Home / Horor / MALAM TANPA WAJAH / BAB 2 AWAL MULA KEJADIAN HOROR

Share

BAB 2 AWAL MULA KEJADIAN HOROR

last update Last Updated: 2025-03-05 03:45:00

Lila dan Aran pun terdiam, mencoba mendengarkan dengan seksama. Suara itu kembali terdengar, lebih jelas sekarang. Suara yang mengikuti nyanyian mereka, tapi dengan nada yang sangat aneh dan terdistorsi, seolah-olah berasal dari tempat yang jauh.

"Ini tidak baik," kata Dira, matanya mulai berkilat ketakutan. "Itu bukan suara manusia."

Mereka semua terdiam. Alia menatap sekeliling mereka, merasa ketegangan di udara semakin tebal. “Dira, apa yang kamu rasakan? Apa ini... ada hubungannya dengan yang terjadi di taman tadi?”

Dira menundukkan kepala, menggigit bibirnya. “Aku tidak tahu pasti, Alia. Tapi rasanya... suara itu datang dari... tempat yang tidak bisa dijangkau. Aku bisa merasakannya, kita sedang diawasi.”

Aran mencoba untuk tetap tenang. "Mungkin cuma kebetulan, atau ada yang iseng," katanya, meskipun suaranya terdengar lebih ragu daripada biasanya.

Namun, saat mereka melanjutkan untuk bernyanyi lagi, suara itu kembali, lebih keras dan jelas kali ini. Mereka semua berhenti.

Suara itu bukan hanya mengikuti mereka, tetapi juga terasa semakin mendekat. Suara itu semakin memantul di sekitar halaman sekolah, menyatu dengan suara angin malam yang berdesir.

“Apa itu?!” Lila berteriak, takut.

Tiba-tiba, dari kejauhan, mereka melihat bayangan samar bergerak di balik pohon besar yang berada di ujung halaman sekolah. Bayangan itu tampak seolah-olah mengikuti gerakan mereka, dan suara yang mengikuti mereka semakin intens.

“Dira, tolong! Apa yang sedang terjadi?” Alia bertanya dengan panik.

Dira menutup mata dan mencoba untuk berkonsentrasi. “Aku... aku merasakan keberadaan sesuatu. Tapi bukan orang, bukan juga makhluk hidup... rasanya ini lebih seperti sesuatu yang... terjebak,” katanya dengan suara gemetar.

Mereka pun memutuskan untuk meninggalkan halaman sekolah dan segera pergi ke kelas untuk mencari perlindungan.

Namun, saat mereka berbalik, suara itu mendekat lebih cepat. Suara itu semakin nyaring, seperti semakin banyak orang yang bergabung menirukan lagu mereka. Lalu, tiba-tiba suara itu berhenti seketika. Hening. Tidak ada suara lagi. Seolah-olah seluruh dunia berhenti sejenak.

"Kenapa... tiba-tiba berhenti?" tanya Aran, suaranya rendah, terengah-engah. “Ada apa sebenarnya ini?”

Dira menatap dengan cemas. “Ini bukan hanya tentang suara... Ini tentang sesuatu yang jauh lebih seram. Sesuatu yang terikat pada tempat ini.”

Alia merasa tubuhnya lemas. “Apa maksudmu, Dira? Apa yang terikat di sini?”

Dira menarik napas dalam-dalam, sebelum akhirnya menjawab dengan suara rendah, “Ada sesuatu yang terperangkap di sekolah ini. Sesuatu yang belum selesai. Aku bisa merasakannya. Sesuatu yang bisa memanipulasi waktu dan ruang. Itulah sebabnya suara itu bisa mengikuti kita.”

Mereka semua terdiam, ketegangan melingkupi mereka. Tak ada yang tahu pasti apa yang sebenarnya terjadi, tetapi satu hal yang pasti: mereka telah terseret ke dalam sesuatu yang lebih besar dari sekadar tugas kelompok.

Dengan keberanian yang tersisa, mereka memutuskan untuk mencari tahu lebih jauh, tak hanya tentang tugas lagu mereka, tetapi juga tentang apa yang terjadi di sekolah ini dan apa yang sebenarnya terperangkap di dalamnya.

Malam semakin larut, dan udara terasa semakin dingin. Walaupun ketegangan masih menghantui mereka, keempat teman itu tetap berusaha untuk tetap tenang. Mereka sudah berada cukup lama di halaman sekolah, tetapi suara aneh yang mengikuti mereka dan bayangan yang bergerak perlahan membuat mereka semakin merasa tidak aman.

Alia menatap jam di tangannya—sudah hampir tengah malam. “Mungkin kita harus pulang saja. Ini sudah terlalu lama, dan kita tidak tahu lagi apa yang sebenarnya terjadi di sini,” kata Alia, suaranya terdengar cemas. “Kita bisa mencari tahu lebih banyak besok.”

