เข้าสู่ระบบSeolah dipanggil oleh kata-kata Wang Yue, beberapa bulan kemudian, langit di atas Lembah Awan Berkabut berubah. Awan hitam yang pekat berkumpul dengan kecepatan yang tidak wajar, mengubah siang hari menjadi senja yang mencekam. Angin mulai menderu seperti raungan binatang buas, dan kilat menyambar di antara awan, bukan dengan kilatan putih, tetapi dengan kilatan ungu yang aneh.
Ling Er berlari ketakutan ke dalam pelukan Ling Yue. “Kakak, aku takut! Badainya aneh!” Ling Yue sendiri merasakannya. Ini bukan badai biasa. Udara dipenuhi oleh energi spiritual yang liar, kacau, dan merusak. Wang Yue muncul dari meditasinya dan berdiri di mulut gua, menatap langit dengan ekspresi tenang. “Ini bukan badai biasa,” kata Wang Yue. “Ini adalah Pergolakan Spiritual. Gejolak energi alam yang terkadang terjadi di tempat dengan Qi yang padat. Ini berbahaya, tetapi juga merupakan sebuah kesempatan.” Ia menoleh pada Ling Yue, matanya berkilat dengan intensitas yang membuat Ling Yue merinding. “Pergilah keluar.” “A-apa?” Ling Yue tergagap. “Kamu akan menghadapi badai ini. Ini adalah kesempatanmu untuk menembus ke tahap Soul Transformation,” perintah Wang Yue, suaranya mutlak. “Tapi Tuan, itu gila! Aku bisa mati!” “Tentu saja kamu bisa mati,” jawab Wang Yue dingin. “Soul Transformation adalah tentang menyatukan jiwamu dengan kehendak alam. Badai ini adalah kemarahan alam dalam bentuknya yang paling murni. Peluk kemarahan itu, pahami kekacauannya, atau kamu akan dihancurkan olehnya. Pilihanmu.” Dengan ragu dan takut, Ling Yue melangkah keluar dari gua. Angin yang dahsyat langsung menerpanya, nyaris membuatnya terlempar. Hujan deras terasa seperti ribuan jarum es menusuk kulitnya. Ia duduk bersila di atas batu licin, mencoba bermeditasi di tengah kekacauan itu. Rasa takut melumpuhkannya. Kekacauan badai ini membangkitkan kembali trauma dari malam desanya dihancurkan. Ia merasa kecil, tidak berdaya, dan sendirian. Ia hampir menyerah. “Jangan takut!” Suara Wang Yue tiba-tiba bergema di benaknya, diproyeksikan langsung melalui Qi. Suara itu tenang dan kokoh, menjadi jangkar di tengah badai. “Jangan melawannya! Biarkan jiwamu menyatu dengannya. Rasakan kemarahannya, kekuatannya, dan kehampaannya. Itu adalah esensi dari Soul Transformation. Jika kau takut, jiwamu akan tersesat dalam kekacauan selamanya.” Mendengar suara gurunya, Ling Yue memberanikan diri. Ia berhenti melawan. Ia membuka dirinya pada badai. Ia membiarkan energi liar itu merasuki tubuhnya. Ia merasakan kehampaan yang luar biasa, tetapi di baliknya, ia juga merasakan kekuatan yang tak terbatas. Ia menyatukan jiwanya dengan kekacauan itu, dan tiba-tiba, segalanya menjadi sunyi. Ia bisa melihat aliran Qi ungu di udara. Ia bisa mendengar bisikan angin dan nyanyian petir. Dunianya telah berubah. Ketika ia membuka matanya, badai telah mereda, menyisakan langit yang bersih. Ia merasa terlahir kembali. Ia menatap Wang Yue, yang masih berdiri di mulut gua. Namun kini, dengan persepsi barunya, Ling Yue melihat sesuatu yang berbeda. Gurunya diselimuti oleh cahaya keemasan yang samar namun sangat kuat, aura yang belum pernah ia lihat sebelumnya. “Tuan… Anda juga… telah melangkah lebih jauh, bukan?” tanyanya, suaranya serak. Senyum yang sangat tipis—senyum pertama yang benar-benar tulus yang pernah Ling Yue lihat—tersungging di bibir Wang Yue. Itu menghangatkan hatinya lebih dari api mana pun. “Aku juga telah mencapai terobosan,” jawabnya. “Dari Nirvana Scryer ke Heaven’s Blight.” “Bagaimana mungkin? Anda tidak terlihat berlatih.” “Kekuatanmu telah memancing kekuatan di dalam diriku,” jawab Wang