Beranda / Romansa / Luapan Gairah Panas Ayahmu / Bab 31. Tidak Bisa Menghentikan Badai

Share

Bab 31. Tidak Bisa Menghentikan Badai

Penulis: Ucing Ucay
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-04 21:33:22

“Kamu masih sendiri, Ray?” tanya Livia tiba-tiba, alisnya terangkat dengan senyum mengejek. “Belum bisa move on, ya?”

Pertanyaan itu menghantam Rayhan tepat di dada. Ia mengepalkan jemari di sisi tubuhnya, menahan emosi. Semua luka lama berputar cepat di kepalanya—malam ketika ia menemukan Livia pulang bersama pria lain, foto-foto perselingkuhan, tawa mengejeknya.

“Ini bukan waktunya untuk basa-basi,” ucap Rayhan dingin. “Kalau kamu ingin bicara dengan Zira, silakan. Tapi jangan bawa-bawa urusan pribadi kita.”

Livia tertawa kecil, lirih tapi menusuk. “Selalu defensif, ya kamu ….”

Alesha tak tahan mendengar nada itu. Ia bangkit pelan. “Aku permisi dulu ke dapur … ambilkan minum,” katanya lirih, berusaha mencairkan suasana.

Rayhan sempat menatapnya sekilas. Ada rasa bersalah terselip dalam sorot matanya. Ia tahu Alesha tak seharusnya menyaksikan ini. Tapi ia juga tak bisa menghentikan badai yang terlanjur datang.

***

Dari dapur, Alesha mengintip. Zira mulai bercerita pelan-pelan tentang
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 39. Retakan yang Semakin Nyata. 

    Matahari sudah tinggi, tapi rumah itu seolah masih diselimuti sisa malam. Sunyi, hening, hanya terdengar suara burung dari luar jendela dan denting sendok beradu dengan piring dari dapur.Zira sudah bangun lebih dulu pagi itu. Rambutnya masih tergerai, wajahnya pucat dengan kantung mata samar—bekas semalaman tak bisa tidur. Pikirannya terus dihantui bayangan semalam: ayahnya di balkon bersama Alesha. Terlalu dekat, terlalu nyaman.Ia tak ingin mengingatnya, tapi setiap kali menutup mata, bayangan itu muncul lagi.Tangannya sibuk mengoles selai di roti, tapi hatinya terasa getir.Suara langkah kaki terdengar menuruni tangga. Zira tak perlu menoleh untuk tahu itu ayahnya. Ia menahan napas sejenak, mencoba menjaga ekspresi tetap datar.“Pagi, Nak.” Rayhan menyapa lembut, mengenakan kemeja biru muda dengan dasi tergantung longgar di leher.Zira hanya menoleh sebentar lalu mengangguk. “Pagi, Pa.”Jawabannya singkat, dingin.Rayhan mengernyit sedikit, tapi tak banyak berkomentar. Ia melangk

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 38. Mencurigakan. 

    Zira tak menunggu jawaban. Ia berjalan ke kamarnya, menutup pintu pelan. Tapi di balik wajah tenangnya, pikirannya bekerja keras. Ada yang tidak beres.Dia duduk di tepi ranjang, ponsel di tangannya menyala tanpa arti. Notifikasi dari grup kampus masuk satu per satu, tapi matanya kosong. Sejak ia pulang malam itu, ada sesuatu yang terus mengganggu pikirannya. Bayangan ayahnya keluar dari kamar Alesha masih begitu jelas. Alasan yang diberikan Rayhan masuk akal, tapi terlalu sederhana. Terlalu dibuat-buat.Ia mencoba menepis. Tapi makin ia paksa, makin kuat rasa curiga itu menghantam.Tangannya sempat meraih gagang pintu, berniat keluar. Ia ingin menanyakan langsung pada Alesha—mungkin sekadar mengobrol, memastikan segalanya baik-baik saja. Tapi begitu pintu terbuka sedikit, langkahnya terhenti. Dari celah jendela, ia menangkap cahaya redup ruang tengah. Dua sosok duduk berdekatan: ayahnya dan Alesha. Terlalu dekat. Ada tawa kecil di antara mereka, senyum samar yang seolah hanya dimenge

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 37. Rahasia di Balik Pintu. 

