Share

BAB 9 ~ GADIS TOMAT

Mereka tiba di rumah sakit. Keira menuruni motor sambil membuka helm yang dipakainya tadi lalu memberikannya pada Sean.

“Terimakasih banyak karena telah mengantarkanku sampai ke sini dengan selamat.”

“Sama-sama gadis tomat. Tapi omong-omong suaramu tadi lumayan,” kata Sean sambil menggantungkan helm yang diberikan Keira tadi ke jok bagian depan.

“Kau tidak perlu meledekku seperti itu, aku bisa sadar diri kok. Dan ya, untuk sebutan gadis tomat itu, lumayan lucu. Aku hampir saja tertawa lagi karena kau hari ini,” kata Keira dengan ekspresi yang entah, sangat sulit diartikan oleh Sean.

“Aku serius, suaramu sama sekali tidak buruk. Dan lagu tadi,.. apa judulnya?” tanya Sean yang penasaran karena merasa seperti pernah mendengarnya sebelumnya.

“Terima kasih, judul lagunya Yesterday-The Beatles. Aku pergi dulu,” jawab Keira dengan tersenyum tipis sebelum akhirnya benar-benar melangkah pergi.

Keira berjalan masuk menuju dalam rumah sakit. Sedangkan Sean masih di sana menunggu sampai Keira benar-benar masuk dan akan segera pergi setelahnya.

“Astaga, lagi-lagi aku lupa bertanya siapa nama gadis tomat itu. Tapi sepertinya ia senang-senang saja ku panggil dengan sebutan itu,” batin Sean yang lagi-lagi lupa untuk sekedar bertanya siapa nama Keira.

Sean menyalakan motornya, ia mulai menjalankan motornya keluar dari area rumah sakit itu. Lalu, tiba-tiba ia teringat akan seseorang. Seseorang yang menjadi alasannya untuk segera pulang ke negara ini, meskipun ditentang oleh banyak orang. Ia memutuskan untuk pergi ke rumah seseorang itu terlebih dahulu sebelum benar-benar kembali ke asrama yayasan.

“Rumahnya masih di sekitaran sini, setidaknya aku harus mampir dulu. Siapa tahu aku dapat bertemu dengan mereka,” ujar Sean pada dirinya sendiri sambil terus mengendarai motornya dengan fokus.

Sean sudah sampai di dekat rumah orang yang ingin ia tuju, ia menghentikan motornya sedikit lebih jauh dari tempat itu karena melihat sebuah mobil hitam besar yang mewah masuk kedalam sana. Sean mulai mendekat untuk melihat siapa yang baru saja datang.

Ia melihat beberapa orang di sana, satpam serta pelayan dan juga seseorang yang berada di dalam mobil tadi telah keluar. Mereka tampak asing sekali. Ia ingat, dahulu pelayan dan satpamnya bukanlah mereka. Sean berpikir bahwa, mungkin orang yang dicari-cari nya selama ini sudah tidak menempati rumah itu lagi.

Lalu ia pergi pulang menuju asrama dari tempat itu dengan sedikit kecewa, ia bingung harus mencari kemana lagi.

       --------------------

Keira memasuki kamar Rega. Ia terlihat sudah terlelap, sangat tenang. Keira menghampiri ranjang kakaknya itu dengan menggeser sebuah kursi disampingnya, agar bisa mendekat kearah kakaknya. Ia memegang dan mengelus tangannya dengan lembut. Tak terasa tiba-tiba air matanya lolos mengalir begitu saja dari pertahanannya. Entah mengapa setiap ke sini rasanya mudah sekali untuk menangis bagi Keira.

Keira mengusap air matanya pelan, lalu menyenderkan kepalanya ke bahu kakaknya itu dan mulai memejamkan matanya sejenak. Tiba-tiba ia merasa ada sesuatu di kepalanya, ia mendongak dan melihat bahwa itu adalah tangan kakaknya yang sedang mengelus kepalanya dengan lembut. Rega membuka matanya perlahan

“Sudah larut, kau tidak pulang Kei?” tanyanya dengan suara yang sangat lemah seperti biasa.

“Aku baru saja sampai di sini, kak. Mengapa kau mengusirku?” rengek Keira sambil mendudukkan kembali tubuhnya.

“Bukan begitu, kau pasti lelah hari ini karena baru bisa mengunjungiku jam segini. Kalau sekiranya sudah larut seperti ini harusnya kau pulang saja, Kei. Kalau papa mama tahu kau pulang selarut ini mereka pasti tidak akan senang.”

“Biarkan saja, kak. Aku tidak peduli. Mereka saja mana pernah mau peduli dengan kita? Kau tidak perlu khawatir,” ujar Keira dengan nada yang sedikit kesal.

