Share

Lenyap Bersama Kenangan
Lenyap Bersama Kenangan
Penulis: Jamilah

Bab 1

Penulis: Jamilah
Kehidupan lama berlalu, aku pun kembali bertemu dengan Ridho.

“Nona, kamu nggak mau pergi?” tanya kepala pelayan di belakangku dengan suara pelan.

Aku menarik napas dalam-dalam, memaksa diri untuk tersenyum dan melangkah pelan ke arah Ridho.

Setiap langkah terasa menyakitkan seperti menginjak ujung pisau. Kenangan dari kehidupan lalu silih berganti muncul di depanku, saat Ridho mendorongku menjauh dari tabrakan mobil, saat melihat catatan hariannya yang penuh dengan kerinduan pada Yolanda dan nama yang dia gumamkan tanpa sadar dalam tidurnya ….

“Ridho,” panggilku pelan dengan suara lirih.

Dia menoleh, sorot matanya sempat tampak linglung, lalu segera berubah menjadi senyuman sopan yang berjarak. Dia menjawab, “Lama nggak bertemu.”

Aku memperhatikan tangan kanannya yang mengenakan gelang kerang, memantulkan cahaya hangat di bawah sinar matahari.

Itu hadiah dari Yolanda. Dulu, aku tak pernah memperhatikan detail kecil ini, tapi sekarang rasanya begitu menusuk.

“Kamu ….” Aku membuka mulut, tapi tak tahu harus bicara apa.

“Dokter bilang ingatanku belum sepenuhnya pulih,” katanya sambil mengusap pelipis, lalu melanjutkan, “Banyak hal yang masih terasa samar.”

Melihat raut wajahnya yang tampak letih, tiba-tiba aku teringat salah satu tulisan dalam buku hariannya di kehidupan lalu.

“Setiap kali melihat Yolanda memungut kerang di tepi laut, aku merasa dia adalah pemandangan terindah di dunia ini.”

Ternyata sudah ada pemandangan lain yang mengisi hati laki-laki yang begitu mencintaiku dulu.

Keesokan paginya, ibu Ridho mengumpulkan seluruh keluarga untuk membahas persiapan pernikahan.

Aku duduk di samping Ridho, melihat dia membuka-buka proposal pernikahan dengan pikiran melayang, jarinya yang panjang tak sadar menggambar lingkaran di atas kertas.

“Ridho, menurutmu bagaimana tempat ini?” tanya ibu Ridho.

Ridho mengangkat kepala, tatapannya kembali tampak kosong sejenak. Lalu menjawab, “Sepertinya … lumayan bagus.”

Aku memperhatikan pandangannya yang terus-menerus melirik ke arah jendela, ke taman mawar yang sedang mekar di luar sana.

Dulu, aku mengira dia sedang menikmati pemandangan. Sekarang aku sadar, yang dia rindukan adalah lereng bukit di desa nelayan, tempat bunga liar bermerkaran.

“Menurutku taman mawar bagus, kita adakan pernikahan di sana saja,” ujarku pelan.

Tiba-tiba, Ridho menoleh cepat ke arahku, tampak sedikit terkejut.

Aku menatapnya sambil tersenyum lembut, walau di dalam hati terasa begitu sakit.

Aku sudah pesan tiket untuk pergi ke luar negeri di hari pernikahan kami. Di kehidupan lalu, impianku adalah keliling dunia, tapi karena berbagai alasan, itu tak pernah terwujud.

Akhirnya, saat Ridho bisa meluangkan waktu untuk menemaniku pergi, kami malah mengalami kecelakaan dan dia menyelamatkanku dengan nyawanya.

