Andai aku tidak penasaran, rasa ini tak akan bertumbuh...Tapi melihatnya ditinggalkan sendiri, aku ikut sakit.***“Yah, gimana lagi,dong?! Gue takut, yang lain juga sama."Kak Aruma membela diri, irismatanya bergerak liar tampak gugup dan gelisah, terlintas sedikit rasa bersalah di sana.“Alah. Banyak alesan,”tuding Kak Pandu.Yang di kritik pun melotot.“Coba lo samperin sono," titahnya.“Waduh! Gue bukanpawang hantu,” tolak Kak Pandu mengangkat tangan sejajar dada.“Lah, sama ajangelesnya, bajaj!” maki Kak Aruma tanpa ampun."Ya terus gimana? Kasian Melga sendiri.” Kulihat Kak Pandu meremas tangannya kuat---panik.Ekspresinya membuatku t
Andai aku tidak terus memperhatikannya, rasa ini akan mati dengan mudah.Tapimelihatnya tidak ada dalam jarak pandang,membuat hatiku terasa sepi.***Kobaran api menyala di tengah lapangan terlihat sangat mempesona. Warna merah jingga menghangatkan kami yang berkeliling memutari element alam itu.Kegiatan drama sudah berlalu sejak tiga puluh menit yang lalu. Namun, semua murid masih asik di depan sang penghangat malam.Aku melirik benda bulat di pergelangan tangan Rukly yang menunjukan pukul 11.30 atau jam setengah dua belas.Sejak di mulainya acara api unggun, aku dipertemukan lagi dengan dua sahabatku, kami duduk berbaris dan saling bertukar cerita mengenai kegiatan selama kemah.Bunyi kruk-kruk familiar terdengar. Aku pun
Andai aku tidak peduli padanya, mungkin cinta ini akan cepat padam.Tapi mataku selalu tertuju padanya, setiap waktu.Aku tidak bisa lepas dari gadis tuna daksa itu.***Sebelum menjawab pertanyaan kakaknya Rukly, aku menarik napas panjang, menenangkan diri yang sedikit jengkel karena sepertinya dari tadi Kak Pandu tidak menyadari keberadaan aku di sisi Melga.Padahal akulah yang lebih dulu berbicara dengannya. Yap! Tidak heran mengingat Kak Pandu sibuk mengomel layaknya ibu-ibu yang menawar harga bahan pokok.Atau mungkin karena dia kepalang emosi pada Kak Brian yang mengizinkan Melga ikut kemah di tengah kondisinya.“Lihat si Brian enggak, Rey? Mau gue bejek-bejek itu ketua nyeleneh," amuknya.
Andai aku tidak terpaku pada binar sepi itu, cinta ini tak akan datang.Tapi melihat sorot keinginan yang begitu besar membuatku bergairah.Aku ingin mewujudkan harapan gadis tuna daksa itu. ***Hari Jum’at datang lagi. Hari yang di tunggu-tunggu untuk melaksanakan kegiatan Mapelta.Mentari belum sepenuhnya berpijar terang. Namun, anak-anak manusia sudah dibuat sibuk mengatur banyak benda masuk ke bagasi. Aku mengkoordinasi kelompokku, mengecek peralatan masak, peralatan kebersihan dan benda lainnya yang akan dibawa ke tempat kemah nanti.Satu-persatu nama anggota aku sebutkan, mereka menyahut hadir, tiba giliran Melga suasana hening.Memang sejak menginjakkan kaki di lingkungan sekolah subu
Andai aku tidak banyak bertanya, rasa penasaran ini tak akan berkembang...Tapi menyadari adanya kejanggalan.Aku ingin mencari tahu tentang gadis tuna daksa itu.***Aku berhenti melangkah saat gadis tomboy itu menghadang jalanku, bahkan Rukly tak henti-hentinya menyenggol lenganku, isyarat menggoda. Mungkin dia pikir jawabanku tadi kebohongan.Aku suka Manda?Jika itu terjadi, mungkin aku akan mempertimbangkan perasaan Bella saja, yang sudah dikenal lama"Lo berdua duluan aja," titahku pada kedua sahabatku untuk pergi ke kantin tanpaku."Ciee, Reyfan. Mau dua-duaan aja, nih? Kagak mau digangguin kita," goda Rukly mengedipkan mata genit.Aku melengos. "Berisik. Pergi sono.""Dih, usir.""Cabut!""Iya ... Iya."Dengan tawa terbahak-bahak, Rukly bersama Saga yang mengekori dengan senyum kecil. Meski, Adik Pandu masih sempat melemparkan siulan dan kiss bye jarak jauh.
Andai aku tidak bersikap sok pahlawan, mungkin cinta ini tidak akan mengisi hatiku... Tapi melihatnya ingin diakui membuatku terpana. Aku ingin selalu ada di pihaknya. ***Pramuka diadakan setelah melaksanakan ibadah salat jum’at, bagi yang menjalankan sepertiku dan Rukly, sedangkan Saga seorang non muslim.Tapi itu tidak membuat persahabatan kami retak karena perbedaan itu, sebaliknya kami merasa lebih akrab. Setelah melakukan apel dan bernyanyi yel-yel, murid kelas satu pun dikumpulkan untuk mendengarkan Pak Lurah, sebutan bagi ketua pemimpin di Pramuka. Siswa kelas dua yang bernama Agula Briano---mulai memberikan pengumuman tentang Mapelta. Kelas tiga tidak lagi ikut aktif mengikuti kegiatan.Mereka disibukan dengan kedatangan ujian nasional bulan Februari nanti, bahkan pemilihan OSIS akan diadakan selepas beres kegiatan kemah ini.“Sampai sini ada yang mau bertanya?”Kak Brian melempa