Share

Liontin Pemikat Hasrat
Liontin Pemikat Hasrat
Author: Langit Berawan

Bab 1

last update Last Updated: 2025-07-04 12:04:50

Setelah tersesat tiga hari dua malam, Aizar masih belum juga sampai ke tepi hutan. Ia memutuskan untuk beristirahat di dekat sebatang kayu besar yang sudah tumbang karena dimakan usia. 

Saat tengah malam Aizar terbangun mendengar suara-suara berisik yang berada tidak jauh darinya. Dilingkupi rasa penasaran, ia berjalan mengendap-endap mencari sumber suara itu. 

Setelah berjalan beberapa langkah mendekati semak-semak yang lebat, lalu menyibaknya, Aizar tercengang melihat di depannya ada sebuah bangunan besar nan megah, bak sebuah istana kerajaan. Dari sana lah sumber suara musik dan suara-suara orang yang sedang berkumpul itu berasal…

“Hei, Aryo... apa yang kau buat di sini?” tiba-tiba seorang pemuda menepuk tubuh Aizar yang terbalut kaos hitam berlengan panjang. Saat Aizar menoleh ke belakang, tampaklah seorang lelaki yang sebaya dengannya tersenyum penuh persahabatan. 

“Rambut kamu sekarang ikal dan gondrong begini, Yo? Apa kamu sudah malas merawat diri, ya?” tambah pemuda itu keheranan, Aizar malah mengerutkan kening.

“Ayolah, kita ikut pesta di rumah ketua kampung, rugi kalau tidak ikut, banyak gadis-gadis cantik di sana...” tambah lelaki yang sama sekali tidak dikenalnya itu.

“Maaf…, aku tidak bisa ikut ke sana,” jelas Aizar merasa sangat aneh berbicara dengan orang asing di tengah hutan.

“Walaupun sudah bertahun-tahun aku tidak pulang, aku tahu kok kamu punya masalah dengan seorang gadis yang menolakmu, menyebabkan kamu selalu menyendiri dan enggan bergaul dengan siapa pun, apalagi sama perempuan,” ujar pemuda itu sambil mengembangkan senyum.

“Mulai hari ini kamu tidak perlu menyendiri lagi Yo, aku bisa jadi kawan mainmu, seperti waktu kita kecil dulu. Ayolah… pergi bersamaku ke rumah kepala kampung,” ajak pemuda itu sambil meraih lengan kanan Aizar. Aizar pun akhirnya tak kuasa menolak, bahkan dalam dirinya mulai tumbuh rasa penasaran akan pesta yang dimaksud pemuda itu.

“Tunggu sebentar, Yo…” ucap pemuda itu tiba-tiba. Lalu, ia mengeluarkan sebuah kalung berwarna hitam dan memiliki liontin berwarna kehijauan, semacam batu giok.

“Ini kalung pemberian orang tua angkatku di perantauan, katanya kalau aku memakai kalung ini semua wanita akan tertarik padaku,” jelas pemuda itu sambil mengenakan kalung itu di lehernya. “Kapan-kapan kamu boleh mencobanya, Yo, tapi hari ini aku ingin membuktikannya terlebih dahulu,” tambahnya. Aizar hanya mengiyakan tanpa sedikitpun percaya dengan ucapan pemuda itu. 

Saat Aizar dan pemuda itu sudah mendekati rumah ketua kampung, rupanya perhatian orang-orang yang semuanya berpakaian dominan warna hitam serta memakai udeng hanya tertuju pada si pemuda itu. Sepertinya benar yang dikatakan pemuda itu kalau ia baru saja pulang dari merantau. Hampir semua orang menyalami dan menanyakan kabarnya. Namun, sebaliknya pada Aizar orang-orang memandang sebelah mata dan sama sekali tak ada seorang pun yang menyapa.

Saat melewati kerumunan para wanita pun, pandangan mereka hanya tertuju pada pemuda itu, kehadiran Aizar seperti tidak dianggap, bahkan ada wanita yang menghinanya... 

