Home / Romansa / Luapan Gairah Panas Ayahmu / Bab 182. Takut Ketahuan. 

Share

Bab 182. Takut Ketahuan. 

Author: Ucing Ucay
last update Last Updated: 2025-11-10 10:44:30

​Di bawah, ruang keluarga kembali diselimuti keheningan yang mencekik. Kepergian Zira terasa seperti pintu yang dibanting, meskipun ia hanya menutupnya perlahan. Rayhan dan Alesha saling berhadapan. Adrenalin telah surut, meninggalkan jejak kekacauan dan ketakutan.

​Rayhan menjatuhkan buku medisnya ke meja kopi dengan suara keras. Suara itu terasa seperti peluru yang ditembakkan. Ia mengusap wajahnya, membersihkan keringat dingin di pelipisnya.

​“Dia melihat, Om,” bisik Alesha, suaranya pecah, matanya akhirnya berani menatap Rayhan. Air mata mulai menggenang, rasa bersalah kembali dengan kekuatan penuh. “Dia tahu. Kita sudah selesai.”

"​Aku membencimu, Rayhan. Aku membenci diriku. Gairah itu hanya sesaat, tetapi rasa bersalah ini abadi. Zira menatapku. Tatapan itu menuntut pengakuan. Aku bukan hanya mengkhianati sahabat, aku meracuni putrinya di bawah atapnya sendiri. Aku sudah tidak punya tempat untuk kembali. Tidak ada persahabatan, tidak ada keluarga, hanya Rayhan." Monolog Alesha
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 182. Takut Ketahuan. 

    ​Di bawah, ruang keluarga kembali diselimuti keheningan yang mencekik. Kepergian Zira terasa seperti pintu yang dibanting, meskipun ia hanya menutupnya perlahan. Rayhan dan Alesha saling berhadapan. Adrenalin telah surut, meninggalkan jejak kekacauan dan ketakutan.​Rayhan menjatuhkan buku medisnya ke meja kopi dengan suara keras. Suara itu terasa seperti peluru yang ditembakkan. Ia mengusap wajahnya, membersihkan keringat dingin di pelipisnya.​“Dia melihat, Om,” bisik Alesha, suaranya pecah, matanya akhirnya berani menatap Rayhan. Air mata mulai menggenang, rasa bersalah kembali dengan kekuatan penuh. “Dia tahu. Kita sudah selesai.”"​Aku membencimu, Rayhan. Aku membenci diriku. Gairah itu hanya sesaat, tetapi rasa bersalah ini abadi. Zira menatapku. Tatapan itu menuntut pengakuan. Aku bukan hanya mengkhianati sahabat, aku meracuni putrinya di bawah atapnya sendiri. Aku sudah tidak punya tempat untuk kembali. Tidak ada persahabatan, tidak ada keluarga, hanya Rayhan." Monolog Alesha

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 181. Rem Tangan VS. Guncangan Ritmis

    ​“Mobilnya baik-baik saja, Sayang. Ada masalah sedikit dengan rem tangan,” Rayhan berbohong, nadanya terdengar seperti ia sedang mendiagnosis penyakit ringan. Ia menggunakan keahliannya sebagai dokter untuk memberikan alibi yang terdengar logis dan teknis. “Jadi Papa periksa sebentar. Setelah itu, Papa duduk di sana, membaca halaman pertama buku ini. Gelap di ruang kerja, jadi Papa pakai lampu mobil.” Ia mengangkat buku tebal itu—sebuah buku tentang bedah, perisai kebohongan yang kokoh. “Kenapa? Ada apa? Papa mengganggu tidurmu?”​Zira menatap Ayahnya, mengamati setiap detail. Ia membandingkan: Rem tangan vs. guncangan ritmis. Kemeja rapi vs. keringat di pelipis. Ekspresi tenang Rayhan vs. tatapan Alesha yang kaku di sofa.​Kemudian, Zira membalikkan pandangannya ke Alesha. Tatapan itu menuntut kesaksian, mencari celah, mencari konfirmasi yang tidak bisa Alesha berikan.​Alesha merasakan tatapan itu seperti sinar laser yang memindai setiap inci tubuhnya, mencari sisa-sisa pengkhianata

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 180. Hampir Ketahuan. 