Eantah mengapa jika menyangkut orangtuanya, Keira langsung kesal sendiri dibuatnya.

“Tapi setidaknya pikirkanlah dirimu sendiri, Kei. Kau pasti kelelahan hari ini.”

“Iya-iya, habis ini Keira pulang. Hari ini memang cukup melelahkan, kak. Tapi aku sangat senang. Karena bertemu dengan banyak anak-anak yang menggemaskan, di sana ramai sekali. Seperti yang ku ceritakan kemarin, hari ini aku pergi berlatih untuk persiapan kontes yayasan panti asuhan. Di sana sangat menyenangkan, aku makan malam bersama mereka semua dan...............” curhat Keira panjang lebar pada Rega dengan nada penuh kegembiraannya.

Sean mendengarkan adiknya tersebut sambil tersenyum, melihat adiknya bisa merasakan kebahagiaan seperti itu membuatnya ikut bisa merasakannya juga. 

“Kau pasti sangat lelah hari ini, Kei. Aku senang bisa melihatmu dapat tersenyum seperti ini,” ujar Rega sambil terus memandangi wajah bahagia adiknya tersebut.

“Iya, kak. Aku merasa sangat lelah tapi juga bahagia.”

“Kalau begitu segeralah pulang dan beristirahat. Besok kau harus berangkat kuliah pagi-pagi kan?” suruh Rega.

“Baiklah-baiklah, kak. Aku pulang,” jawab Keira sambil mengerucutkan bibirnya yang manis tersebut.

Keira membereskan barang-barangnya dan melangkah keluar dari kamar.

“Hati-hati di jalan adik kesayangannya kakak,” teriak Rega pada Keira yang sudah melangkah keluar, agar ia bisa mendengarnya.

“Baiklah kakak kesayangannya Keira,” jawab Keira yang tiba-tiba memunculkan kembali kepalanya dari balik pintu untuk melihat kakaknya tersebut.

Setelah itu, Keira langsung berbalik dan melanjutkan langkahnya kembali untuk segera pulang. Jika dipikir-pikir memang sedikit mengerikan juga jika orangtuanya mengetahui ia pulang selarut ini.

Saat Keira masuk ke gerbang besar rumahnya, ia melihat mobil orangtuanya sudah terparkir di halaman. Keira sedikit takut dan khawatir atas apa yang akan terjadi. Karena orangtuanya termasuk orang yang sangat keras. Meskipun mereka sangat tidak peduli atas keberadaannya dan kakaknya, tapi jika mereka sampai melihat keburukan dari apa yang dilakukan anak-anaknya mereka akan tetap marah besar.

Keira membuka pintu dengan sangat pelan, ia tak ingin seorangpun sadar akan kehadirannya saat ini. Perlahan ia melangkah tanpa menghadirkan suara sedikitpun.

Ia mengawasi sekitar dengan awas, sangat hati-hati. Ruang tamu sebesar itu telah terlewati dengan aman terkendali. Lalu tinggal ruang tengah dan di sebelah sanalah tangga menuju kamar Keira berada.

Saat melewati ruang tengah dengan santai, Keira tiba-tiba terkaget karena melihat kehadiran seorang pria yang sedang duduk membelakanginya karena menghadap ke arah tv ruang itu.

Pria itu bukanlah papa Keira, Keira mencoba mendekat. Namun sepertinya orang itu pun sadar akan kehadiran Keira. Ia berbalik lalu menyapa Keira,

“Halo, Keira. Bagaimana kabarmu?” katanya sambil berjalan mendekati Keira.

 “Ahh, paman Gio. Kabarku baik. Ada apa kau datang kemari, paman? Papa mama dimana? Aku melihat mobil mereka di depan tadi,” tanya Keira sambil tersenyum sedikit kaku.

“Yang membawa mobil orangtuamu di depan itu aku, Kei. Orangtuamu sedang tidak berada di sini,” kata paman Gio menjelaskan.

“Makanya, rumah terasa sepi sekali. Dan kamar papa mama pun lampunya masih mati seperti tak ada orang,” ujar Keira merasa bingung atas situasi yang sedang terjadi.

Karena paman Gio tiba-tiba datang sendirian ke rumah dengan membawa mobil orangtuanya tanpa hadirnya mereka.

Paman Gio tak biasa berkunjung ke rumah selarut ini. Keira merasa khawatir dengan apa yang akan dilakukan paman Gio sekarang di sini.

“Iya, sebenarnya ada yang ingin kusampaikan padamu, Kei. Ini tentang orangtua mu.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status