“Berani-beraninya kamu muncul di keramaian dengan pakaian lusuh begini, Aryo!” cibir seorang wanita yang memakai kemben sehingga memperlihatkan bagian dadanya.

“Iya nih, dia gak tahu apa, pesta ini hanya untuk orang-orang berkelas. Kamu itu cuma anak kampung yang miskin!” tambah wanita berpakaian serupa di sampingnya sambil menatap sinis ke arah Aizar.

Detik itu Aizar merasa kehadirannya tak diinginkan. sehingga ia mulai berpikir untuk tidak mau terlalu larut bersama orang-orang yang menggelar pesta di halaman rumah ketua kampung. Sebaliknya pemuda itu mulai dikerumuni wanita-wanita cantik. Bahkan saat tangannya dengan nakal mulai menyentuhi tubuh wanita-wanita itu di balik keremangan cahaya di sudut-sudut ruangan, mereka sama sekali tak marah ataupun menolak bahkan membalasnya dengan manja. Melihat itu semua kelaki-lakian Aizar seketika terusik…

“Rupanya benar yang dikatakan pemuda itu, kalung yang dimilikinya adalah kalung pemikat wanita. Pasti senang kalau bisa memiliki kalung sakti itu,” pikir Aizar sambil merenung.

Di tengah-tengah pesta untuk orang dewasa itu, tiba-tiba datang seorang pemuda berwajah mirip dengan Aizar. “Itukah pemuda yang bernama Aryo? Seperti melihat diriku di dalam cermin. Pantas saja semua orang tadi menganggap aku Aryo,” pikir Aizar seketika.

“Lho, Aryo? Ini kamu...? terus, lelaki yang bersamaku tadi siapa?” ucap pemuda itu merasa terkejut bercampur heran saat bertemu dengan lelaki yang sesungguhnya bernama Aryo. Memang sulit dibedakan kemiripannya dengan Aizar, hanya bedanya pada bola mata lelaki itu tampak sipit dan berambut lurus, sedangkan rambut Aizar ikal dan sedikit gondrong. 

Menyadari hal itu, Aizar  segera pergi meninggalkan tempat itu karena tidak ingin terjadi masalah karena dirinya bukan bagian dari kelompok mereka.

Dalam beberapa saat, Aizar sudah menjauh meninggalkan tempat tadi ia beristirahat di dekat pohon kayu besar yang tumbang. Ia terpaksa berjalan lumayan jauh untuk mendapatkan tempat peristirahatan baru yang aman dan tidak akan diketahui oleh orang-orang misterius yang ditemuinya sedang mengadakan pesta.

“Lebih baik, aku melanjutkan tidur, karena perjalananku masih jauh, aku butuh istirahat agar besok tubuhku menjadi segar dan bertenaga,” gumam Aizar saat sudah bersandar di bawah sebuah pohon di samping api unggun yang dibuatnya kembali.

Saat mulai memejamkan mata, Aizar termenung mengingat kalung sakti yang dimiliki pemuda itu, sambil berandai-andai dia bisa memilikinya. 

Jika aku bisa memiliki liontin sakti itu, maka yang kuimpikan selama ini akan menjadi kenyataan. Siapa yang tidak mau dikelilingi banyak wanita cantik? gumam Aizar dengan khayalan melanglang buana, membayangkan dirinya berada pada posisi pemuda itu, dengan leluasa menyentuhi tubuh wanita-wanita cantik dan berakhir dengan mencumbuinya satu per satu di atas ranjang dengan sepuas hati. 

“Akhhh…” desah Aizar saat menyadari bagian bawahnya telah menegang karena khayalannya itu. Tangan kanannya pun refleks perlahan menyelusup masuk ke dalam celana dan merasakan kehangatan benda di dalamnya, “Kalau aku sudah bertemu dengan keluargaku yang kaya raya di kota nanti, kamu pasti akan kugunakan untuk memuaskan wanita-wanita cantik di luar sana,” gumam Aizar sambil terus berkhayal hingga ia terlelap sendiri di tengah belantara hutan  dalam pencarian keluarganya...