Anggap saja pernikahan ini sebagai hadiah terakhir dariku untuknya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Lenyap Bersama Kenangan   Bab 9

    Di rumah sakit, Ridho langsung dibawa masuk ke ICU.Aku duduk di bangku lorong, seluruh tubuhku gemetaran.Pemandangan ini ... terlalu mirip dengan kehidupan laluku.Yolanda sudah dibawa polisi.Yang menantinya sekarang adalah hukuman yang pantas.Ibu Ridho datang terburu-buru dan sempat terdiam saat melihatku.“Lovina ….” ucapnya dengan suara tertahan.Aku berdiri dan berkata, “Tante, maafkan aku ….”Ibu Ridho menggeleng pelan dan menggenggam tanganku, dia menjawab, “Nggak, kami yang seharusnya minta maaf.”Kami pun saling berpelukan sambil menangis.Nasib Ridho belum pasti.Dan di saat itulah, buku hariannya tersebar di internet, isi tulisannya adalah kenangan masa lalu kami berdua.Aku duduk di bangku luar ICU, ponselku terus bergetar.“Lovina, kamu sudah lihat berita? Buku harian Ridho viral!”“Ya ampun, ternyata kalian berdua punya kenangan yang begitu indah!”“Dia benar-benar mencintaimu ….”Aku membuka ponsel, di urutan pertama topik viral tertulis besar, [Kenangan Masa Sekolah

  • Lenyap Bersama Kenangan   Bab 8

    Seminggu kemudian, Ridho keluar dari rumah sakit.Kami janjian bertemu di sebuah kafe pinggiran kota.Saat aku tiba, dia sudah duduk di dekat jendela dan menungguku.Dia terlihat sedikit lebih segar dibanding waktu di rumah sakit, tapi lingkar hitam di bawah matanya masih jelas terlihat.“Lovina,” panggilnya sambil berdiri dan menarik kursi untukku, “Terima kasih sudah mau datang.”“Sebenarnya … aku terus mencarimu selama ini.”Aku mengangkat alis, “Mencariku?”“Iya.” Dia tersenyum pahit dan melanjutkan, “Aku tahu kamu nggak mau ketemu aku, tapi aku tetap mau ….”“Ridho,”ucapku memotongnya, “Yang sudah berlalu, biarlah berlalu. Hidupku sekarang sangat baik, sungguh.”Dia menunduk, lalu mengeluarkan sebuah kotak kecil dari saku dan meletakkannya di depanku.Aku membuka kotaknya dan terdiam.Itu adalah liontin jimat giok.Permukaannya halus dan hangat, memantulkan sinar matahari dengan lembut.Persis seperti yang kuingat.“Aku menemukan ini di tumpukan barang lama rumah,” kata Ridho pela

  • Lenyap Bersama Kenangan   Bab 7

    Aku tak berniat ikut campur urusan yang terjadi di sini. Setelah membereskan barang-barangku, aku bersiap melanjutkan perjalanan.Tiba-tiba ponselku berdering, telepon dari ibu Ridho.“Lovina,” terdengar ibu Ridho sedang menangis, “Ridho muntah darah dan sekarang dirawat di rumah sakit … kamu bisa datang menjenguknya?”Aku menggenggam ponsel dan terdiam.Dia sudah menyelamatkanku dua kali.Pertama kali, di tepi tebing kehidupan sebelumnya. Demi menyelamatkanku, dia sampai jatuh ke jurang.Kedua kalinya, di dalam mobil saat kami mau berangkat liburan, dia melindungiku dengan nyawanya.Aku menghela napas, “Iya, aku segera datang.”Di rumah sakit, Ridho terbaring di ranjang dengan wajah pucat.Begitu melihatku masuk, dia memaksakan senyumannya dan menyapaku, “Kamu datang juga.”Aku mengangguk, lalu duduk di samping ranjang dan bertanya, “Apa yang terjadi?”Dia tersenyum pahit dan menjawab, “Aku menemukan Yolanda bersama dengan laki-laki lain.”Aku mengangkat alis.“Hari itu aku pulang leb