Yue, pandangannya kini mengandung sesuatu yang mirip dengan rasa terima kasih. “Aura api murnimu yang beresonansi dengan badai bertindak sebagai katalis, membantuku menembus kemacetan yang telah menahanku selama seratus tahun. Kamu adalah cerminan yang dibutuhkan jiwaku.” Ia berjalan mendekat dan, dalam gerakan yang mengejutkan Ling Yue, menepuk bahunya. “Kamu akan segera melampauiku,” katanya, nada suaranya tegas. “Jalanmu akan lebih jauh dari siapa pun.” Ling Yue merasakan kehangatan dari sentuhan itu, tetapi juga merasakan nada melankolis dalam kata-kata gurunya. “Saya akan selalu menjadi murid Anda, Tuan. Saya berjanji.” Wang Yue menatapnya, matanya tak lagi hanya sedingin es, melainkan dipenuhi kedalaman dan kesedihan yang tak bisa dipahami Ling Yue. “Waktuku di dunia ini sudah hampir berakhir,” bisiknya, suaranya kembali dingin, seolah melindungi dirinya dari rasa sakit. “Namun sebelum aku pergi, aku akan membimbingmu hingga kau bisa berdiri sendiri dan menjaga adikmu. Hingga kmau mencapai puncak.” Ketakutan yang dingin menjalari tulang punggung Ling Yue, lebih dingin dari badai mana pun. Ia tidak tahu apa arti kata-kata itu, tetapi ia bersumpah dalam hatinya. Ia akan menjadi kuat. Bukan hanya untuk adiknya, tetapi juga untuk pria misterius ini, yang telah memberinya segalanya.“Kakak!” Tiba-tiba Ling Er berlari maju, mencengkeram lengan Ling Yue dengan sangat erat, wajahnya pucat pasi. “Jangan lakukan itu! Aku, aku tidak suka ini! Apakah ini berbahaya, Tuan?” tanyanya, menatap Wang Yue dengan tatapan menantang yang berani. Wang Yue melirik Ling Er. Gadis kecil yang dulu ia anggap sebagai gangguan kini telah tumbuh menjadi seorang kultivator muda cantik yang berani menanyainya secara langsung demi kakaknya. Ada kilatan apresiasi yang sangat samar di matanya sebelum kembali menjadi dingin. “Setiap langkah kultivasi yang nyata itu semuanya berbahaya, gadis kecil,” jawabnya, suaranya tetap datar. “Jauh lebih berbahaya daripada menghadapi seribu monster. Bahaya terbesar bukanlah jurang itu sendiri, tetapi hatinya sendiri.” Ia kembali menatap Ling Yue. “Jika dia ragu sedikit saja saat berada di dalam sana, jika dia mencoba berpegang pada egonya, Yin akan langsung melahap jiwanya tanpa sisa. Ia akan j
dua puluh tahun. Waktu di dalam Lembah Awan Berkabut mengalir seperti air sungai yang tenang, tak terasa namun meninggalkan perubahan yang mendalam. Ling Yue yang dulunya adalaj seorang bocah kurus yang gemetar karena dingin, kini telah tumbuh menjadi seorang pemuda yang tinggi dan tegap. Wajahnya telah kehilangan jejak kekanak-kanakan, digantikan oleh ketenangan dan kepercayaan diri yang lahir dari kekuatan yang ia genggam. Aura seorang kultivator tahap Ascendant—sebuah pencapaian yang hanya bisa diimpikan oleh para master di dunia luar—menguar lembut dari tubuhnya, terkendali dengan sempurna. Ling Er juga telah mekar. Gadis kecil yang dulu hanya bisa bersembunyi di belakang punggung kakaknya kini telah menjadi seorang gadis yang anggun dan bersemangat. Di bawah bimbingan Wang Yue yang sesekali memberinya petunjuk, dan dengan energi spiritual murni dari lembah, ia telah berhasil mencapai tahap Core Formation. Rambut hitamnya yang panjang sering kali ia ikat dengan pita sutra saat i