Dira, meskipun takut, mengangguk pelan. “Aku setuju. Tapi hati-hati, Alia. Aku merasa sesuatu yang lebih buruk sedang menunggu kita.”

Mereka berjalan perlahan menuju pintu gerbang sekolah. Aran yang biasanya ceria dan penuh percaya diri, kini tampak lebih serius. “Aku tidak tahu harus merasa apa. Tapi rasanya… ada yang mengintai kita. Aku cuma berharap kita bisa keluar dari sini tanpa ada hal buruk yang terjadi.”

Lila berjalan di belakang mereka, matanya tidak pernah lepas dari sekitar. Ia merasa semakin gelisah, walaupun ia berusaha untuk tetap berpikir rasional. "Kenapa semuanya terasa semakin aneh? Seharusnya kita sudah selesai dengan ini, tapi kenapa ada perasaan seperti ini?"

Saat mereka hampir sampai di pintu gerbang, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki di belakang mereka. Langkah itu tidak jelas, tetapi terdengar pelan dan berat. Keempatnya berhenti, saling menatap dengan rasa takut yang sama.

"Apa itu?" tanya Aran, suaranya bergetar.

Dira berbalik perlahan, matanya terfokus ke arah sumber suara. Hatinya berdebar kencang. "Itu... tidak mungkin," katanya dengan suara yang hampir tak terdengar. "Tidak ada siapa-siapa di sana."

Namun, saat mereka menoleh untuk melanjutkan langkah mereka, bayangan samar yang sama yang mereka lihat di halaman sekolah tadi muncul lagi, kali ini lebih dekat. Sosok itu tampak kabur, seperti sosok manusia yang tidak utuh, seperti terdistorsi oleh sesuatu yang tak terlihat.

Suara langkah kaki itu semakin dekat. Keempat teman itu merasa tubuh mereka kaku, seolah-olah kaki mereka tidak bisa melangkah lebih jauh. Dira berusaha untuk tetap tenang. "Kita harus keluar dari sini," katanya, hampir berbisik. "Cepat, jangan menoleh lagi."

Mereka mulai berlari menuju pintu gerbang dengan perasaan yang semakin panik. Namun, saat mereka hampir sampai, tiba-tiba ada suara keras yang memecah keheningan malam. Sepertinya suara itu datang dari dalam sekolah, sebuah pintu yang berderit terbuka dengan sendirinya, seolah ada tangan yang membukanya dari dalam.

Mereka berhenti sejenak, menatap pintu yang terbuka itu. Mata Dira tampak terfokus pada sesuatu di dalam, namun sepertinya ia enggan untuk berbicara. “Dira, apa yang kamu lihat?” tanya Alia dengan suara hampir tak terdengar.

Dira menelan ludahnya, matanya terpejam sejenak. "Ada sesuatu yang menunggu kita di dalam. Sesuatu yang... sudah lama terperangkap di sini."

Aran menggigit bibirnya, mencoba untuk berpikir jernih meskipun rasa takut semakin menghimpit. “Tidak, kita harus pergi. Kalau ada yang menunggu kita, kita harus cari tahu siapa itu besok, di siang hari, bukan malam seperti ini.”

Lila mendekat ke Alia, memegang tangannya dengan kuat. “Aku rasa Dira benar. Ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Kita sudah begitu dekat untuk menemukan jawabannya. Tapi kita harus hati-hati.”

Dengan satu keputusan bulat, mereka akhirnya memutuskan untuk keluar dari halaman sekolah dan pulang. Setiap langkah terasa berat, seolah jalan menuju gerbang menjadi semakin panjang. Mereka tidak berani menoleh ke belakang, meskipun perasaan mereka terus mengusik.

Setibanya di luar gerbang sekolah, suasana yang semula tenang berubah menjadi aneh. Jalanan yang sebelumnya terlihat biasa-biasa saja kini tampak sepi dan gelap. Hanya suara langkah kaki mereka yang terdengar di tengah keheningan malam.

“Apa yang sebenarnya kita hadapi?” tanya Aran dengan suara gemetar.

“Aku tidak tahu. Tapi satu hal yang pasti, kita belum selesai dengan ini,” jawab Dira, suaranya penuh ketegasan meskipun takut.

Alia menggenggam tangan Dira, Lila, dan Aran erat. “Kita akan cari tahu apa yang terjadi di sekolah itu. Besok, kita kembali. Kita akan ungkap misterinya.”

Mereka pulang dengan perasaan cemas dan penuh tanda tanya. Meskipun malam semakin larut dan mereka akhirnya sampai di rumah masing-masing, perasaan takut dan penasaran terus mengganggu pikiran mereka.

