เข้าสู่ระบบMetodenya memang kejam. Ia bisa saja menggunakan Qi-nya untuk secara paksa membuka meridian Ling Yue dan membiarkannya merasakan aliran energi. Itu akan lebih cepat, lebih mudah. Tapi itu akan menjadi jalan pintas yang berbahaya. Jalan kultivasi dipenuhi dengan iblis batin. Jika Ling Yue tidak bisa menaklukkan iblis pertamanya—keraguan dirinya sendiri—maka ia tidak akan pernah bertahan dari ujian-ujian yang lebih besar di masa depan. Tekanan melahirkan berlian. Jika ia patah hanya karena ini, maka ia memang tidak layak untuk diajari.
Pandangannya beralih ke sudut gua, di mana gadis kecil itu, Ling Er, sedang duduk diam, mengamati kakaknya dengan mata penuh kekhawatiran. Wang Yue memastikan gadis itu mendapatkan makanan yang layak setiap hari, yang ia letakkan diam-diam saat kedua anak itu tertidur. Itu adalah tindakan praktis; ia tidak ingin gadis itu mati kelaparan dan menjadi gangguan lain. Namun, melihat kesetiaan dan cinta tanpa syarat di mata gadis kecil itu memicu sesuatu yang tidak nyaman di dalam dirinya. Sebuah gema dari masa lalu yang menyakitkan. Cinta adalah kelemahan, pikirnya, mengeraskan hatinya. Tapi kehendak yang lahir dari cinta… itu adalah kekuatan yang berbeda. Dan itulah yang ingin ia lihat dari Ling Yue. Malam itu, Ling Yue merasa hancur. Ia duduk di dekat api kecil yang diizinkan Wang Yue untuk mereka buat di sudut gua, mengunyah nasi hambar dengan pandangan kosong. Setiap otot di tubuhnya terasa sakit. Ling Er merayap mendekat dan duduk di sampingnya, menyandarkan kepalanya yang kecil di lengan Ling Yue. “Kakak terlihat lelah,” bisiknya. Ling Yue menghela napas. “Aku gagal, Xiao Er. Aku tidak bisa melakukannya.” “Pasti bisa,” jawab Ling Er dengan keyakinan polos seorang anak. “Kakak adalah orang terkuat yang aku kenal. Dulu waktu di desa, Kakak selalu bisa mengangkat karung beras yang paling berat. Mungkin… mungkin Kakak hanya mencoba terlalu keras.” Ling Yue menatap adiknya. Kata-kata sederhana itu, “mencoba terlalu keras,” entah bagaimana terasa benar. Ia selalu mencoba mengendalikan, memaksa pikirannya untuk diam. “Jangan menyerah, Kakak,” lanjut Ling Er, menggenggam jari kakaknya. “Aku tahu kamu bisa melakukannya.” Melihat mata adiknya yang penuh kepercayaan, sesuatu di dalam diri Ling Yue kembali menyala. Bukan lagi frustrasi, melainkan tekad yang diperbarui. Ia tidak melakukan ini untuk dirinya sendiri. Ia melakukannya untuknya. Keesokan paginya, Ling Yue kembali duduk di atas batu. Kali ini, ia tidak mencoba mengosongkan pikirannya. Ia melakukan hal yang sebaliknya. Ia memejamkan mata dan membiarkan satu gambaran memenuhi seluruh kesadarannya: wajah Ling Er, pucat dan membiru karena kedinginan di hutan. Ia merasakan kembali keputusasaan itu, ketakutan itu, dan di atas segalanya, cinta yang begitu besar dan keinginan yang membara untuk melindunginya. Ia tidak lagi mencari Qi. Ia tidak lagi mencoba menariknya. Ia hanya membiarkan kehendaknya, keinginannya untuk melindungi Ling Er, menjadi satu-satunya hal yang ada di alam semesta. Aku harus menjadi kuat. Untuknya. Dan kemudian, ia merasakannya. Awalnya hanya sebuah getaran yang sangat halus, jauh di dalam perutnya. Bukan dari luar, tetapi dari dalam. Sebuah kehangatan kecil yang merespons pada fokusnya. Ia tidak panik, tidak terlalu bersemangat. Ia hanya mengamatinya, membiarkan kehendaknya terus memanggil. Kehangatan itu perlahan tumbuh, menjadi