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
DANGA
menarik dan bikin penasaran...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Liontin Pemikat Hasrat   Bab 149

    Bagi Adirah, pria bertubuh tegap dan gagah seperti Aizar adalah pria idamannya. Saat pertama kali bertemu, ia langsung jatuh hati. Namun, saat ini semua keinginan itu hanya dalam angan-angannya. Ia tak bisa berharap banyak pada Aizar, karena dia adalah seorang boss yang harus dilayani dan dihormati. “Yang penting Pak Boss senang, itu saja sudah cukup bagiku,” batin Adirah yang selalu curi-curi pandang untuk menikmati wajah Aizar setiap berdekatan dengannya.“Kenapa, Dirah?” tanya Aizar tiba-tiba menengok ke arah Adirah di depan meja kerjanya.“T-tidak apa-apa, Pak…” jawab Dirah gugup, lalu mengalihkan pandangannya ke layar komputer.“Sudah disusun semua laporannya?” tanya Aizar memastikan.“Sedikit lagi, Pa,” jawab Adirah.“Kalau sudah selesai langsung print saja ya. Aku mau ke balkon sebentar, menikmati udara pagi yang segar agar pikiranku lebih tenang saat rapat nanti,” jelas Aizar lalu berjalan keluar ruangan menuju taman di samping ruang kerjanya.“Duh, gagahnya Pak Boss-ku…” guma

  • Liontin Pemikat Hasrat   Bab 148

    Sambil memejamkan mata, tubuh Aizar mulai bergerak maju mundur di depan wajah Selina. Dalam situasi seperti itu, ia sudah tak memikirkan apa-apa, selain menuruti hasrat manusiawi yang haus dalam mereguk kenikmatan. Selina pun melakukannya dengan sepenuh hati semata-mata ingin membuat lelaki di depannya itu bahagia, sebagai balasan dan tanda terima kasih atas kebaikan hatinya.“Biar aku saja yang bersihkan,” ucap Selina saat Aizar telah mengeluarkan sari pati tubuhnya. “Terima kasih, Sel…” balas Aizar membiarkan Selina mengelap bagian bawahnya dengan tisu. Ia berdiri memperhatikan sambil mengelap keringat di dahinya.“Apa kamu mau duduk dulu atau…” ucap Selina setelah berdiri berhadapan Aizar.“Lebih baik aku pulang sekarang, Sel, besok pagi aku ada meeting,” jawab Aizar sambil menutup resleting celananya. “Terima kasih ya, Sel…” ucapnya sebelum keluar dari kamar Selina. Saat keluar dari dalam gang tempat tinggal Selina, tanpa Aizar sadari seseorang dari dalam mobil berwarna hitam be

  • Liontin Pemikat Hasrat   Bab 147

    Saat melewati kawasan pabrik Aiwa, Aizar teringat Selina. Keberhasilannya mengungkap penyelewengan prototype yang dilakukan Purnama, tidak lepas dari bantuan gadis itu. Detik itu, Aizar bermaksud untuk menemuinya. Amplop berisi uang pun sudah disiapkannya sebagai bentuk terima kasih atas pertolongannya. Namun, ia sedikit ragu karena tegangan dalam dirinya masih tinggi gara-gara digoda oleh wanita berdada besar di cafe. “Gimana, yah?” pikir Aizar gusar. “Masak aku tidak bisa menahan diri?” Aizar menyayangi Selina sebagai teman baik yang pernah menolongnya saat ia kesusahan, kini saatnya ia membalas kebaikannya itu, dan ia tak ingin dianggap mengambil kesempatan pada gadis itu. Aizar pun memutuskan untuk menemui Selina, ia memberhentikan mobilnya, lalu memarkir mobil sedannya itu di depan gang, lalu berjalan kaki menuju rumah sewa Selina yang dulu pernah dijadikan tempatnya menumpang sebelum ia bertemu keluarganya.Di rumah kontrakan itu ada tiga kamar terpisah. Suasana di sana sud