    Rayhan mencium kening Alesha, ciuman itu kini berubah menjadi penuh penyesalan dan keputusasaan. “Kamu lihat apa yang kamu lakukan, Sayang? Kamu membuatku kehilangan kendali. Ini tidak boleh terjadi lagi di sini. Tidak di bawah atap ini,” bisiknya, suaranya dingin dan tajam. “Di sini terlalu berbahaya. Kamu mengerti?”"Iya, Om." ​Alesha mengangguk lemah, air mata hampir keluar, bukan karena kesenangan tetapi karena rasa bersalah yang langsung menghantamnya. Ia bangkit, merapikan pakaiannya yang kusut dengan tangan gemetar. Ia harus bergegas. Ia tidak berani menatap Rayhan.​Rayhan membetulkan kursi pengemudi, tangannya gemetar. Ia mengambil buku medisnya—alasan palsunya—dan menatap Alesha dengan tatapan dingin. “Tunggu lima menit. Pastikan kamu sudah tenang. Lalu masuk. Bertinggalah normal. Kita tidak pernah berada di sini.”​Alesha mengangguk. Ia menunggu, sendirian di dalam mobil yang pengap, merasakan bekas guncangan yang baru saja ia ciptakan. Ia sadar, ia telah mengambil risiko t

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 179. (++) Memabukan

    Tangan Rayhan menelusup di balik kaus oversize Alesha, menarik kain tipis itu ke atas. Ia mencari kulit halus di punggungnya, lalu bergerak semakin ke bawah, menekan paha Alesha agar ia merapatkan dirinya semakin erat ke Rayhan. Gerakan mereka terbatas, terkendala oleh setir, pintu mobil, dan konsol tengah.​Di dalam mobil yang sempit, menanggalkan pakaian terasa sulit, lambat, dan sangat berisiko, menekankan betapa cepat mereka harus bertindak. Ini adalah momen penanggalkan identitas mereka sebagai Ayah dan Sahabat Zira.Rayhan dengan kasar menarik celana piyama Alesha, meremas kain itu dengan frustrasi. Alesha membantu, kaos itu kini terbuka, jatuh di kursi mobil, menjadi simbol identitas formal Rayhan yang mereka berdua robek dalam kegelapan.​Rayhan merespons pelepasan pakaian itu dengan tarikan kuat yang hampir menyakitkan, menarik Alesha semakin erat ke pangkuannya. ”Ahhh ... Om!”“Diam, Sayang,” desah Rayhan, melihat ekspresi takut dan gairah di wajah Alesha. “Aku akan menguru

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 178. (++) Guncangan di Parkiran

    ​Alesha langsung berdiri, berakting polos. “Mau kuambilkan, Om?”​“Tidak perlu. Dingin di luar. Kamu di sini saja,” Rayhan tersenyum ramah, tetapi tatapan matanya menyimpan kilatan peringatan yang hanya dimengerti oleh Alesha.​Rayhan keluar, menuju garasi yang terletak di samping rumah. Alesha menunggu hitungan kelima. Ia mematikan televisi, memastikan tidak ada cahaya yang terlalu mencolok yang bisa bocor keluar, lalu mengikutinya dengan langkah tanpa suara ke pintu depan. Ia tidak peduli ini adalah inisiatif yang berbahaya dan bodoh. Gairah itu terlalu besar, dan rasa bersalahnya menuntut untuk ditenangkan dengan kebenaran hasrat Rayhan.​Rayhan sudah duduk di kursi pengemudi di dalam mobil SUV mewahnya. Kunci sudah ia masukkan untuk menyalakan lampu interior, dan ia baru saja meraih tas berisi buku medis di kursi penumpang, saat pintu samping terbuka cepat.​Alesha masuk, menutup pintu dengan klik yang tertahan, hampir tidak terdengar, disembunyikan oleh tebalnya malam dan tembok

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 177. Overprotective

    ​Sepuluh menit kemudian, Rayhan kembali. Ia sudah berganti pakaian dengan kaus abu-abu longgar dan celana training hitam—pakaian rumahan yang sangat santai, yang membuat otot-ototnya terlihat lebih menonjol. Aromanya telah berganti dari desinfektan menjadi aroma cologne maskulin yang segar dan bersih.​Kehadirannya di meja makan adalah siksaan bagi Alesha. Malam ini, mereka duduk dalam skenario keluarga yang normal, tetapi di bawahnya, ada arus listrik yang membakar.​Alesha menghindari kontak mata. Ia hanya fokus pada piringnya.​Rayhan mulai beraksi. Tiba-tiba, ia meraih sendok sup dan menyendokkan sedikit sup ayam ke piring Alesha.​“Kamu kurang nutrisi, Lesh. Terlihat dari lingkaran hitam di bawah matamu. Pasti begadang lagi untuk skripsi,” ujar Rayhan, suaranya terdengar prihatin, tetapi ada nada kepemilikan terselubung di dalamnya.​Alesha terkejut. “Eh, t-terima kasih, Om. Tapi aku bisa ambil sendiri.”​“Tidak apa-apa. Kamu tamu kami,” balas Rayhan, menyendokkan potongan daging

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status