Beranda / Romansa / Look At Me! / 5. Makin Terpesona

Share

5. Makin Terpesona

Penulis: Ayunina Sharlyn
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-04 08:17:47

Siang itu Clarissa sengaja ingin menemui Diaz setelah kuliah usai. Clarissa berjalan ke arah kantor dosen berharap Diaz ada di sana. Pendekatan harus makin digencarkan. 

Beberapa meter sebelum sampai pintu kantor, tampak Diaz berjalan keluar dari sana. Senyum Clarissa melebar seketika. Lagi, keberuntungan sedang berada di pihaknya. Dan Diaz melihat pada Clarissa. Diaz yakin mahasiswa unik ini sedang mencarinya. Dia hafal gelagat cewek yang ingin mendekati dirinya. 

"Selamat siang, Pak." Clarissa menyapa ramah. Dia pasang senyum manis agar dosennya memberi perhatian. 

"Siang, Clarissa. Belum mau pulang?" tanya Diaz. 

"Mau ketemu Pak Diaz dulu. Boleh, kan?" Clarissa bertanya balik. 

"Soal apa? Aku sedang sedikit terburu-buru." Diaz menjawab sambil menengok jam tangannya.

"Ya, gitu ya?" Clarissa kecewa. 

"Ya, ini mau pesan ojol. Kalau kamu bisa sabar, besok kamu bisa ketemu saya di atas jam dua siang." Diaz memberi saran. 

"Bapak naik ojol?" Clarissa agak heran. Ini dosen tunggangannya ke mana? 

"Motor lagi diservis. Mau ga mau pakai ojol." Diaz menjelaskan. 

"Aku antar deh, Pak. Yuk!" Clarissa menawarkan diri. 

"Apa?" Diaz kaget. 

"Aku serius. Daripada ojol, ada yang mau baik hati ga usah nolak, Pak." Clarissa membujuk. 

"Aku ga langsung pulang. Ke tempat bimbel. Aku mengajar setengah jam lagi." Diaz menjelaskan urusannya. 

"Aku siap antar ke mana saja." Clarissa bersemangat. Ini kesempatan bagus bisa dekat Diaz. 

"Ya, okelah. Bisa sambil ngobrol di jalan, apa yang kamu mau tanya." Akhirnya dosen muda tampan itu mengalah. 

Clarissa rasanya pingin lompat tinggi-tinggi. Dia dan Diaz naik mobil berdua! Segera mereka menuju tempat parkir. Clarissa menjalankan mobilnya. Diaz memberitahu alamat tempat dia mengajar bimbel. 

"Kirain Pak Diaz cuma ngajar mahasiswa. Masih mau rempong sama anak bimbel? Ga nyangka aku." Clarissa membuka percakapan sementara dia menyetir. 

"Jadi guru bimbel sejak masih kuliah. Mau dilepas sayang. Seru juga ngajar anak SMP SMA. Asal jadwal ga bentrok, aku layani saja." Di luar kelas gini, Diaz ramah, tapi di kelas dia cenderung galak. Mungkin tepatnya tegas. 

"Pak Diaz kalau nggak lagi ngajar baik banget. Kenapa kalau di kelas bikin kesel?" Ceplas ceplos, Clarissa bertanya apa yang muncul di kepalanya. 

Diaz tersenyum tipis. Tidak aneh yang Clarissa tanyakan. Beberapa mahasiswa lain juga ada yang mengajukan pertanyaan ini. 

"Disiplin, tertib, tanggung jawab. Itu yang aku pegang. Dan aku terapkan di kelas. Kelas dan di luar kelas itu beda, Clarissa. Aku lebih santai saat tidak mengajar. Waktu di depan kelas aku mudah hilang fokus kalau ada yang mengganggu."

"Dan aku salah satu pengganggunya." Clarissa menyela kalimat Diaz sebelum dosen itu melanjutkan. 

"Yup! Jangan ulangi lagi. Paham?" Diaz menegaskan. 

"Hee ... hee ..." Clarissa terkekeh. 

Perbincangan berlanjut dari yang sekedar ngomong saja hingga serius bahas perkuliahan. Clarissa puas benar hari ini bisa bersama Diaz. Bahkan Clarissa tidak mau pulang saat Diaz mulai mengajar. Beralasan tidak ada hal yang mendesak untuk dia kerjakan, Clarissa menunggu Diaz hingga selesai mengajar. 