    Malam itu rumah terasa lebih lengang dari biasanya. Lampu ruang tamu menyala lembut, dan suara televisi yang biasanya menemani Zira sengaja dibiarkan mati. Zira sudah pergi bersama Livia, ibunya, untuk makan malam di hotel. Rayhan hanya bisa menatap punggung putrinya yang menjauh tadi sore, perasaan tak enak menggelayuti dada.Kini, yang tersisa hanya dia dan Alesha.Alesha berdiri di dapur, menuang teh hangat ke dalam cangkir. Rambutnya digelung seadanya, kaos tipis warna abu-abu menempel pas di tubuh mungilnya. Celana pendek kain membuat kakinya terlihat jenjang, begitu sederhana tapi membuat Rayhan menelan ludah.“Kenapa Om nggak ikut makan sama Zira tadi?” tanya Alesha sambil meletakkan cangkir di meja.Rayhan menggeleng, duduk di kursi bar dapur. “Aku males ketemu ibunya.” Ia mendesah berat. “Lagipula, aku capek.”Alesha duduk di seberangnya. Ia memperhatikan garis wajah Rayhan yang semakin matang, dengan sedikit kerutan di sekitar mata. Wibawanya, ketenangannya, justru membuatny

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 36. Penuh Hasutan. 

    “Aku takut, Lesha,” suara Rayhan serak. “Dia masih muda. Masih gampang terseret emosi. Kalau dia tahu sekarang, mungkin dia akan membenciku seumur hidup.”Alesha menelan ludah. Hatinya terhimpit di antara dua pilihan: memperjuangkan cintanya atau menjaga hubungan ayah-anak itu tetap utuh.“Kalau terus ditunda,” ucapnya lirih, “aku takut yang akan mengatakannya bukan Om. Tapi orang lain. Dan itu akan lebih menyakitkan buat Zira.”Rayhan diam. Tapi tatapannya dalam, penuh dengan cinta yang ia simpan untuk Alesha. Ada ketegangan yang menahan mereka berdua, membuat ruang seolah lebih sempit dari biasanya.***Malam itu, Zira duduk berhadapan dengan ibunya di sebuah restoran hotel berbintang. Lampu gantung kristal menyinari meja mereka dengan cahaya keemasan. Musik piano pelan mengalun di latar, menambah elegan suasana. Wanita itu—Livia—tampil memesona seperti biasa: gaun hitam sederhana namun berkelas, perhiasan tipis yang berkilau, dan parfum mahal yang lembut menyergap indra.“Kamu maki

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 35. Mulai Curiga. 

    Rayhan mendekat, menepuk bahu Alesha pelan. “Aku akan bicarakan ini. Tapi pelan-pelan. Aku takut dia marah. Apalagi sejak ibunya datang lagi ….”Nama “ibunya” membuat udara di dapur itu semakin berat. Livia. Bayangan masa lalu yang kembali hadir dan merusak keseimbangan.Alesha menggigit bibir bawahnya, menunduk. Ia mengangguk kecil, meski hatinya bergejolak. Ia tak ingin menjadi duri di antara Rayhan dan Zira. Tapi ia juga tak sanggup menjauh dari pria itu.***Hujan mulai turun di luar, rintiknya terdengar memukul jendela dapur. Alesha menuang sup ayam ke dalam mangkuk, aroma kaldu ayam dan rempah memenuhi ruangan. Ia berusaha tersenyum, menaruh mangkuk di meja makan.“Biar aku panggil Zira,” kata Rayhan.Tapi sebelum ia melangkah, Zira sudah muncul di tangga. Wajahnya datar, tapi matanya sembab—seperti habis menangis.“Papa, aku nggak lapar,” ucapnya singkat, lalu berjalan melewati mereka begitu saja menuju kamar.Rayhan terpaku, sementara Alesha hanya bisa menatap punggung Zira ya

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 34. Rasa yang Mengendap. 

    Kamar Zira masih berantakan meski sebagian besar belanjaan semalam sudah tertata. Kardus-kardus kosong berserakan di sudut, plastik pembungkus masih tergeletak di lantai. Alesha berjongkok di depan rak buku, menyusun tumpukan catatan kuliah Zira yang baru dibeli. Jemarinya bergerak pelan, tapi pikiran dan hatinya terasa berat.Biasanya, kalau mereka beres-beres bersama, Zira tak henti-hentinya bicara. Tentang dosen yang killer, tugas kelompok yang bikin stres, atau bahkan gosip ringan di kampus. Namun hari ini, seolah ada dinding tak kasat mata yang membatasi. Sunyi. Sesuatu yang asing.“Zira, kamu suka sama warna lampunya? Tadi aku atur biar agak hangat, biar kamar ini lebih nyaman,” ucap Alesha pelan.Zira duduk di ujung ranjang, memeluk bantal kecil di dadanya. Ia hanya menoleh sebentar, menatap lampu gantung yang berpendar lembut, lalu mengangguk tanpa senyum.“Iya. Lumayan,” jawabnya singkat, datar.Alesha terdiam. Itu bukan jawaban Zira yang biasa. Biasanya, gadis itu akan terse

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status