Beranda / Romansa / MADU HITAM / BAB 14 : Jejak Darah dan Pengkhianatan

Share

BAB 14 : Jejak Darah dan Pengkhianatan

Penulis: Neli Hw
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-10 18:48:55

Saat Jonatahan memasuki ruangan, semua mata tertuju padanya, dipenuhi hormat dan kekaguman. Meski usianya tak lagi muda, ia adalah sosok paling berpengaruh di negeri ini. Ekor matanya mencari sesuatu, Alina. Sejak masuk, bayangan wanita itu tak kunjung terlihat. Kecemasan menyelimuti hatinya, segera ia memerintahkan anak buahnya untuk mencari Alina.

Di sisi lain, ketukan pintu toilet terdengar keras, mengancam akan didobrak dalam hitungan ketiga. "Tunggu!" Sebuah suara serak mencegah, napas terengah-engah tiba-tiba datang. "Kau sungguh mencurigakan," kata salah satu pria berpakaian hitam, mengamati sekeliling dengan curiga. "Tidak… tidak… jangan salah paham! Toilet ini rusak!" tegasnya, menunduk tak berani menatap. Langkah kaki dihentakkan, mereka pun pergi meninggalkan tempat itu. Alina, yang ternyata berada di dalam, jatuh pingsan. Panik, orang-orang itu lantas pergi begitu saja, seolah tak punya rasa bersalah. Namun, salah satunya memastikan keadaan aman sebelum melarikan diri ta
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • MADU HITAM   BAB 28 : Penderitaan di Balik Cinta 

    Alina memberontak, mencengkeram secuil harapan yang tersisa untuk menyelamatkan hidupnya. Ia diseret melewati lorong-lorong berliku, minim cahaya, dan remang-remang. Alina, terjebak dalam perangkap Cindy, telah kalah dalam permainan kejam itu karena tak punya kartu AS untuk melawan. Tubuhnya didorong keras, hingga ia tersungkur ke lantai. Pergelangan tangannya memerah, merintih kesakitan. Tubuhnya mulai melemas saat perutnya keroncongan, "cacing-cacing" di dalamnya seolah ikut berteriak meminta pertolongan. Alina dicambuk berulang kali, menyisakan jejak kemerahan yang menyakitkan. “Ampun!” bisiknya pelan. “Kau sungguh memalukan, Nona!” kata salah satu dari mereka, menatapnya penuh kebencian. Tawa mereka pecah, terbahak-bahak di lorong sunyi. “Tempat ini sepi. Sebaiknya kita bersenang-senang! Wanita ini lumayan juga.” “Keterlaluan, lepaskan!” Alina kembali memberontak. Namun, mereka tak menghiraukan, mata mereka m

  • MADU HITAM   BAB : 27 Awal Kehancuran

    Sebelum pesta digelar, Alina dan Justin menghabiskan waktu di pantai, menikmati matahari terbenam. Senyum merekah di wajah Alina, memancarkan kebahagiaan. Kenangan indah yang sempat terlupakan, kini membuka kembali lembaran baru untuk menciptakan kenangan indah lainnya. "Aku mencintaimu, Alina!" bisik Justin, tangannya menggenggam erat seraya tersenyum lebar. Sementara itu, Cindy meringkuk di dalam sel tahanan, tatapannya kosong, memeluk lutut di tengah cemoohan yang menerpa. Tangannya terkepal, menyimpan kebencian yang mendalam pada Alina. Malam telah tiba, pesta digelar dengan mewah, dihadiri para tokoh penting. Alina tampak gugup saat memandang wajahnya di pantulan cermin. "Seharusnya, kalian ada di sampingku," katanya pelan, mengingat ayahnya yang telah memutuskan hubungan dengannya sejak insiden itu. Justin datang, memecah suasana, memeluknya dari belakang lalu mengecup lehernya. "Sayang, apa kamu sudah siap?" Alina mengangguk pelan.