sebuah aliran kecil, lalu sebuah pusaran lembut di Dantiannya. Pusaran itu bertindak seperti magnet, dan untuk pertama kalinya, ia merasakan energi dari luar gua—dari udara, dari bebatuan, dari air—tertarik padanya dalam aliran yang sangat tipis. Rasanya seperti mendengar suara untuk pertama kalinya setelah seumur hidup tuli. Rasanya seperti melihat warna untuk pertama kalinya setelah seumur hidup buta. Dengan napas terengah-engah, Ling Yue membuka matanya. Ia melihat Wang Yue berdiri di hadapannya, mengamatinya. Wajah gurunya masih sedingin es, tetapi di kedalaman matanya, Ling Yue melihat sesuatu yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Sebuah kilatan yang sangat samar. “Bagus,” kata Wang Yue, suaranya tetap datar, tetapi bagi Ling Yue, kata itu terdengar seperti pujian termanis di dunia. “Kamu telah menemukan kompasmu. Pelatihan yang sesungguhnya dimulai sekarang.”“Kakak!” Tiba-tiba Ling Er berlari maju, mencengkeram lengan Ling Yue dengan sangat erat, wajahnya pucat pasi. “Jangan lakukan itu! Aku, aku tidak suka ini! Apakah ini berbahaya, Tuan?” tanyanya, menatap Wang Yue dengan tatapan menantang yang berani. Wang Yue melirik Ling Er. Gadis kecil yang dulu ia anggap sebagai gangguan kini telah tumbuh menjadi seorang kultivator muda cantik yang berani menanyainya secara langsung demi kakaknya. Ada kilatan apresiasi yang sangat samar di matanya sebelum kembali menjadi dingin. “Setiap langkah kultivasi yang nyata itu semuanya berbahaya, gadis kecil,” jawabnya, suaranya tetap datar. “Jauh lebih berbahaya daripada menghadapi seribu monster. Bahaya terbesar bukanlah jurang itu sendiri, tetapi hatinya sendiri.” Ia kembali menatap Ling Yue. “Jika dia ragu sedikit saja saat berada di dalam sana, jika dia mencoba berpegang pada egonya, Yin akan langsung melahap jiwanya tanpa sisa. Ia akan j
dua puluh tahun. Waktu di dalam Lembah Awan Berkabut mengalir seperti air sungai yang tenang, tak terasa namun meninggalkan perubahan yang mendalam. Ling Yue yang dulunya adalaj seorang bocah kurus yang gemetar karena dingin, kini telah tumbuh menjadi seorang pemuda yang tinggi dan tegap. Wajahnya telah kehilangan jejak kekanak-kanakan, digantikan oleh ketenangan dan kepercayaan diri yang lahir dari kekuatan yang ia genggam. Aura seorang kultivator tahap Ascendant—sebuah pencapaian yang hanya bisa diimpikan oleh para master di dunia luar—menguar lembut dari tubuhnya, terkendali dengan sempurna. Ling Er juga telah mekar. Gadis kecil yang dulu hanya bisa bersembunyi di belakang punggung kakaknya kini telah menjadi seorang gadis yang anggun dan bersemangat. Di bawah bimbingan Wang Yue yang sesekali memberinya petunjuk, dan dengan energi spiritual murni dari lembah, ia telah berhasil mencapai tahap Core Formation. Rambut hitamnya yang panjang sering kali ia ikat dengan pita sutra saat i
Seolah dipanggil oleh kata-kata Wang Yue, beberapa bulan kemudian, langit di atas Lembah Awan Berkabut berubah. Awan hitam yang pekat berkumpul dengan kecepatan yang tidak wajar, mengubah siang hari menjadi senja yang mencekam. Angin mulai menderu seperti raungan binatang buas, dan kilat menyambar di antara awan, bukan dengan kilatan putih, tetapi dengan kilatan ungu yang aneh. Ling Er berlari ketakutan ke dalam pelukan Ling Yue. “Kakak, aku takut! Badainya aneh!” Ling Yue sendiri merasakannya. Ini bukan badai biasa. Udara dipenuhi oleh energi spiritual yang liar, kacau, dan merusak. Wang Yue muncul dari meditasinya dan berdiri di mulut gua, menatap langit dengan ekspresi tenang. “Ini bukan badai biasa,” kata Wang Yue. “Ini adalah Pergolakan Spiritual. Gejolak energi alam yang terkadang terjadi di tempat dengan Qi yang padat. Ini berbahaya, tetapi juga merupakan sebuah kesempatan.” Ia menoleh pada Ling Yue, matanya berkilat dengan intensitas yang membuat Ling Yue merinding
