di telapak tangannya—sebuah manifestasi pertama dari akar api murninya. Ling Er sering memperhatikannya berlatih dengan mata berbinar-binar. Bagi gadis kecil itu, kakaknya adalah seorang penyihir, pahlawan yang tumbuh semakin kuat setiap harinya. Kehadirannya adalah pengingat konstan bagi Ling Yue tentang tujuan dari semua penderitaan ini. Namun, yang paling merasakan keanehan dari kecepatan ini adalah Wang Yue sendiri. Wang Yue duduk di lempengannya, mengamati Ling Yue yang sedang berlatih mengendalikan api di sudut gua. Api yang diciptakan pemuda itu tidak hanya panas, tetapi juga sangat murni, warnanya keemasan di intinya. Kecepatannya… ini di luar nalar. Wang Yue telah melihat banyak jenius dalam hidupnya yang panjang, tetapi tidak ada yang seperti ini. Menembus dua tahap utama dalam waktu kurang dari setahun adalah sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh putra dewa dalam legenda. Ini berbahaya. Sangat berbahaya. Bakat seperti ini bukanlah rahasia yang bisa disimpan selamanya. Aura api murni yang dipancarkan Ling Yue, meskipun masih lemah, akan tumbuh semakin kuat. Segera, itu akan menjadi mercusuar di malam yang gelap, terlihat oleh siapa saja yang memiliki indra spiritual yang cukup tajam. Itu akan menarik perhatian. Perhatian dari sekte-sekte yang tamak, yang akan membunuh untuk mendapatkan murid seperti itu. Perhatian dari para kultivator iblis, yang akan melahap akar spiritualnya untuk meningkatkan kekuatan mereka. Dan yang terburuk, perhatian dari mereka—musuh-musuh lamanya yang mungkin masih mengawasi dunia dari tempat persembunyian mereka. Ia telah mengambil sebongkah berlian, tetapi ia lupa bahwa cahaya berlian menarik para pencuri. Beban untuk melindungi anak ini kini terasa jauh lebih berat. Ia harus memastikan Ling Yue tidak hanya kuat, tetapi juga bijaksana dan mampu mengendalikan diri sebelum dunia luar menemukannya. Suatu sore, setelah Ling Yue berhasil menembus ke tahap Core Formation, Wang Yue memanggilnya. “Cukup untuk hari ini,” kata Wang Yue, suaranya menghentikan Ling Yue yang sedang terengah-engah. “Tapi Tuan, saya merasa bisa melanjutkan…” “Aku bilang cukup,” potong Wang Yue, nadanya tidak menyisakan ruang untuk bantahan. Ia menatap muridnya dengan tatapan serius yang jarang ia tunjukkan. “Kau maju terlalu cepat. Kau mabuk oleh kemajuanmu sendiri, dan itu adalah racun yang paling mematikan bagi seorang kultivator.” Ling Yue menunduk, merasa sedikit bersalah. “Maaf, Tuan.” “Jangan minta maaf. Pahami,” kata Wang Yue. “Kemarilah.” Ia membawa Ling Yue ke tepi Mata Air Spiritual. “Akar api murni yang kau miliki adalah berkah dari para dewa—hadiah dari takdir. Tapi kau harus mengerti,” Wang Yue menatap lurus ke mata Ling Yue, “itu juga sebuah kutukan.” “Kutukan? Mengapa, Tuan? Saya pikir ini adalah hal yang baik. Ini memberi saya kekuatan.” “Kekuatan yang besar akan menarik bahaya yang lebih besar,” jelas Wang Yue, suaranya rendah dan serius. “Kau seperti anak kecil yang memegang pedang ilahi. Kau pikir itu akan melindungimu, tetapi kemungkinan besar kau akan melukai dirimu sendiri terlebih dahulu. Api adalah elemen yang paling tidak stabil. Tanpa kendali yang sempurna, ia akan membakarmu dari dalam. Satu kesalahan kecil dalam meditasi, satu gangguan emosi, dan Qi di tubuhmu akan memberontak, mengubahmu menjadi monster gila yang kau benci, atau membakarmu hingga menjadi abu.” Wajah