Diaz tidak memaksa Clarissa pulang. Mau dimarahi juga bukan bocah. Tapi Diaz merasa ini pertanda kurang baik jika Clarissa memang mengejar dirinya. Tapi sisi lain justru pertanda baik, karena Diaz ingin mengubah mahasiswa unik yang satu ini agar punya etika sedikit lebih berkelas. 

Dua jam, Clarissa menunggu. Selama itu Clarissa hanya duduk bermain dengan ponselnya. Sesekali pos sesuatu atau membuat status. Kalau masuk dunia maya, rasanya tidak ingin keluar ke dalam kehidupan nyata. 

"Clarissa, masih betah di sini?" Diaz menegur Clarissa yang serius menatap layar ponsel. 

Clarissa mengangkat kepala. Diaz berdiri di depannya. Tampan. Ah, kenapa dia makin mempesona saja? 

"Pulang?" Clarissa berdiri. 

"Iya. Udah selesai." Diaz mengangguk. 

"Bye, Kak Diaz. Thank you. Sampai besok!" Murid-murid Diaz berpamitan, melambai dan satu per satu meninggalkan tempat bimbel itu. 

"Kak Diaz?" Clarissa menatap Diaz. Panggilan manis dari murid-murid. Di bimbel bukan pak ternyata sebutan Diaz. 

"Ya, di sini aku jadi kakak. Bukan bapak." Diaz tersenyum lebar. 

Dia melangkah keluar, Clarissa mengikuti. 

"Kak, aku antar pulang sekalian!" ucap Clarissa. 

Diaz menoleh. Clarissa menyebut kak padanya. Dia tidak salah dengar, kan?

"Boleh, dong, panggil kakak." Clarissa mengangkat dua jarinya minta persetujuan. 

Diaz tersenyum. "Di kelas tetap ..."

"Pak Diaz. Oke. Aku ga akan lupa." Clarissa tersenyum. 

Kembali masuk ke dalam mobil. Kali ini tujuannya adalah tempat Diaz tinggal. Tidak begitu jauh dari bimbel. Rumah yang sangat besar dan indah. Tapi ini sebenarnya kos-kosan. Kamar Diaz ada di sisi paling kiri dari rumah itu. Seperti sebuah rumah kecil bukan kamar. 

"Thank you udah jadi driver buat aku hari ini." Diaz tersenyum. 

"Udah gitu aja?" Clarissa bertanya. 

"Uang bulanan aku transfer saja nanti ya?" canda Diaz. Clarissa tertawa. 

"Kamu pulang. Udah kelamaan di luar rumah. Pulang, kerja tugas." Diaz berpesan. 

"Kak, masuk bentar, kek." Clarissa membujuk. 

"Ga boleh. Ini bukan rumahku. Ada aturannya. Kalau terina tamu lawan jenis cuma boleh di teras gini," jelas Diaz. 

"Ya udah, deh. Aku balik. Kapan-kapan aku antar lagi. Bye, Kak!" Clarissa pun meninggalkan Diaz. 

Diaz memperhatikan sampai mobil Clarissa berlalu. Gadis itu cerdas dan banyak potensi. Itu yang muncul di pikiran Diaz. Sayang saja sikapnya membuat dia akan kesulitan jika masuk dunia kerja kelak. Dan itu yang Diaz akan kikis dari Clarissa. 

Sampai di kos, Clarissa seketika mencari Yenny di kamarnya. Temannya itu memang rajin. Seperti biasa kalau Clarissa ke kamarnya dia sedang menghadapi buku dan laptop. 

"Yenny! Aku happy!!" Clarissa memeluk Yenny saking girangnya. 

Yenny gelagapan diserbu tiba-tiba seperti itu. Yenny berusaha melepas dekapan Clarissa. 

"Apaan? Pulang bukan cepat mandi malah ganggu orang belajar," semprot Yenny. 

"Aku jalan sama Kak Diaz." Clarissa tersenyum lebar. 

