Share

Melawan mertua

last update Last Updated: 2022-07-26 18:58:22

MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#9

POV Author.

"Mande, apa kamu sudah mendapat kabar tentang Rani?" tanya Juleha sembari duduk menyilangkan kakinya.

"Boro-boro Bu, pesanku saja dibalasnya dengan angkuh. Kayaknya dia sedang nantangin kita," sahut Mande menggenggam kedua tangannya.

"Heh! Kalau sampai kita menemukannya akan ibu tampar wajahnya. Geram sekali ibu denga wanita itu, sudah miskin tidak sadar diri!" cetus ibu dengan ekspresi jengkel.

"Kalau gitu aku mau ke toko, dulu," ujar Mande.

Mande nekat membawa mobilnya pergi, kendati ia tau kalau BPKB dan STNK sedang tak berada di tangannya. Ia lelah jika harus memesan taksi atau ojek online, langkahnya kurang leluasa jika ia tak menyetir sendiri.

Sesampainya di lampu merah Mande dicegat oleh dua polisi, karena sedang ada razia SIM. Beruntungnya SIM Mande ia sisipkan ke dalam dompet sehingga tak terbawa oleh Rani. Akan tetapi tentu saja tak sampai di situ, polisi juga meminta STNK punya Mande.

Mande gugup, ia tak bisa memberikan STNK nya pada polisi karena memang sedang tidak ada. Kemudian Mande di suruh turun dan ditilang, alhasil mobilnya dibawa oleh derek dan polisi memintanya untuk mengurus semuanya di kantor polisi. Ah ... Si-al!

Mande mengirim pesan pada Rani, jalan satu-satunya agar dia bisa mendapatkan mobilnya kembali iyalah bertemu dengan Rani. Sebab, STNK dan BPKB mobil sekarang sedang berada di tangan Rani.

[Rani, tolong aku. Mobilku ditilang oleh polisi.] Rani mengulas senyum tatkala membaca pesan dari Mande, namun tetap ia abaikan karena ingin memberi pelajaran pada Mande.

[Ran, beritahu aku di mana posisimu sekarang. Aku akan menjemputmu, kita perbaiki semuanya dari nol. Asal, jangan ajak bapakmu tinggal di rumah kita.]

"Cih!" Rani berdecih, jengah saja melihat laki-laki lembek seperti Mande.

[Ayolah, Ran. Aku sedang di kantor polisi. Kalau kamu tidak datang membawa surat-surat mobil maka aku tak bisa membawa mobilku pulang.] Mande terus memohon, akan tetapi Rani tidak perduli.

Terpaksa Mande pulang dengan tangan kosong, mobilnya ia tinggalkan begitu saja di kantor polisi. 

"Mande, mana mobilmu?" tanya Juleha terkesiap saat melihat Mande pulang dengan wajah yang lesu.

"Di kantor polisi, Bu. Mobilku ditilang dan aku tidak bisa membawanya pulang. Rani juga tidak membalas pesanku saat aku meminta bantuannya," sahut Mande merasa kesal.

"Kamu ditilang, bukannya kamu bisa buka sidang atau sogok saja polisinya biar kamu bisa membawa pulang mobilmu," ujar Juleha.

"Masalahnya aku tidak mempunyai surat apapun, STNK dan BPKB nya berada di tangan Rani. Masih untung aku bisa pulang, ke rumah. Coba seandainya aku juga ditahan, bagaimana?" Mande mendengkus dengan helaan nafasnya yang semakin berat.

"Terus gimana, dong? Percuma aja kamu punya mobil kalau gak bisa dipake. Kalau begitu beli saja mobil baru, kalau perlu beli cash," ujar Juleha dengan gamblang.

"Ibu pikir semudah itu? Aku beli mobil yang sekarang saja nyicil, dan baru selesai dua bulan yang lalu. Sementara keuntungan toko juga harus diputar balikkan lagi menjadi modal agar tokoku semakin besar. Apalagi, semenjak kepergian Rani mendadak pendapatan keuntungan merosot 30 persen dari biasanya. Ibu malah nyuruh beli mobil baru, bayar karyawan saja aku juga harus ekstra hati-hati menyisipkan uang bulanan untuk itu," sahut Mande, kepalanya sekarang terasa pusing.

