Share

Melawan mertua

MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#9

POV Author.

"Mande, apa kamu sudah mendapat kabar tentang Rani?" tanya Juleha sembari duduk menyilangkan kakinya.

"Boro-boro Bu, pesanku saja dibalasnya dengan angkuh. Kayaknya dia sedang nantangin kita," sahut Mande menggenggam kedua tangannya.

"Heh! Kalau sampai kita menemukannya akan ibu tampar wajahnya. Geram sekali ibu denga wanita itu, sudah miskin tidak sadar diri!" cetus ibu dengan ekspresi jengkel.

"Kalau gitu aku mau ke toko, dulu," ujar Mande.

Mande nekat membawa mobilnya pergi, kendati ia tau kalau BPKB dan STNK sedang tak berada di tangannya. Ia lelah jika harus memesan taksi atau ojek online, langkahnya kurang leluasa jika ia tak menyetir sendiri.

Sesampainya di lampu merah Mande dicegat oleh dua polisi, karena sedang ada razia SIM. Beruntungnya SIM Mande ia sisipkan ke dalam dompet sehingga tak terbawa oleh Rani. Akan tetapi tentu saja tak sampai di situ, polisi juga meminta STNK punya Mande.

Mande gugup, ia tak bisa memberikan STNK nya pada polisi karena memang sedang tidak ada. Kemudian Mande di suruh turun dan ditilang, alhasil mobilnya dibawa oleh derek dan polisi memintanya untuk mengurus semuanya di kantor polisi. Ah ... Si-al!

Mande mengirim pesan pada Rani, jalan satu-satunya agar dia bisa mendapatkan mobilnya kembali iyalah bertemu dengan Rani. Sebab, STNK dan BPKB mobil sekarang sedang berada di tangan Rani.

[Rani, tolong aku. Mobilku ditilang oleh polisi.] Rani mengulas senyum tatkala membaca pesan dari Mande, namun tetap ia abaikan karena ingin memberi pelajaran pada Mande.

[Ran, beritahu aku di mana posisimu sekarang. Aku akan menjemputmu, kita perbaiki semuanya dari nol. Asal, jangan ajak bapakmu tinggal di rumah kita.]

"Cih!" Rani berdecih, jengah saja melihat laki-laki lembek seperti Mande.

[Ayolah, Ran. Aku sedang di kantor polisi. Kalau kamu tidak datang membawa surat-surat mobil maka aku tak bisa membawa mobilku pulang.] Mande terus memohon, akan tetapi Rani tidak perduli.

Terpaksa Mande pulang dengan tangan kosong, mobilnya ia tinggalkan begitu saja di kantor polisi. 

"Mande, mana mobilmu?" tanya Juleha terkesiap saat melihat Mande pulang dengan wajah yang lesu.

"Di kantor polisi, Bu. Mobilku ditilang dan aku tidak bisa membawanya pulang. Rani juga tidak membalas pesanku saat aku meminta bantuannya," sahut Mande merasa kesal.

"Kamu ditilang, bukannya kamu bisa buka sidang atau sogok saja polisinya biar kamu bisa membawa pulang mobilmu," ujar Juleha.

"Masalahnya aku tidak mempunyai surat apapun, STNK dan BPKB nya berada di tangan Rani. Masih untung aku bisa pulang, ke rumah. Coba seandainya aku juga ditahan, bagaimana?" Mande mendengkus dengan helaan nafasnya yang semakin berat.

"Terus gimana, dong? Percuma aja kamu punya mobil kalau gak bisa dipake. Kalau begitu beli saja mobil baru, kalau perlu beli cash," ujar Juleha dengan gamblang.

"Ibu pikir semudah itu? Aku beli mobil yang sekarang saja nyicil, dan baru selesai dua bulan yang lalu. Sementara keuntungan toko juga harus diputar balikkan lagi menjadi modal agar tokoku semakin besar. Apalagi, semenjak kepergian Rani mendadak pendapatan keuntungan merosot 30 persen dari biasanya. Ibu malah nyuruh beli mobil baru, bayar karyawan saja aku juga harus ekstra hati-hati menyisipkan uang bulanan untuk itu," sahut Mande, kepalanya sekarang terasa pusing.

_____________________________

Rani bersiap untuk balik ke kota, lebih tepatnya ia ingin mengurus surat perpindahan hak kuasa rumah dan toko supaya menjadi atas namanya. Dibawanya Khalila anak yang pintar dan tidak cengeng itu ikut bersamanya, tak lupa ia berpamitan pada Bu Titin dan tetangga lain.