"Apa? Kak Diaz? Jalan?" Mata Yenny melotot. Apa yang Clarissa ucapkan? Dia tidak mengada-ada, kan? Meskipun bertingkah seenaknya Clarissa memang bukan pembohong. 

Dengan cepat Clarissa bercerita. Semua dari A sampai Z. Perjalanan seru dia bersama Diaz hari itu. Jalan terbuka lebar dia mendekat pada dosen yang membuat jatuh cinta. Selama bercerita Clarissa begitu girang, seakan-akan besok dia bisa jadian sama dosen itu. 

Yenny hanya melongo saja mendengar Clarissa menumpahkan semua kegembiraannya. Yenny tidak bisa menyimpulkan apakah dosen baru mereka menaruh hati juga pada Clarissa makanya dia begitu baik pada gadis jahil dan usil di kelas itu. 

"Tidak sia-sia aku menolak banyak cowok selama ini. Yang kubayangkan datang dan sekarang aku bisa leluasa mendekat padanya. Yenny, indah nian hidupku!" Clarissa menutup ceritanya panjangnya dengan kesimpulan yang tampaknya tepat. 

"Kamu yakin Pak Diaz juga suka sama kamu?" Yenny tidak tersenyum, tidak memberi selamat, sebaliknya ingin membuka mata batin Clarissa. 

Clarissa menatap Yenny demi mendengar pertanyaan itu. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Look At Me!    97. Yang Kedua Segera Datang

    Clarissa kembali memperhatikan Cori. Wajahnya sedikit pucat, bibirnya mulai biru. "Cori, kamu beneran ga apa-apa?" tanya Clarissa. "Ga apa-apa. Cuma geli, tadi. Ikannya pada ngerubung kakiku." Cori memeluk lengannya, mulai kedinginan. "Bawa dia mandi, Clay." Adimasta sudah di belakang Clarissa. Clarissa membawa Cori ke kamar mandi dan membersihkan diri. Sedang Adimasta, bersama Calvin, akhirnya dibantu Diaz mulai membereskan pancingan. Lalu ikan hasil Calvin dan Cori memancing mereka berikan pada pelayan untuk diolah menjadi lauk makan siang. Sambil menunggu makanan siap, Adimasta, ikut bergabung dengan keluarga yang lain. Hari yang sangat menyenangkan memang. Saat liburan sekolah, tepat hari ulang tahun pernikahan mama dan papa Adimasta, mereka pergi ke tempat pemancingan di pinggiran kota. Calvin datang liburan kenaikan kelas dan ikut bersama mereka. Yang menyenangkan, Rosita pun bisa bersama mereka. Kondisinya cukup baik

  • Look At Me!    96. Tetaplah Begini, Jangan Berubah

    Suara gemericik air mengalir terasa menenangkan jiwa. Desau tiupan angin membuat daun-daun beradu, berguguran di sekitar batang pohon yang besar. Di antara suara alam terdengar tawa dan celotehan gadis kecil di pinggir kolam yang cukup luas, bersama seorang anak yang mulai beranjak remaja. "Om, itu! Goyang! Lihat! Om, dapat lagi!!" Teriakan kegirangan terdengar memecah di antara suara alam yang sejuk. Anak lelaki di sisi gadis yang berteriak gembira itu dengan cepat menarik pancingnya dan benar, ikan mujair lumayan besar tersangkut pada mata kail. "Keren!! Om pintar juga memancing!" Gadis kecil dengan ekor kuda di belakang kepalanya itu melompat-lompat dengan senyum lebar. Dia cepat mengambil kaleng tempat menaruh hasil pancingan mereka.Lalu dengan senyum masih di bibirnya, gadis kecil itu berlari kecil menuju pondok tidak jauh dari kolam pemancingan. Di pondok bambu, duduk sepasang pasutri yang sedang menikmati indahnya alam di sekitar mereka.