_____________________________

Rani bersiap untuk balik ke kota, lebih tepatnya ia ingin mengurus surat perpindahan hak kuasa rumah dan toko supaya menjadi atas namanya. Dibawanya Khalila anak yang pintar dan tidak cengeng itu ikut bersamanya, tak lupa ia berpamitan pada Bu Titin dan tetangga lain.

"Bunda-bunda, kita mau pulang ke lumah? Mau jumpa ayah," ujar Khalila polos. Melihat kerlingan dari tatapan polos Khalila membuat dada Rani menggerus sakit.

"Iya, sayang. Tapi tidak sekarang," sahut Rani pelan, berharap Khalila kecil bisa mengerti.

Khalila diam, kemudian ia sibuk memakan cemilan yang memang sudah dipersiapkan Rani untuk di perjalanan.

____________________

Sesampainya Rani di kota, ia mencari kontrakkan kecil untuk tempat tinggal sementara. Bukan tidak bisa menyewa hotel, Rani hanya ingin keluarga Mande mengira bahwa dia masih Rani yang dulu. Yang kata mereka miskin dan kampungan, karena belum saatnya mereka tahu fakta tentang Rani saat ini.

Sebab, ia tak ingin keluarga itu tiba-tiba baik padanya hanya karena mengetahui bahwa Rani sekarang mempunyai uang warisan yang banyak. Bahkan, masih mempunyai kebun kelapa sekitar 20 baris di tanah kelahiran bapaknya.

Ia pun menunggu hari esok, tentunya ingin membuat surat pemindahan hak kuasa. Lalu, ke rumah RT setempat dan ke kantor lurah untuk meminta tanda tangan. Setelah semuanya beres barulah Rani akan menunjukkan jati dirinya secara perlahan.

"Semua ini enggak, mudah. Pasti akan memakan waktu dua sampai tiga hari, dan dalam waktu itu aku tak boleh bertemu dengan keluarga Mande," gumam Rani menghela nafasnya.

________________________

Rani mulai mengurus surat pemindahan hak kuasa, ia tak boleh memperlambat waktu karena ia yakin kalau keluarga Mande pasti sedang mencarinya sekarang.

Namun tak sengaja ia berpapasan dengan Juleha dan Manisah saat ia hendak memasuki kawasan area sekitar rumahnya. Huh! Untung saja Rani menyimpan surat-surat itu di dalam bajunya.

"Hah! Akhirnya kamu kesini, juga. Kenapa? Udah bosan ya, hidup jadi gembel." Juleha langsung beringas saat ketemu Rani.

Rani menanggapinya dengan santai, ia tak ingin terbawa emosi kendati Juleha terus mencercanya. "Mana surat-surat penting yang kamu bawa kabur itu." Juleha mengulurkan tangannya akan tetapi Rani hanya mengernyitkan dahi.

"Siapa ibu, sehingga terus mengikut campuri urusan harta kami. Itu milikku dan mas Mande, tak ada hak ibu di dalam harta kami," sahut Rani dengan tenang.

"Tentu saja aku punya hak, karena Mande adalah anakku," ujar Juleha melengking.

"Oh ... Bahkan, mas Mande pun tidak berhak atas harta itu. Sebab, modal yang digunakan saat kami merintis usaha semuanya pure memakai emas warisan dari kedua orang tuaku," sahut Rani.

"Berani ya, sekarang wanita kampung ini melawan kita, Bu. Punya nyali apa dia sampai-sampai membangkang pada ibu," ucap Manisah tak digubris oleh Rani.

Rani tak menghiraukan Manisah dan Juleha, ia memilih untuk berlalu sembari menggandeng tangan Khalila. Rani ingin fokus pada tujuannya dan malas membuang waktu dengan meladeni mertua dan adik iparnya itu.