Ling Yue memucat. Ia belum pernah memikirkan hal itu. “Dan itu baru bahaya dari dalam,” lanjut Wang Yue. “Di luar sana, di dunia kultivasi yang luas, bakat sepertimu adalah mangsa. Mereka akan memburumu, mencoba mencuri kekuatanmu, atau menghancurkanmu sebelum kau menjadi ancaman. Paham sekarang? Kekuatanmu bukanlah perisai. Saat ini, itu adalah target yang kau lukis di punggungmu sendiri.” Ling Yue mengangguk pelan, beban dari kata-kata itu terasa berat di pundaknya. Kekuatan yang ia dambakan ternyata memiliki harga yang sangat mahal. “Lalu… apa yang harus saya lakukan, Tuan?” “Kau akan menjadi lebih kuat, lebih cepat. Kau akan belajar mengendalikan setiap percik api di dalam dirimu hingga ia menjadi bagian dari napasmu. Kau tidak akan punya kemewahan untuk membuat kesalahan,” kata Wang Yue. “Dan ujian pertamamu akan segera datang.”“Kakak!” Tiba-tiba Ling Er berlari maju, mencengkeram lengan Ling Yue dengan sangat erat, wajahnya pucat pasi. “Jangan lakukan itu! Aku, aku tidak suka ini! Apakah ini berbahaya, Tuan?” tanyanya, menatap Wang Yue dengan tatapan menantang yang berani. Wang Yue melirik Ling Er. Gadis kecil yang dulu ia anggap sebagai gangguan kini telah tumbuh menjadi seorang kultivator muda cantik yang berani menanyainya secara langsung demi kakaknya. Ada kilatan apresiasi yang sangat samar di matanya sebelum kembali menjadi dingin. “Setiap langkah kultivasi yang nyata itu semuanya berbahaya, gadis kecil,” jawabnya, suaranya tetap datar. “Jauh lebih berbahaya daripada menghadapi seribu monster. Bahaya terbesar bukanlah jurang itu sendiri, tetapi hatinya sendiri.” Ia kembali menatap Ling Yue. “Jika dia ragu sedikit saja saat berada di dalam sana, jika dia mencoba berpegang pada egonya, Yin akan langsung melahap jiwanya tanpa sisa. Ia akan j
dua puluh tahun. Waktu di dalam Lembah Awan Berkabut mengalir seperti air sungai yang tenang, tak terasa namun meninggalkan perubahan yang mendalam. Ling Yue yang dulunya adalaj seorang bocah kurus yang gemetar karena dingin, kini telah tumbuh menjadi seorang pemuda yang tinggi dan tegap. Wajahnya telah kehilangan jejak kekanak-kanakan, digantikan oleh ketenangan dan kepercayaan diri yang lahir dari kekuatan yang ia genggam. Aura seorang kultivator tahap Ascendant—sebuah pencapaian yang hanya bisa diimpikan oleh para master di dunia luar—menguar lembut dari tubuhnya, terkendali dengan sempurna. Ling Er juga telah mekar. Gadis kecil yang dulu hanya bisa bersembunyi di belakang punggung kakaknya kini telah menjadi seorang gadis yang anggun dan bersemangat. Di bawah bimbingan Wang Yue yang sesekali memberinya petunjuk, dan dengan energi spiritual murni dari lembah, ia telah berhasil mencapai tahap Core Formation. Rambut hitamnya yang panjang sering kali ia ikat dengan pita sutra saat i
Seolah dipanggil oleh kata-kata Wang Yue, beberapa bulan kemudian, langit di atas Lembah Awan Berkabut berubah. Awan hitam yang pekat berkumpul dengan kecepatan yang tidak wajar, mengubah siang hari menjadi senja yang mencekam. Angin mulai menderu seperti raungan binatang buas, dan kilat menyambar di antara awan, bukan dengan kilatan putih, tetapi dengan kilatan ungu yang aneh. Ling Er berlari ketakutan ke dalam pelukan Ling Yue. “Kakak, aku takut! Badainya aneh!” Ling Yue sendiri merasakannya. Ini bukan badai biasa. Udara dipenuhi oleh energi spiritual yang liar, kacau, dan merusak. Wang Yue muncul dari meditasinya dan berdiri di mulut gua, menatap langit dengan ekspresi tenang. “Ini bukan badai biasa,” kata Wang Yue. “Ini adalah Pergolakan Spiritual. Gejolak energi alam yang terkadang terjadi di tempat dengan Qi yang padat. Ini berbahaya, tetapi juga merupakan sebuah kesempatan.” Ia menoleh pada Ling Yue, matanya berkilat dengan intensitas yang membuat Ling Yue merinding