  • Look At Me!    95. Hidup Itu Misteri

    Adimasta dan Clarissa kembali ke rumah sakit demi mendengar kabar kepergian Lena. Sungguh mengejutkan, ternyata Lena bahkan lebih cepat pergi dari yang dokter perkirakan. Mama Lena menangis hampir tak bisa berhenti. Begitu pula adik Lena.Lena yang ceria dan penuh semangat, tidak akan ada lagi. Senyum lebar dan tingkahnya yang lincah tidak akan terlihat lagi. Meskipun Adimasta tidak begitu dekat dengan Lena, tetap dia merasa sedih juga dengan kejadian ini. Clarissa bahkan ikut menitikkan air mata melihat ibu dan anak yang menangis karena kehilangan satu anggota keluarga mereka. Apalagi ayah Lena bekerja di luar pulau. Masih perlu menunggu sekian jam untuk bisa datang dan memeluk anak serta istrinya yang sedang berduka. Buatnya pasti juga sangat berat. Berpisah sekian lama, jarang bisa bersama, harus mendapat kabar putrinya meninggal. "Tuhan kenapa ga sembuhin kakak, Ma? Kenapa kakak diambil kayak gini?" Tangisan pilu gadis remaja itu menyayat hati.

  • Look At Me!    94. Pergi dengan Hati Bersih

    Senyum tipis muncul di bibir Lena yang sedikit kering. Dia memandang Clarissa. "Memang benar, ada sesuatu yang kita perjuangkan belum tentu juga akan kita dapatkan. Sakit, kecewa, pasti. Cuma, seperti mama bilang, aku harus punya hati bersih." Lena melanjutkan kalimatnya. Clarissa masih duduk di tempatnya, memandang pada Lena yang bicara dengan suara lebih lemah. "Hidupku akan segera berakhir. Kenapa ... aku harus meninggalkan semua ... dengan luka? Aku mau pergi dengan ... hati bersih." Makin lirih dan pelan kalimat itu keluar dari bibir Lena. "Lena?" Clarissa menyentuh lengan Lena. Kuatir karena suara gadis itu makin jauh, matanya makin redup. "Aku hanya ngantuk ..." ucap Lena. Dia pejamkan matanya. Clarissa menarik nafas lega, Lena terpengaruh obat yang dia minum. Clarissa bangun dari kursinya, berjalan perlahan meninggalkan ruangan itu. Di depan kamar, Adimasta dan mama Lena sedang berbincang. Adimasta menoleh ke arah Clari

  • Look At Me!    93. Pertemuan yang Menegangkan

    Ponsel Adimasta kembali berdering. Mama Lena terus mencoba menghubungi dia. Mata Adimasta juga masih memandang Clarissa. Dia kembali kuatir kalau Clarissa akan mengeluarkan tanduk di kepalanya. "Terima, Di. Pasti penting." Clarissa berkata, tenang, tidak ada marah di sana. "Oh, oke." Adimasta pun menerima telpon dari mama Lena. Suara wanita setengah baya itu cemas, bahkan hampir menangis. Adimasta terkejut. Lena drop, masuk ke rumah sakit. Sejak semalam terus saja minta Adimasta datang. Clarissa memperhatikan Adimasta yang wajahnya berubah tegang."Kenapa, Di?" tanya Clarissa. Dia juga penasaran apa kabar yang Adimasta dapat. Adimasta melihat ke arah Clarissa, tapi belum menjawab, masih mendengar suara dari ponselnya. Clarissa menunggu, hingga Adimasta selesai berbicara dengan mama Lena. "Lena sakit lagi?" tanya Clarissa. Adimasta mengangguk. "Iya. Dia masuk rumah sakit. Dia ingin ketemu aku." Adimasta mengatakan itu tetap

  • Look At Me!    92. Peluk Aku, Jangan Lepaskan

    Tangan Adimasta masih sedikit gemetar. Dia pegang kuat kedua tangan Clarissa seakan tidak mau ditinggal sendiri. Dia memandang Clarissa dengan wajah yang sulit digambarkan. "Adi ..." Clarissa mencoba mencari kesasadaran dari tatapan bola mata Adimasta yang campur aduk. "Aku ingat. Aku ingat semuanya ..." Tangis Adimasta mulai terdengar. Dia raih Clarissa dan memeluknya erat. Debaran jantung Clarissa melonjak. Adimasta ingat semuanya? Benarkah? Clarissa masih belum yakin. Adimasta terus saja menangis. Belum pernah Clarissa melihat seorang pria menangis sampai seperti ini. Pelan, Clarissa usap punggung Adimasta, tidak ingin mengatakan apapun. Dia akan tunggu hingga Adimasta tenang, lalu mereka bisa kembali bicara. Sementara di kepala Adimasta, semua kisah muncul dengan jelas. Runtut, semua yang berlubang mulai tertutup. Semua kembali pada tempatnya. Adimasta melepas pelukannya dan memandang Clarissa. Masih campur aduk di dalam hatinya. Seb

