Share

Live With 4 Stepbrothers
Live With 4 Stepbrothers
Penulis: Fantazia

Bab 1 - First Kiss?

“Hulya, awas!” teriak Dina.

Sontak aku menoleh ke belakang, dan kulihat ada orang yang sedang membawa panci besar berisi kuah panas berjalan tepat di belakangku. Orang itu hampir kehilangan keseimbangannya dan oleng ke arahku. Namun, dengan cepat aku menyurut mundur, dan berbalik badan membelakangi orang itu.

Aku tak menyadari ada orang yang berdiri di belakangku. Kutak dapat menahan gerak tubuhku karena jarak di antara kami terlalu dekat. Hingga akhirnya aku menubruk tubuhnya dan jatuh menindihnya.

BRUKKK!

Chuuu~~

Kurasakan benda yang lembut dan basah menempel di bibirku. Tunggu dulu, benda apa ini yang menempel di bibirku?! Kubuka mataku yang sedari tadi terpejam, dan seketika aku terkejut ketika melihat sepasang mata tepat berada di bawah mataku. Dan yang lebih membuatku syok adalah, bibir kami yang saling menempel satu sama lain!

“Kyaaa! First kiss gue!” teriakku.

Dengan cepat aku bangun dan menjauhkan diriku dari tubuhnya. Sedangkan, pria itu berusaha bangkit sambil meringis kesakitan. Sepertinya punggungnya terbentur tanah cukup keras kala aku menubruknya dan menindihnya tadi.

“Sialan! Lo nggak punya mata ya!” teriak pria itu kasar sambil memegangi pinggangnya karena jika memegang punggungnya, tangannya tentu tak akan sampai.

Mendengar perkataan pria itu yang kasar, kupukul perutnya dengan tas yang sedari tadi menggantung di bahuku.

Bugh!

“Kenapa lo mukul gue?” teriaknya.

“Gue yang harusnya marah! Beraninya lo nyium gue!” sungutku.

Tak lama kemudian, Dina datang menghampiri kami. Bukannya menanyakan keadaanku, ia malah membeku sambil matanya menatap pria dihadapanku ini tanpa berkedip!

“Lo kan yang nubruk gue! Ya berarti lo yang salah! Dan soal ciuman itu, lo juga yang nyium gue duluan!” ketusnya.

“Gue nggak mau tau! Lo harus tanggung jawab. Itu first kiss gue, tau!” timpalku.

“Tanggung jawab? Emangnya lo hamil?! Hah? First kiss? Terus gue peduli?”

A-apa katanya? Hamil?

“Hamil?! Lo kira gue hamil?!” Aku mengernyitkan kening.

“Lagian pake tanggung jawab segala! Terus gimana juga cara gue tanggung jawabnya? Nyium lo lagi? Ogah banget!”

Belum sempat aku berkata apa-apa, pria itu melanjutkan, “Punggung gue sakit nih gara-gara lo! Udah lah, gue nggak punya waktu buat ngurusin yang nggak guna!”

Lalu pria itu melengos pergi tanpa menghiraukanku, dan langsung masuk ke dalam mobilnya yang terparkir di bahu jalan.

“Heh! Tunggu lo! Jangan kabur!” teriakku. Sambil berusaha mengejarnya, namun itu mustahil.

BRUUM!

Pria itu langsung melajukan mobilnya dengan cepat, aku hanya bisa menatap dari kejauhan mobilnya yang perlahan menghilang.

“Sialan! First kiss gue,” lirihku.

Dina menepuk bahuku. Aku menoleh ke arah gadis berambut pendek itu.

“Lo pernah ngelakuin apa sih, di kehidupan sebelumnya?”

“Kenapa emang?” tanyaku heran.

“Lo beruntung banget, bisa ciuman sama cowok ganteng itu!”

Dina heboh sendiri, aku menaikkan alis melihat ekspresi Dina. Ini orang udah nggak waras ya? Pantas saja sedari tadi dia hanya diam bukannya membelaku, rupanya dia terpesona dengan pria mesum itu.

“Lo kayanya harus ke dokter deh, Din.”

“Haha! Lo tuh yang nggak normal, Hul! Itu cowok tuh gantengnya melebihi Oppa Korea kesukaan lo itu! Gue sih lebih suka yang gantengnya lokal kayak tadi,” cibir Dina.

“Heh! Enak aja yang begitu disamain sama Oppa gue! Lagian orang macem begitu juga mana mau sama lo, Din!” sahutku, sambil menoyor kepalanya.

“Sialan lo ya!”

Akhirnya kami kembali melanjutkan perjalanan kami menuju foodcourt yang berada tepat di samping minimarket tempat kami bekerja.

***

Sore telah tiba, aku sudah berada di kamar sekarang. Tadinya Dina memintaku untuk menemaninya belanja, tapi aku menolaknya karena memang aku sudah ada acara makan malam dengan teman Mama.