Setelah Ling Yue berhasil menemukan “kompas”-nya, seolah-olah sebuah bendungan di dalam dirinya telah runtuh. Energi spiritual yang tadinya terasa asing dan sulit dijangkau, kini mengalir ke arahnya seperti sungai yang menemukan muaranya. Kemajuan yang ia buat tidak lagi bertahap; itu adalah sebuah lompatan kuantum yang menakjubkan. Dalam satu bulan, di bawah bimbingan Wang Yue yang tanpa henti, ia berhasil menyempurnakan tahap Qi Condensation. Dantiannya yang tadinya hanya pusaran hangat kini telah memadat menjadi sebuah inti Qi yang stabil dan bercahaya. Wang Yue tidak memberinya waktu untuk berpuas diri. Latihan fisik yang brutal dimulai, mendorong tubuh fana Ling Yue hingga ke batas kemampuannya, memaksanya untuk menyerap energi spiritual untuk memperbaiki otot-ototnya yang robek dan tulangnya yang terasa remuk. Tiga bulan kemudian, ia menembus ke tahap Foundation Establishment. Perubahan itu terasa nyata. Ia tidak lagi merasa selemah dulu; tubuhnya ringan, indranya lebih ta
Metodenya memang kejam. Ia bisa saja menggunakan Qi-nya untuk secara paksa membuka meridian Ling Yue dan membiarkannya merasakan aliran energi. Itu akan lebih cepat, lebih mudah. Tapi itu akan menjadi jalan pintas yang berbahaya. Jalan kultivasi dipenuhi dengan iblis batin. Jika Ling Yue tidak bisa menaklukkan iblis pertamanya—keraguan dirinya sendiri—maka ia tidak akan pernah bertahan dari ujian-ujian yang lebih besar di masa depan. Tekanan melahirkan berlian. Jika ia patah hanya karena ini, maka ia memang tidak layak untuk diajari. Pandangannya beralih ke sudut gua, di mana gadis kecil itu, Ling Er, sedang duduk diam, mengamati kakaknya dengan mata penuh kekhawatiran. Wang Yue memastikan gadis itu mendapatkan makanan yang layak setiap hari, yang ia letakkan diam-diam saat kedua anak itu tertidur. Itu adalah tindakan praktis; ia tidak ingin gadis itu mati kelaparan dan menjadi gangguan lain. Namun, melihat kesetiaan dan cinta tanpa syarat di mata gadis kecil itu memicu sesuatu yan
Fajar pertama setelah sumpah itu diucapkan terasa berbeda. Udara di dalam gua tidak lagi hanya terasa hangat dan aman bagi Ling Yue; kini udara itu dipenuhi oleh antisipasi yang berat dan sedikit rasa takut. Ia bangun bahkan sebelum Ling Er, hatinya berdebar-debar karena semangat dan kegelisahan. Hari ini adalah hari pertamanya menapaki jalan untuk menjadi kuat. Hari ini, ia akan mulai belajar. Ia menemukan Wang Yue sudah duduk di atas Lempeng Giok Es Abadi, matanya terpejam, auranya setenang dan sedalam danau beku di puncak gunung. Ling Yue mendekat dengan hormat dan menunggu dalam diam. Ia tidak menunggu lama. Tepat saat secercah cahaya matahari pertama menembus tirai air terjun, menciptakan pelangi samar di mulut gua, Wang Yue membuka matanya. “Duduk,” kata Wang Yue, suaranya datar, memecah keheningan pagi. Ia menunjuk ke sebuah batu datar di seberang kolam. “Pejamkan matamu.” Ling Yue segera menurut, jantungnya berpacu. Ia duduk bersila, meluruskan punggungnya, dan memeja