Seolah dipanggil oleh kata-kata Wang Yue, beberapa bulan kemudian, langit di atas Lembah Awan Berkabut berubah. Awan hitam yang pekat berkumpul dengan kecepatan yang tidak wajar, mengubah siang hari menjadi senja yang mencekam. Angin mulai menderu seperti raungan binatang buas, dan kilat menyambar di antara awan, bukan dengan kilatan putih, tetapi dengan kilatan ungu yang aneh. Ling Er berlari ketakutan ke dalam pelukan Ling Yue. “Kakak, aku takut! Badainya aneh!” Ling Yue sendiri merasakannya. Ini bukan badai biasa. Udara dipenuhi oleh energi spiritual yang liar, kacau, dan merusak. Wang Yue muncul dari meditasinya dan berdiri di mulut gua, menatap langit dengan ekspresi tenang. “Ini bukan badai biasa,” kata Wang Yue. “Ini adalah Pergolakan Spiritual. Gejolak energi alam yang terkadang terjadi di tempat dengan Qi yang padat. Ini berbahaya, tetapi juga merupakan sebuah kesempatan.” Ia menoleh pada Ling Yue, matanya berkilat dengan intensitas yang membuat Ling Yue merinding
Setelah Ling Yue berhasil menemukan “kompas”-nya, seolah-olah sebuah bendungan di dalam dirinya telah runtuh. Energi spiritual yang tadinya terasa asing dan sulit dijangkau, kini mengalir ke arahnya seperti sungai yang menemukan muaranya. Kemajuan yang ia buat tidak lagi bertahap; itu adalah sebuah lompatan kuantum yang menakjubkan. Dalam satu bulan, di bawah bimbingan Wang Yue yang tanpa henti, ia berhasil menyempurnakan tahap Qi Condensation. Dantiannya yang tadinya hanya pusaran hangat kini telah memadat menjadi sebuah inti Qi yang stabil dan bercahaya. Wang Yue tidak memberinya waktu untuk berpuas diri. Latihan fisik yang brutal dimulai, mendorong tubuh fana Ling Yue hingga ke batas kemampuannya, memaksanya untuk menyerap energi spiritual untuk memperbaiki otot-ototnya yang robek dan tulangnya yang terasa remuk. Tiga bulan kemudian, ia menembus ke tahap Foundation Establishment. Perubahan itu terasa nyata. Ia tidak lagi merasa selemah dulu; tubuhnya ringan, indranya lebih ta
Metodenya memang kejam. Ia bisa saja menggunakan Qi-nya untuk secara paksa membuka meridian Ling Yue dan membiarkannya merasakan aliran energi. Itu akan lebih cepat, lebih mudah. Tapi itu akan menjadi jalan pintas yang berbahaya. Jalan kultivasi dipenuhi dengan iblis batin. Jika Ling Yue tidak bisa menaklukkan iblis pertamanya—keraguan dirinya sendiri—maka ia tidak akan pernah bertahan dari ujian-ujian yang lebih besar di masa depan. Tekanan melahirkan berlian. Jika ia patah hanya karena ini, maka ia memang tidak layak untuk diajari. Pandangannya beralih ke sudut gua, di mana gadis kecil itu, Ling Er, sedang duduk diam, mengamati kakaknya dengan mata penuh kekhawatiran. Wang Yue memastikan gadis itu mendapatkan makanan yang layak setiap hari, yang ia letakkan diam-diam saat kedua anak itu tertidur. Itu adalah tindakan praktis; ia tidak ingin gadis itu mati kelaparan dan menjadi gangguan lain. Namun, melihat kesetiaan dan cinta tanpa syarat di mata gadis kecil itu memicu sesuatu yan
Fajar pertama setelah sumpah itu diucapkan terasa berbeda. Udara di dalam gua tidak lagi hanya terasa hangat dan aman bagi Ling Yue; kini udara itu dipenuhi oleh antisipasi yang berat dan sedikit rasa takut. Ia bangun bahkan sebelum Ling Er, hatinya berdebar-debar karena semangat dan kegelisahan. Hari ini adalah hari pertamanya menapaki jalan untuk menjadi kuat. Hari ini, ia akan mulai belajar. Ia menemukan Wang Yue sudah duduk di atas Lempeng Giok Es Abadi, matanya terpejam, auranya setenang dan sedalam danau beku di puncak gunung. Ling Yue mendekat dengan hormat dan menunggu dalam diam. Ia tidak menunggu lama. Tepat saat secercah cahaya matahari pertama menembus tirai air terjun, menciptakan pelangi samar di mulut gua, Wang Yue membuka matanya. “Duduk,” kata Wang Yue, suaranya datar, memecah keheningan pagi. Ia menunjuk ke sebuah batu datar di seberang kolam. “Pejamkan matamu.” Ling Yue segera menurut, jantungnya berpacu. Ia duduk bersila, meluruskan punggungnya, dan memeja