Setelah Ling Yue berhasil menemukan “kompas”-nya, seolah-olah sebuah bendungan di dalam dirinya telah runtuh. Energi spiritual yang tadinya terasa asing dan sulit dijangkau, kini mengalir ke arahnya seperti sungai yang menemukan muaranya. Kemajuan yang ia buat tidak lagi bertahap; itu adalah sebuah lompatan kuantum yang menakjubkan. Dalam satu bulan, di bawah bimbingan Wang Yue yang tanpa henti, ia berhasil menyempurnakan tahap Qi Condensation. Dantiannya yang tadinya hanya pusaran hangat kini telah memadat menjadi sebuah inti Qi yang stabil dan bercahaya. Wang Yue tidak memberinya waktu untuk berpuas diri. Latihan fisik yang brutal dimulai, mendorong tubuh fana Ling Yue hingga ke batas kemampuannya, memaksanya untuk menyerap energi spiritual untuk memperbaiki otot-ototnya yang robek dan tulangnya yang terasa remuk. Tiga bulan kemudian, ia menembus ke tahap Foundation Establishment. Perubahan itu terasa nyata. Ia tidak lagi merasa selemah dulu; tubuhnya ringan, indranya lebih ta
Metodenya memang kejam. Ia bisa saja menggunakan Qi-nya untuk secara paksa membuka meridian Ling Yue dan membiarkannya merasakan aliran energi. Itu akan lebih cepat, lebih mudah. Tapi itu akan menjadi jalan pintas yang berbahaya. Jalan kultivasi dipenuhi dengan iblis batin. Jika Ling Yue tidak bisa menaklukkan iblis pertamanya—keraguan dirinya sendiri—maka ia tidak akan pernah bertahan dari ujian-ujian yang lebih besar di masa depan. Tekanan melahirkan berlian. Jika ia patah hanya karena ini, maka ia memang tidak layak untuk diajari. Pandangannya beralih ke sudut gua, di mana gadis kecil itu, Ling Er, sedang duduk diam, mengamati kakaknya dengan mata penuh kekhawatiran. Wang Yue memastikan gadis itu mendapatkan makanan yang layak setiap hari, yang ia letakkan diam-diam saat kedua anak itu tertidur. Itu adalah tindakan praktis; ia tidak ingin gadis itu mati kelaparan dan menjadi gangguan lain. Namun, melihat kesetiaan dan cinta tanpa syarat di mata gadis kecil itu memicu sesuatu yan
Fajar pertama setelah sumpah itu diucapkan terasa berbeda. Udara di dalam gua tidak lagi hanya terasa hangat dan aman bagi Ling Yue; kini udara itu dipenuhi oleh antisipasi yang berat dan sedikit rasa takut. Ia bangun bahkan sebelum Ling Er, hatinya berdebar-debar karena semangat dan kegelisahan. Hari ini adalah hari pertamanya menapaki jalan untuk menjadi kuat. Hari ini, ia akan mulai belajar. Ia menemukan Wang Yue sudah duduk di atas Lempeng Giok Es Abadi, matanya terpejam, auranya setenang dan sedalam danau beku di puncak gunung. Ling Yue mendekat dengan hormat dan menunggu dalam diam. Ia tidak menunggu lama. Tepat saat secercah cahaya matahari pertama menembus tirai air terjun, menciptakan pelangi samar di mulut gua, Wang Yue membuka matanya. “Duduk,” kata Wang Yue, suaranya datar, memecah keheningan pagi. Ia menunjuk ke sebuah batu datar di seberang kolam. “Pejamkan matamu.” Ling Yue segera menurut, jantungnya berpacu. Ia duduk bersila, meluruskan punggungnya, dan memeja