  • Liontin Pemikat Hasrat   Bab 146

    “Sekarang tinggal memastikan, apakah Anastasia pemilik CV Sinar Sentosa itu adalah istri Purnama,” ucap Aizar masih di dalam ruang kerja Purnama bersama Adirah.“Coba saja telepon nomor telepon di kartu namanya itu,” saran Adirah.Aizar pun mengiyakan, lalu meminta Adirah untuk menghubungi nomor telepon CV Sinar Sentosa.Kring…. Kring… kring…! tiga kali telepon berdering, namun tidak ada orang yang menjawab.“Mungkin kantornya sudah tutup, Pak,” ucap Adirah menutup gagang telepon di tangannya.“Coba sekali lagi, Adirah,” pinta Aizar.Adirah pun memutar kembali nomor telepon pada kartu nama di tangannya.Kring! Suara telepon kembali berdering.“Halo,” akhirnya seorang lelaki menjawab di sana. Adirah pun membuat pelantang suara agar Aizar dapat mendengar pembicaraannya. “Selamat malam, apa benar ini CV Sinar Sentosa?” tanya Adirah dengan sedikit berdebar.“Maaf, ini dari mana ya Bu? Dan ada keperluan apa?”“Saya dari PT Permata ingin bicara dengan Bu Anastasia pemilik CV Sinar Sentosa,

  • Liontin Pemikat Hasrat   Bab 145

    Aizar masuk ke dalam ruang kerja Purnama untuk mencari berkas-berkas berhubungan dengan CV Sinar Sentosa. Sedangkan Adirah menyalakan komputer untuk mencari data-data penting yang tersimpan di sana. Berkas-berkas di atas meja sudah Aizar periksa satu per satu, namun belum ada petunjuk yang ia dapati. Kemudian ia membuka laci meja kerja Purnama, ada banyak barang-barang di dalamnya, mulai dari alat tulis, notes, dan folder berisi kartu nama. Aizar mengeluarkan folder persegi panjang itu, lalu meletakkannya di atas meja. Satu per satu ia membaca kartu nama di dalamnya. Ada beberapa kartu nama staf Shine Group, termasuk kartu nama Sony ada di dalamnya, juga kartu nama dari staf beberapa perusahaan ternama. Pada lembar terakhir folder itu mata Aizar tertuju pada sebuah kartu nama berwarna silver, ada nama seorang wanita di sana, Anastasia Putri, chief CV Sinar Sentosa. “Dapat!” ujar Aizar membuat Adira terkejut.Aizar pun menunjukkan kartu nama itu pada Adirah. Di dalamnya ada nomor te

  • Liontin Pemikat Hasrat   Bab 144

    Di lorong rumah sakit yang sunyi, Aizar duduk menunggu bersama Kek Pram. Kesempatan itu dimanfaatkannya untuk menceritakan hasil penyelidikannya di kantor Aiwa…“Aku sudah mendapatkan dokumen penting itu, Kek,” ucap Aizar dengan memelankan suaranya. “Relasi Aiwa dalam penyediaan prototype barang elektroniknya berasal dari CV. Sinar Sentosa. Apakah sama dengan perusahaan yang memasok prototype untuk perusahaan kita, Kek?” tambahnya memastikan.“Sinar Sentosa? Beda, Nak. Tapi, saran Kakek selidiki lagi perusahaan tersebut. Siapa tahu ada hubungannya dengan perusahaan yang memasok prototype ke perusahaan kita. Kalau itu sampai terbukti kita bisa menuntutnya,” jelas Kek Pram.Aizar menyadari misinya belum selesai, masih ada kemungkinan keterlibatan Sony dalam pengadaan prototype di Aiwa.“Besok pagi akan ada rapat direksi di kantor, kamu harus hadir, jangan sampai kesiangan. Modal utama seorang pimpinan yang baik adalah selalu tepat waktu, agar menjadi contoh pada bawahanmu,” ucap Kek Pra

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status