Kutatap diriku di cermin, tiba tiba aku teringat pada kejadian tadi siang. Pandanganku langsung tertuju pada bibirku yang sudah kupoles lipstick berwarna pink ini.

“Di sini, dia nyium gue disini.”

Kusentuh bibirku dan segera kuambil tisu lalu menggosok gosokkannya pada bibirku dengan kasar hingga membuat warna lipstick menghilang.

First kiss gue diambil sama orang itu. Sialan! Padahal gue hanya akan memberikan itu sama orang yang akan jadi suami gue nanti, hiks!” lirihku.

“Kalo sampai gue nemuin cowok mesum itu, gue berjanji akan membuat hidup dia nggak tenang. Sampai dia merasa menyesal dan bertekuk lutut minta maaf sama gue!” ucapku pada pantulan diriku sendiri di cermin.

Tak berapa lama, Mama memasuki kamarku. Mama sudah berdandan cantik sekali hari ini. Seperti anak muda yang memiliki kencan untuk pertama kali saja. Oh, mungkinkah?

“Ayo, Hulya! Jemputan kita sudah dateng, tuh!”

Setelah mengatakan itu, mama langsung melengos keluar dari kamarku. Aku segera bersiap dengan gaun selutut berwarna biru muda dengan lengan panjang yang sudah Mama siapkan. Acara penting apa sih yang Mama maksud itu sampai membelikan aku baju baru segala?

Satu jam kemudian, kami sudah berdiri di depan sebuah rumah mewah yang ada di kawasan elit. Aku sampai ternganga melihat rumah yang mirip seperti yang ada di sinetron kesayangan Mama itu.

Begitu memasuki rumah bernuansa emas itu, kami disambut oleh beberapa maid. Salah satu dari mereka membawa kami menuju ruang makan yang ada di bagian belakang rumah ini, sehingga membuat kami harus berjalan agak jauh dan melewati ruang keluarga, dan ruang santai. Lalu kami sampai di ruang makan, di sana terdapat meja makan besar lengkap dengan mini bar di sebelahnya.

Seorang pria paruh baya berkacamata menyambut kami. Ia bersalaman pada Mama dan cipika cipiki dengan Mama. Tunggu dulu, sejak kapan Mama berani seperti itu?

“Kamu pasti Hulya ya? Perkenalkan, saya Harun Mahendra.” Pria itu tersenyum ramah padaku.

“I-iya Om, aku Hulya.”

Aku berusaha ramah juga terhadapnya, selanjutnya aku melayangkan tatapan tajam pada Mama yang dari tadi hanya tersipu malu. Hmm, sepertinya ada yang mencurigakan di sini!

“Nah, kamu pasti bingung ya kenapa diajak Mamamu kesini? Sekarang kamu dan Mama duduk dulu ya,” perintah Om Harun dengan nada suara yang terdengar lembut.

Kami menurut, dan duduk pada salah satu kursi. Sedangkan Om itu duduk di kursi paling ujung.

“Mbok, tolong panggilkan anak anak ya!” perintahnya pada seorang pelayan yang sudah tua. Pelayan itu mengangguk dan langsung menaiki tangga menuju lantai atas.

Tak berapa lama, ketiga orang pria menuruni tangga dan menghampiri Om Harun. Seketika aku terkejut kala melihat salah satu dari mereka. Itu dia! Pria itu yang sudah mengambil first kissku! Dia ada di sana! Aku ingat betul wajahnya yang arogan dan ketus itu!

Aku langsung berdiri dan menunjuknya, “Heh! Lo yang tadi siang, kan?”

“Hulya, sebaiknya kamu jaga sikapmu,” bisik Mama sambil menyentuh lenganku.

Mendengar bisikan dari Mama membuatku kembali mendudukkan tubuhku. Bagaimanapun, ada Mama di sebelahku. Aku tidak ingin membuat Mama malu, jika aku berkelahi dengan pria mesum itu. Aku hanya bisa mendengus kesal ketika pria itu hanya melirikku sekilas tanpa menghiraukanku. Lalu, ia menatap Om Harun dengan wajah kesal.

“Ada apa sih, Pa?!” tanyanya.

Tunggu dulu, Papa? Apa dia anak dari Om Harun? Lalu siapa sih Om Harun ini?

“Anak-anak, kalian duduk dulu ya,” perintah Om Harun.

Ketiga pria itu menurut dan duduk tepat di depan aku dan Mama. Aku sempat melirik pria mesum itu. Ia menatap tajam ke arahku, aku balas mempelototinya.

“Papa akan memberitahukan berita bahagia pada kalian,” ucap Om Harun memulai pembicaraan.

“Berita apa sih, Pa? Nggak usah banyak basa basi, deh!” sahut pria berkemeja putih yang duduk tepat di depan mataku. Terlihat dari wajahnya, pria itu adalah yang paling tua di antara dua yang lainnya.

“Bulan depan Papa akan menikah ...” sambung Om Harun.

“APA?! MENIKAH?!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status