Namun, tangan Rani dicengkeram oleh Juleha dengan kuat. Rani melirik pada genggaman Juleha lalu menghempaskan tangan mertuanya itu dengan kasar.

Juleha kesal, saat Rani bertindak berani terhadapnya.

"Dasar menantu kurang ajar!" Juleha ingin melayangkan tamparan pada wajah Rani, segera Rani menangkisnya.

"Jangan berpikir aku akan diam saja saat kalian perlakukan dengan kasar, kuberi peringatan pada ibu. Aku bukan lagi Rani yang dulu!" Tekan Rani sembari menepis tangan Juleha dan mencengkeramnya dengan kuat. Sehingga Juleha merasa kesakitan saat Rani menggenggam tangannya.

"Kalian jual, aku beli!" ujar Rani menerima tantangan Juleha.

________________________

Tekan love, komen dan subcribe.

😘😘

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Dewiambarwati
tambah seru jd penasaran thor
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN.   Tamat

    MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YABG PIKUN#31Rani dengan berat meninggalkan area pemakaman, saat mereka ingin beranjak pergi dokter Ridwan pun datang."Nyonya Rani, saya baru tahu kalau pak Hamdar mening ...." ucapannya terjeda saat melihat mata Rani yang sembab dan merah."Ehm ... Maaf, saya datang di waktu yang tidak tepat," ujar dokter Ridwan."Tidak papa, Dok," sahut Khalila."Tapi, kami sudah mau pulang," lanjutnya."Silahkan, saya akan menyusul nanti." Dokter Ridwan kemudian mendekat pada kuburan pak Hamdar, ia berjongkok sembari menengadahkan kedua tangannya. Memanjatkan doa-doa dan surat-surat Al-Qur'an, terakhir ia membaca surat Yasin dan menabur bunga.Sementara Hamsar menyarankan agar mereka menunggu dokter Ridwan di gerbang utama, tidak enak saja meninggalkan orang yang datang untuk melayat keluarganya. Apalagi, orang tersebut sudah akrap dengan keluarganya."Eh, kalian masih di sini?" tanya dokter Ridwan saat ia keluar dari gerbang pemakaman umum tersebut."Pulangnya baren

  • MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN.   Bab30

    MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#30Setelah beberapa hari tidur di tempat yang kurang layak, hari ini Mande memutuskan untuk pindah ke hotel yang lebih mewah dan nyaman. Ia juga makan di restoran yang mahal dan tentunya memakan pesanan yang ia pesan hingga tandas tak bersisa.Malam itu Mande dikagetkan dengan kedatangan dua orang polisi ke restoran tersebut, sembari menodongkan senjata api dan menyuruh Mande mengangkat kedua tangannya. Peluh jagung mulai bercucuran dan Mande menjadi tegang."Angkat tangan! anda kami tahan." Salah satu dari polisi tersebut mengancam.Mande pun tak bisa berbuat apa-apa, ia terpaksa manut agar tak di tembak oleh polisi tersebut. Percuma saja ia kabur, yang ada ia akan di dor saat mencoba berlari."Salah saya apa ya, pak?" tanya Mande berpura-pura tidak tahu."Anda kami tangkap atas tindakan pencurian di rumah, nyonya Rani," ujar polisi tersebut dan salah satu dari mereka memborgol tangan Mande."S-saya tidak mencuri, pak," ucap Mande masih mengel

  • MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN.   Bab29

    MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#29 "Heh! Bercanda lagi." Khalila mengangkat satu bibirnya dan menghembuskan nafas kasar. "Apa udah gak punya cara lain, sehingga harus berpura-pura pingsan. Atau ... Emang sengaja mau cari simpati. Bangun, aku enggak akan luluh dengan sandiwara receh seperti ini." Khalila berbalik dan mengguncang tubuh Mande. Namun Mande tak bergerak, tubuhnya begitu lemas. Selain ia menahan sakit, ia juga tidak sempat makan dari pagi. Apalagi, dia juga kelelahan karena berlari kesana-kemari beberapa hari ini. "Enggak bangun, Bun. Apa dia meninggal?" Khalila melirik pada bundanya. Rani yang mendengar ucapan Khalila tersentak dan takut. "Biar kakek periksa," ujar Hamsar mendekat. "Dia pingsan," ucap Hamsar. "Terus gimana dong, kek?" tanya Khalila. "Kita panggil dokter Ridwan saja," usul Hamsar. Khalila dan Rani mengangguk, Lila pun segera mengambil ponsel dan menekan nomor dokter Ridwan, dokter langganan mereka yang biasa di panggil ke rumah. Sekian pu

  • MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN.   Bab28

    MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#28Khalila menyuruh beberapa orang untuk menebar brosur, poster Mande pun sudah terpampang di berbagai jalan. Banyak tiang-tiang yang bertempelkan wajah Mande dengan caption yang sama. Sontak, para pejalan kaki dan pengendara roda dua langsung tergiur dengan hadiah yang dicantumkan oleh Khalila. Di jaman yang serba mahal ini, uang lima juta sangat banyak bagi kaum menengah ke bawah.Ya, mulai hari ini hidup Mande diawali dengan ketidak nyamanan. Tadi pagi saja saat ia membeli sarapan di warung terdekat banyak orang menatapnya dengan tatapan sinis dan aneh, ada juga yang mengikuti ia hingga sampai ke depan gang. Untungnya Mande segera berlari sekencang mungkin untuk menghindar, takut saja jika orang-orang tersebut berniat jahat atau mungkin pencuri organ tubuh. Siapa tau, kan?Nafas Mande dibuat ngos-ngosan karena berlari sekuat yang ia bisa. Tenaganya terkuras dan tenggorokan kering sebab kekurangan dahaga. Mande mengambil botol air mineral lal

  • MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN.   Bab27

    MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#27Badan Mande serasa mau patah gara-gara digempur oleh Khalila dan Rani. Kalau Hamsar sih, tidak seberapa, yang sakit itu pukulan sapu dari Rani. Rasanya pedas dan perih.Dan ternyata membawa Khalila tidak semudah yang ia bayangkan. Ia pikir ia bisa membawa Khalila dengan gampang, sebab hanya Khalila lah penyelamat satu-satunya bagi Mande. Dikarenakan Mande memiliki banyak hutang keliling pinggang pada rentiner sehingga ia kebingungan saat ingin membayarnya. Belum lagi ia dikejar-kejar kesana-kemari bahkan beberapa kalian digebuki karena tidak bisa membayar.Pun, seorang pengusaha kaya-raya yang sudah berumur, dan lebih tepatnya bisa disebut lelaki hidung belang menawarinya uang yang banyak asalkan ia bisa memberikan gadis yang masih perawan untuk dinikahi secara siri. Sementara ia hanya mempunyai satu putri yaitu Khalila."Huh! Kurang ajar! Pukulan Rani kencang juga," decak Mande saat ingin meninggalkan halaman rumah tersebut.Sementara Rani

  • MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN.   Bab26

    MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#26"Hai, Rani!" Mande menyapa Rani dengan senyumnya, diangkatnya tangan sembari melambai pada Rani.Saat itu juga Rani seperti menyaksikan kilatan petir yang bersambaran. Ia merosot ke bawah seakan tak percaya kalau hari ini ia bertemu lagi dengan mantan suaminya."Siapa, Bun?" tanya Khalila, airmata Rani seketika jatuh."Bukan siapa-siapa," sahut Rani."Khalila!" Mande malah sengaja memanggil untuk memancing Khalila keluar."Iya." Khalila mendekat, berjalan menuju arah Rani yang kini mulai tersungkur ke bawah."Anda siapa?" tanya Khalila, ia memang sudah lupa bagaimana sosok dan rupa ayahnya. Sebab, saat sang Bunda memutuskan untuk pindah ia masih kecil dan baru berumur tiga tahun saat itu."Aku adalah .... ""Dia hanya salah alamat." Rani memotong ucapan Mande."Kalau begitu silahkan pergi, mungkin anda salah alamat," ujar Rani mengusir Mande."Tunggu dulu! Tapi, dia tau namaku, Bun," sergah Khalila penasaran."Mungkin kamu yang salah dengar,

  • MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN.   Bab25

    MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#24"Sebentar, Bun. Lila cas dulu," ujar Khalila mengambil charger. Beberapa menit kemudian ia menghidupkan kembali ponselnya."Tadi Bu Manisah ingin ngomong sama Bunda. Please, Bunda izinin Khalila untuk kuliah di Jakarta," pinta Khalila memohon.Kemudian Khalila menelpon Vidio dosen tersebut. Rani dengan gugup mengambil ponsel itu dari Khalila, lalu bertatapan wajah dari layar ponsel dengan Manisah dosen dari universitas tempat Khalila ingin berkuliah.Manisah cantik, mempunyai rambut pirang dengan penampilan modis. Ia seperti terlihat baru berumur dua puluh tujuh tahunan. Huh! Rani mengelus dada lega ternyata Manisah yang menjadi dosen di universitas itu bukanlah Manisah mantan iparnya. Karena jelas terlihat dari perbedaan umur dan bentuk wajah serta rupa yang tak sama. Meskipun sudah lima belas tahun lamanya tidak mungkin Manisah berubah menjadi semakin muda.Mereka berbincang panjang lebar, Manisah meyakinkan kalau ia akan bertanggung jawab

  • MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN.   Bab24

    MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#24“Sebentar, Bun. Lila cas dulu,” ujar Khalila mengambil charger. Beberapa menit kemudian ia menghidupkan kembali ponselnya.“Tadi Bu Manisah ingin ngomong sama Bunda. Please, Bunda izinin Khalila untuk kuliah di Jakarta,” pinta Khalila memohon.Kemudian Khalila menelpon Vidio dosen tersebut. Rani dengan gugup mengambil ponsel itu dari Khalila, lalu bertatapan wajah dari layar ponsel dengan Manisah dosen dari universitas tempat Khalila ingin berkuliah.Manisah cantik, mempunyai rambut pirang dengan penampilan modis. Ia seperti terlihat baru berumur dua puluh tujuh tahunan. Huh! Rani mengelus dada lega ternyata Manisah yang menjadi dosen di universitas itu bukanlah Manisah mantan iparnya. Karena jelas terlihat dari perbedaan umur dan bentuk wajah serta rupa yang tak sama. Meskipun sudah lima belas tahun lamanya tidak mungkin Manisah berubah menjadi semakin muda.Mereka berbincang panjang lebar, Manisah meyakinkan kalau ia akan bertanggung jawab

  • MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN.   Bab23

    MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#23“Ibu! Jangan pergi!” teriak Mande saat melihat Juleha melangkah kesal dengan wajahnya yang memberut dan bibir mengerucut sempurna.Juleha tak mengindahkan teriakkan putra sulungnya itu, ia tidak perduli sekarang apapun yang akan terjadi pada Mande. Sementara ia saja harus tetap memikirkan bagaimana menjalani kehidupan dan mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan.“Heh!” Juleha melempar tasnya ke sembarangan, ia menghempaskan bokongnya pada kursi kayu yang ada di kontrakkan itu. Kesal, karena Mande tidak mau membagi sedikit uangnya untuk mereka.“Dasar anak pelit! Anak durhaka! Semoga saja menderita di dalam sel sana!” Umpat Juleha melontarkan sumpah serapah.“Apa sih, Bu, datang-datang marah-marah gak jelas?” tanya Manisah.“Ibu sekarang pusing! Gimana caranya kita bisa menyambung hidup tanpa pegangan uang. Sementara Mande tidak mau membagi uang tabungannya pada kita,” sungut Juleha sembari memegangi kepalanya yang jenong.“Terus gimana don

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status