  • Lenyap Bersama Kenangan   Bab 6

    Begitu mendengar kata ‘cerai’, tubuh Yolanda langsung membeku. Dia menatap Ridho dengan mata terbelalak, tak percaya, bibirnya bergetar, “Apa … apa kamu bilang?”Ridho menarik napas dalam-dalam dan mengulanginya, “Kita cerai saja.”Seketika, wajah Yolanda langsung memucat.Dia terhuyung selangkah ke belakang, air matanya langsung menetes, “Nggak … kamu nggak boleh memperlakukanku seperti ini ….”Tiba-tiba, dia berlari menarik lengan baju Ridho erat-erat dan memohon, “Ridho, kamu sudah lupa? Anak kita … kamu lupa bagaimana anak kita meninggal ….”Seketika, tubuh Ridho menegang.“Kalau saja … kalau saja kamu nggak memaksaku periksa ke rumah sakit … kalau saja kamu nggak menyuruhku pergi sendiri ….” ujar Yolanda dengan suara tersendat oleh tangis.Ekspresi wajah Ridho berubah menjadi penuh penderitaan.Dia memejamkan mata, seolah tak ingin mengingat kembali masa lalu itu.“Aku benci denganmu … tapi aku juga mencintaimu … aku begitu mencintaimu ….” ujar Yolanda dengan suara yang semakin pe

  • Lenyap Bersama Kenangan   Bab 5

    Enam tahun kemudian, aku diundang pulang ke dalam negeri oleh sahabatku untuk menghadiri reuni sekolah.Selama enam tahun ini, aku telah menjelajahi berbagai penjuru dunia, dari tempat bersalju hingga padang rumput yang luas, dari hutan hujan tropis sampai pantai-pantai yang hangat dan berpasir.Catatan perjalananku menjadi buku penjualan terlaris dan karya-karya fotografiku pun memenangkan penghargaan internasional.Aku menjalani hidup seperti yang selama ini aku impikan, bebas, mandiri dan penuh semangat.Acara reuni diadakan di sebuah restoran mewah.Aku datang mengenakan gaun putih sederhana dan riasan tipis. Meski penampilanku biasa saja, aku tetap jadi pusat perhatian.Teman-teman mengelilingiku, antusias mendengarkan kisah-kisah perjalananku yang penuh warna.“Lovina, kamu tahu nggak? Enam tahun ini, hidup Ridho benar-benar suram,” bisik Melisa, sahabatku di telingaku.Aku menaikkan alis dan bertanya, “Oh ya?”“Sejak kamu kabur dari pernikahan itu, dia nyaris gila mencarimu ke m

  • Lenyap Bersama Kenangan   Bab 4

    Ingatan Ridho perlahan mulai pulih. Efek pengobatan mulai terlihat sedikit demi sedikit.Sehari sebelum pernikahan, tiba-tiba dia menghentikan pekerjaannya, lalu menatapku lama sekali tanpa mengalihkan pandangan.“Lovina,” panggilnya pelan, suaranya terdengar agak ragu, “Belakangan ini … sepertinya aku mulai mengingat beberapa hal.”Nada suaranya mendadak menjadi serius, “Kotak musik yang pernah kukasih ke kamu, masih ada? Yang ada foto kita berdua di dalamnya.”Aku mendongak dan melihat harapan di matanya. Rasanya seperti ada yang menusuk hatiku.Kotak musik itu sudah lama menjadi abu, ikut terbakar bersama semua kenangan yang dulu pernah kusimpan.Aku memaksakan senyum, lalu menjawab pelan, “Nggak sengaja hilang.”Harapan dalam tatapannya langsung redup, tapi dia segera menenangkan diri, “Nggak apa-apa, kubelikan lagi untukmu nanti.”Aku tak menjawab, hanya menatapnya diam-diam.Tatapannya sudah tak lagi dingin seperti dulu, kini ada kelembutan dan juga rasa bersalah.Namun aku tahu,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status