  • Look At Me!    91. This is Me

    Beberapa saat lamanya, Clarissa menangis di pelukan Adimasta. Dia merasakan sentuhan lembut di punggungnya. Sesekali Adimasta mengusap atau menepuk, berusaha menenangkan Clarissa. Hal yang sama yang dulu Adimasta lakukan, sama seperti yang papa Clarissa lakukan. Adimasta sedang berperan jadi Arlon dalam pikirannya. Sedang Clarissa, di tengah tangisnya, terus berdoa, Adimasta akan kembali pada dirinya. Dirinya yang saat ini bersama Clarissa. Yang menyadari kalau Clarissa sudah cinta dan jatuh cinta padanya. Clarissa yang marah dan cemburu buta karena Adimasta peduli dengan cewek lain. "Katakan semuanya. Apapun itu. Anggap aku papa kamu." Kata-kata yang sama Adimasta ucapkan lagi. Perlahan, tangis Clarissa mereda. Dia angkat wajahnya, memandang Adimasta. Rasa sayang yang besar menyelimuti hati Clarissa. Apa yang akan dia katakan agar Adimasta tahu posisi mereka sebenarnya seperti apa? "Papa dan aku sudah baikan, Adi. Kamu tidak ingat, kalau kita bahkan

  • Look At Me!    90. Apakah Kamu Baik-baik?

    Dengan kesal Clarissa meletakkan ponselnya. Dia menelpon Yenny ingin dibelikan buah, malah Yenny bicara tidak jelas. "Siapa yang mau pergi ke club? Ngaco nih orang! Lagi sakit kepala apa si Yenny?" gerutu Clarissa.Duduk di depan meja belajar. melipat kedua tangannya ngedumel sendiri. Dering suara panggikan masuk. Clarissa melirik pada ponsel yang ada di depannya. Yenny. Masih kesal, Clarissa mengangkatnya. "Kamu kenapa, sih? Aku ngomong soal buah, kamu kok ga nyambung gitu," tukas Clarissa. "Clay, kamu ke club cepetan. Aku dan Adi nyusul ke sana." Yenny bicara dengan cepat "Hah??!" Clarissa seketika melotot mendengar itu. Aneh sekali sahabatnya itu. Gimana bisa dia menyuruh Clarissa pergi ke club. Ini juga masih belum beneran sore. Yenny mengatakan apa yang dia pikirkan saat bicara dengan Adimasta. Ternyata ini seperti sebuah pintu membawa Adimasta mengingat kembali pada Clarissa dan dirinya. Clarissa masih belum begitu pah

  • Look At Me!    89. Kunjungan Seorang Teman

    Mata Clarissa nanar memandang keluar kamarnya. Bukan taman cantik di halaman yang dia perhatikan. Wajah Adimasta yang menatap dingin kepadanya yang tampak. Ucapan Adimasta yang penuh kekecewaan yang melingkupi hati Clarissa. Yenny duduk di sisinya, mengusap pundak Clarissa. Gundah juga menyapa Yenny setelah mendengar penuturan Clarissa. Adimasta menolak kekasihnya. Yang dia ingat Clarissa hanya bertingkah menyebalkan dan Adimasta tidak mau lagi diperlakukan seperti itu. Semua bayangan kisah manis dan romantis yang sudah terjadi hilang dari kepala Adimasta. Dua hari, Clarissa tidak datang ke rumah Adimasta. Gadis itu tidak mau berbuat apa-apa. Hanya rebahan, duduk, main ponsel, bahkan enggan keluar kamar sekedar mengambil makanan online yang dia pesan. "Kamu benar-benar sayang Adi. Justru sekarang Adi yang begini." Hati Yenny bicara. Dia merasa pilu juga merasakan kedua teman baiknya. Dia harus melakukan sesuatu. Yenny Yakin, Adimasta dan Clarissa pasti bisa b

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status