  • MADU HITAM   Bab 26 : Awal yang Baru

    Setelah badai kebohongan Cindy berlalu, rumah Williams diselimuti ketenangan yang aneh, namun juga kesedihan yang mendalam. Ibu Justin masih terlihat sangat terguncang. Kebahagiaan akan cucu yang ia dambakan ternyata hanyalah ilusi pahit. Alina menghabiskan banyak waktu bersamanya, menghibur dan memberikan dukungan yang tulus. Ia memasakkan makanan kesukaan Ibu Justin, menemaninya berjalan-jalan di taman, dan mendengarkan keluh kesahnya. Perlahan, senyum tipis mulai kembali ke wajah Ibu Justin, meskipun sorot matanya masih menyimpan kesedihan. Sementara itu, Justin mengurung diri selama beberapa hari. Ia tidak pergi bekerja, hanya berdiam di kamarnya, merenungkan semua yang telah terjadi. Alina tahu Justin membutuhkan waktu untuk memproses pengkhianatan ini. Ia membiarkan Justin sendiri, hanya sesekali mengetuk pintu untuk mengantarkan makanan atau teh hangat. Ada rasa bersalah yang besar dalam diri Justin karena tidak mempercayai Alina sejak awal. Pada hari ketiga, J

  • MADU HITAM   BAB 25 : Kebenaran yang Terungkap

    Alina menyimpan sampel rambut dan bulu sikat gigi itu dengan sangat hati-hati, menyembunyikannya di tempat yang aman, jauh dari jangkauan siapa pun. Jantungnya masih berdebar setiap kali mengingat aksi nekatnya. Ia tahu ini adalah langkah pertama yang krusial, dan sekarang tugasnya adalah menunggu Lia menemukan cara terbaik untuk melakukan tes DNA secara rahasia. Beberapa hari berikutnya terasa seperti setahun bagi Alina. Ia menjalani hari-harinya di rumah Williams dengan penuh kepura-puraan. Senyum tipis yang ia paksakan selalu tersungging di bibirnya setiap kali berpapasan dengan Cindy, yang kini semakin merajalela dalam perannya sebagai calon ibu dan menantu idaman. Cindy sering kali menyentuh perutnya di hadapan Alina, seolah ingin menegaskan posisinya. Alina hanya membalas dengan tatapan datar, menyimpan amarah dan tekadnya rapat-rapat. Hubungannya dengan Justin semakin dingin. Justin tampak sibuk dengan pekerjaannya, atau mungkin ia hanya menghindarinya. Setiap

  • MADU HITAM   BAB 24 : Jebakan Kehamilan dan Kebenaran yang Menyakitkan 

    Alina kembali ke rumah dengan hati yang berkecamuk. Informasi dari Perawat Lia tentang Maya dan cerita palsu Cindy tentang penemuan Ibu Justin, semakin memperkuat keyakinannya bahwa ada konspirasi di balik semua ini. Namun, sebelum ia bisa melangkah lebih jauh mencari Perawat Maya, sebuah bom waktu meledak di tengah keluarga Williams, menjepit Alina ke sudut yang lebih sempit lagi. Beberapa hari kemudian, sebuah pengumuman mengejutkan datang dari Justin. "Aku punya kabar penting untuk kalian semua," kata Justin, mengumpulkan keluarga di ruang keluarga. Wajahnya tampak tegang, tetapi ada kilatan harapan di matanya saat ia menatap Cindy yang duduk di sebelahnya, tersenyum malu-malu. Alina duduk di sofa terpisah, merasakan firasat buruk. "Cindy... dia hamil." Ruangan itu hening sesaat, lalu pecah dengan seruan gembira. Tante Mira dan Paman Heru langsung menghampiri Cindy, memeluknya erat, mengucapkan selamat. Ibu Justin, yang sudah sedikit p

  • MADU HITAM   BAB 23 : Bayangan Masa Lalu dan Sebuah Rencana 

    Alina menghabiskan hari-harinya dalam kesendirian yang menyiksa. Rumah yang dulu hangat kini terasa dingin, setiap sudutnya dipenuhi kenangan yang kini terasa pahit. Ia sering duduk di taman belakang, memandang kosong ke arah kolam ikan, mencoba mencari ketenangan yang tak kunjung datang. Air mata sudah terlalu sering membasahi pipinya hingga terasa kering. Ia tahu harus bangkit, tetapi rasanya terlalu sulit untuk menemukan kekuatan di tengah kehancuran ini. Suatu sore, saat Alina sedang termenung di kamarnya, ia menerima pesan dari nomor tak dikenal. Awalnya ia ragu membukanya, tetapi rasa penasaran mengalahkan keengganannya. Pesan itu berisi sebuah foto lama, foto Justin dan Cindy saat masih jadi sekertaris, tertawa bahagia di sebuah taman. Di bawah foto itu, ada tulisan: "Mereka punya rahasia yang tidak kau tahu." Jantung Alina berdebar kencang. Siapa pengirim pesan ini? Dan rahasia apa yang dimaksud? Ia mencoba membalas, tetapi pesan itu tidak terkirim. Pengi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status