"Bunda-bunda, kita mau pulang ke lumah? Mau jumpa ayah," ujar Khalila polos. Melihat kerlingan dari tatapan polos Khalila membuat dada Rani menggerus sakit.

"Iya, sayang. Tapi tidak sekarang," sahut Rani pelan, berharap Khalila kecil bisa mengerti.

Khalila diam, kemudian ia sibuk memakan cemilan yang memang sudah dipersiapkan Rani untuk di perjalanan.

____________________

Sesampainya Rani di kota, ia mencari kontrakkan kecil untuk tempat tinggal sementara. Bukan tidak bisa menyewa hotel, Rani hanya ingin keluarga Mande mengira bahwa dia masih Rani yang dulu. Yang kata mereka miskin dan kampungan, karena belum saatnya mereka tahu fakta tentang Rani saat ini.

Sebab, ia tak ingin keluarga itu tiba-tiba baik padanya hanya karena mengetahui bahwa Rani sekarang mempunyai uang warisan yang banyak. Bahkan, masih mempunyai kebun kelapa sekitar 20 baris di tanah kelahiran bapaknya.

Ia pun menunggu hari esok, tentunya ingin membuat surat pemindahan hak kuasa. Lalu, ke rumah RT setempat dan ke kantor lurah untuk meminta tanda tangan. Setelah semuanya beres barulah Rani akan menunjukkan jati dirinya secara perlahan.

"Semua ini enggak, mudah. Pasti akan memakan waktu dua sampai tiga hari, dan dalam waktu itu aku tak boleh bertemu dengan keluarga Mande," gumam Rani menghela nafasnya.

________________________

Rani mulai mengurus surat pemindahan hak kuasa, ia tak boleh memperlambat waktu karena ia yakin kalau keluarga Mande pasti sedang mencarinya sekarang.

Namun tak sengaja ia berpapasan dengan Juleha dan Manisah saat ia hendak memasuki kawasan area sekitar rumahnya. Huh! Untung saja Rani menyimpan surat-surat itu di dalam bajunya.

"Hah! Akhirnya kamu kesini, juga. Kenapa? Udah bosan ya, hidup jadi gembel." Juleha langsung beringas saat ketemu Rani.

Rani menanggapinya dengan santai, ia tak ingin terbawa emosi kendati Juleha terus mencercanya. "Mana surat-surat penting yang kamu bawa kabur itu." Juleha mengulurkan tangannya akan tetapi Rani hanya mengernyitkan dahi.

"Siapa ibu, sehingga terus mengikut campuri urusan harta kami. Itu milikku dan mas Mande, tak ada hak ibu di dalam harta kami," sahut Rani dengan tenang.

"Tentu saja aku punya hak, karena Mande adalah anakku," ujar Juleha melengking.

"Oh ... Bahkan, mas Mande pun tidak berhak atas harta itu. Sebab, modal yang digunakan saat kami merintis usaha semuanya pure memakai emas warisan dari kedua orang tuaku," sahut Rani.

"Berani ya, sekarang wanita kampung ini melawan kita, Bu. Punya nyali apa dia sampai-sampai membangkang pada ibu," ucap Manisah tak digubris oleh Rani.

Rani tak menghiraukan Manisah dan Juleha, ia memilih untuk berlalu sembari menggandeng tangan Khalila. Rani ingin fokus pada tujuannya dan malas membuang waktu dengan meladeni mertua dan adik iparnya itu.

Namun, tangan Rani dicengkeram oleh Juleha dengan kuat. Rani melirik pada genggaman Juleha lalu menghempaskan tangan mertuanya itu dengan kasar.

Juleha kesal, saat Rani bertindak berani terhadapnya.

"Dasar menantu kurang ajar!" Juleha ingin melayangkan tamparan pada wajah Rani, segera Rani menangkisnya.

"Jangan berpikir aku akan diam saja saat kalian perlakukan dengan kasar, kuberi peringatan pada ibu. Aku bukan lagi Rani yang dulu!" Tekan Rani sembari menepis tangan Juleha dan mencengkeramnya dengan kuat. Sehingga Juleha merasa kesakitan saat Rani menggenggam tangannya.

"Kalian jual, aku beli!" ujar Rani menerima tantangan Juleha.

________________________

Tekan love, komen dan subcribe.

😘😘

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status