Share

Api Membara

Penulis: Mega Kembar
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-14 14:00:00

Andai aku tidak terus memperhatikannya, rasa ini akan mati dengan mudah. 

Tapi melihatnya tidak ada dalam jarak pandang, membuat hatiku terasa sepi.

 ***

Kobaran api menyala di tengah lapangan terlihat sangat mempesona. Warna merah jingga menghangatkan kami yang berkeliling memutari element alam itu.

Kegiatan drama sudah berlalu sejak tiga puluh menit yang lalu. Namun, semua murid masih asik di depan sang penghangat malam. 

Aku melirik benda bulat di pergelangan tangan Rukly yang menunjukan pukul 11.30 atau jam setengah dua belas.  

Sejak di mulainya acara api unggun, aku dipertemukan lagi dengan dua sahabatku, kami duduk berbaris dan saling bertukar cerita mengenai kegiatan selama kemah.

Bunyi kruk-kruk familiar terdengar. Aku pun
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • MAAF! AKU CACAT   Embun Duka

    Andai aku tidak terlalu ikut campur, cinta ini tidak akan berkembang.Tapi melihatnya tersudut sendirian membuatku ikut merasa sakit.Aku ingin selalu menemani gadis tuna daksa itu. ***“Gue udah bilang ke Kak Pandu, buat gak deketin Melga lagi,” cerita Rukly. “Eh, tapi dia malah ngamuk ke gue, pake ceramah soal disabilitas pula. Mana ngerti gue yang gitu-gitu.”Keluhan Rukly terdengar sangat kesal dan bersungut-sungut. “Mungkin Kak Pandu beneran suka ama Melga?!”Oh, embun di mata … jangan ikut merengek keluar hanya karena pertanyaan bernada ragu yang kukatakan.Aku pun sakit mendengarnya, jangan menambah beban deritaku oleh sangkalan yang tak pernah u

  • MAAF! AKU CACAT   Rasa Takut

    Andai aku tidak penasaran, rasa ini tak akan bertumbuh...Tapi melihatnya ditinggalkan sendiri, aku ikut sakit.***“Yah, gimana lagi,dong?! Gue takut, yang lain juga sama."Kak Aruma membela diri, irismatanya bergerak liar tampak gugup dan gelisah, terlintas sedikit rasa bersalah di sana.“Alah. Banyak alesan,”tuding Kak Pandu.Yang di kritik pun melotot.“Coba lo samperin sono," titahnya.“Waduh! Gue bukanpawang hantu,” tolak Kak Pandu mengangkat tangan sejajar dada.“Lah, sama ajangelesnya, bajaj!” maki Kak Aruma tanpa ampun."Ya terus gimana? Kasian Melga sendiri.” Kulihat Kak Pandu meremas tangannya kuat---panik.Ekspresinya membuatku t

  • MAAF! AKU CACAT   Api Membara

    Andai aku tidak terus memperhatikannya, rasa ini akan mati dengan mudah.Tapimelihatnya tidak ada dalam jarak pandang,membuat hatiku terasa sepi.***Kobaran api menyala di tengah lapangan terlihat sangat mempesona. Warna merah jingga menghangatkan kami yang berkeliling memutari element alam itu.Kegiatan drama sudah berlalu sejak tiga puluh menit yang lalu. Namun, semua murid masih asik di depan sang penghangat malam.Aku melirik benda bulat di pergelangan tangan Rukly yang menunjukan pukul 11.30 atau jam setengah dua belas.Sejak di mulainya acara api unggun, aku dipertemukan lagi dengan dua sahabatku, kami duduk berbaris dan saling bertukar cerita mengenai kegiatan selama kemah.Bunyi kruk-kruk familiar terdengar. Aku pun

  • MAAF! AKU CACAT   Menuju Mapelta

    Andai aku tidak peduli padanya, mungkin cinta ini akan cepat padam.Tapi mataku selalu tertuju padanya, setiap waktu.Aku tidak bisa lepas dari gadis tuna daksa itu.***Sebelum menjawab pertanyaan kakaknya Rukly, aku menarik napas panjang, menenangkan diri yang sedikit jengkel karena sepertinya dari tadi Kak Pandu tidak menyadari keberadaan aku di sisi Melga.Padahal akulah yang lebih dulu berbicara dengannya. Yap! Tidak heran mengingat Kak Pandu sibuk mengomel layaknya ibu-ibu yang menawar harga bahan pokok.Atau mungkin karena dia kepalang emosi pada Kak Brian yang mengizinkan Melga ikut kemah di tengah kondisinya.“Lihat si Brian enggak, Rey? Mau gue bejek-bejek itu ketua nyeleneh," amuknya.

  • MAAF! AKU CACAT   Binar Cahaya

    Andai aku tidak terpaku pada binar sepi itu, cinta ini tak akan datang.Tapi melihat sorot keinginan yang begitu besar membuatku bergairah.Aku ingin mewujudkan harapan gadis tuna daksa itu. ***Hari Jum’at datang lagi. Hari yang di tunggu-tunggu untuk melaksanakan kegiatan Mapelta.Mentari belum sepenuhnya berpijar terang. Namun, anak-anak manusia sudah dibuat sibuk mengatur banyak benda masuk ke bagasi. Aku mengkoordinasi kelompokku, mengecek peralatan masak, peralatan kebersihan dan benda lainnya yang akan dibawa ke tempat kemah nanti.Satu-persatu nama anggota aku sebutkan, mereka menyahut hadir, tiba giliran Melga suasana hening.Memang sejak menginjakkan kaki di lingkungan sekolah subu

  • MAAF! AKU CACAT   Istana Rahasia

    Andai aku tidak banyak bertanya, rasa penasaran ini tak akan berkembang...Tapi menyadari adanya kejanggalan.Aku ingin mencari tahu tentang gadis tuna daksa itu.***Aku berhenti melangkah saat gadis tomboy itu menghadang jalanku, bahkan Rukly tak henti-hentinya menyenggol lenganku, isyarat menggoda. Mungkin dia pikir jawabanku tadi kebohongan.Aku suka Manda?Jika itu terjadi, mungkin aku akan mempertimbangkan perasaan Bella saja, yang sudah dikenal lama"Lo berdua duluan aja," titahku pada kedua sahabatku untuk pergi ke kantin tanpaku."Ciee, Reyfan. Mau dua-duaan aja, nih? Kagak mau digangguin kita," goda Rukly mengedipkan mata genit.Aku melengos. "Berisik. Pergi sono.""Dih, usir.""Cabut!""Iya ... Iya."Dengan tawa terbahak-bahak, Rukly bersama Saga yang mengekori dengan senyum kecil. Meski, Adik Pandu masih sempat melemparkan siulan dan kiss bye jarak jauh.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status