Tugas lagu yang mereka anggap sederhana kini terasa jauh lebih rumit dan menakutkan daripada yang mereka bayangkan. Tapi satu hal yang mereka sadari, perjalanan mereka belum berakhir. Dan mereka tahu, besok adalah hari baru untuk menggali lebih dalam tentang apa yang terperangkap di sekolah itu.

Malam itu, mereka masing-masing terbaring di tempat tidur, namun rasa cemas itu tetap mengganggu. Sesuatu di dalam sekolah itu menunggu untuk diungkap, dan mereka akan kembali untuk mencari tahu lebih banyak meskipun mereka belum sepenuhnya siap untuk apa yang akan mereka temui.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MALAM TANPA WAJAH   BAB 5 TEROR HANTU TANPA WAJAH

    Malam itu, setelah ayah Alia meninggalkan mereka dengan peringatan yang lebih menakutkan daripada sebelumnya, suasana di ruang tamu menjadi semakin hening. Teman-teman Alia merasa ketegangan di udara sangat nyata. Dira, Lila, dan Aran saling berpandangan, dan tanpa berkata-kata, mereka akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing. Alia hanya mengangguk lemah saat mereka berpamitan, merasa seolah-olah beban berat menggelayuti hatinya. Meskipun perasaan takut dan kebingungan masih menyelimutinya, ia tahu bahwa ia harus melanjutkan hidupnya, setidaknya untuk malam ini. "Dira... terima kasih sudah mencoba membantu," kata Alia dengan suara pelan saat teman-temannya beranjak pergi. Dira hanya mengangguk, memberikan senyuman tipis yang penuh arti. "Jaga diri baik-baik, Alia," kata Lila dengan penuh perhatian. "Jika ada apa-apa, langsung hubungi kita, oke?" "Semoga semuanya baik-baik saja," ujar Aran, meskipun ada kecemasan yang jelas di wajahnya. "Kami di sini jika kamu butuh

  • MALAM TANPA WAJAH   BAB 4 MISTERI CERMIN

    Tapi itu bukan hanya wajahnya yang berubah. Di dalam cermin, wajah yang buruk rupa itu mulai tertawa—tertawa dengan suara yang mengerikan, suara yang bukan berasal dari dirinya. Suara itu seperti berasal dari kedalaman kegelapan yang menakutkan, bukan suara manusia."Tolong, jangan!" Alia berteriak, ingin berlari menjauh, tapi tubuhnya terasa kaku, seolah-olah terikat oleh kekuatan yang tak terlihat.Wajah yang jelek di cermin itu terus tertawa dengan keras, tertawa seperti mengolok-olok ketakutannya. Alia menatap wajah yang mencerminkan dirinya, namun bukan dirinya yang dia kenal. Ada sesuatu yang jahat dalam tawa itu, sesuatu yang mengerikan.Tiba-tiba, sosok dalam cermin itu berbicara dengan suara yang bergema di seluruh ruangan. "Kamu tidak bisa lari dari dirimu sendiri, Alia. Aku ada di dalam dirimu. Kamu tidak akan pernah terbebas."Alia terbelalak, napasnya terengah-engah. Ia bisa merasakan ketakutan yang meluap-luap di dadanya. "Apa yang k

  • MALAM TANPA WAJAH   BAB 3 KEJADIAN HOROR DI RUMAH ALIYA

    Suatu malam, setelah kejadian aneh di sekolah, Alia merasa gelisah. Hatinya terus dihantui oleh suara yang mereka dengar, bayangan yang mereka lihat, dan misteri yang belum terpecahkan. Namun, malam itu, sesuatu yang lebih mengganggu mulai terjadi di rumahnya.Suasana rumah yang biasanya tenang kini terasa berbeda. Alia terbangun dari tidurnya saat mendengar suara pelan yang datang dari lantai atas, diikuti dengan suara tangisan perempuan yang lirih dan penuh kesedihan. Suara itu terdengar begitu nyata, seolah datang dari dekat, bahkan meskipun seluruh rumah tampak sunyi.Alia memejamkan mata sejenak, berusaha untuk tidak terlalu panik. "Apa itu?" pikirnya dalam hati. Biasanya, ia akan mengabaikan suara-suara aneh, tetapi malam ini, ada sesuatu yang berbeda. Suara tangisan itu begitu jelas dan emosional, seolah seseorang sedang menderita di dalam rumahnya.Dengan hati-hati, Alia bangkit dari tempat tidur dan membuka pintu kamar. Suara tangisan itu semakin

  • MALAM TANPA WAJAH   BAB 2 AWAL MULA KEJADIAN HOROR

    Lila dan Aran pun terdiam, mencoba mendengarkan dengan seksama. Suara itu kembali terdengar, lebih jelas sekarang. Suara yang mengikuti nyanyian mereka, tapi dengan nada yang sangat aneh dan terdistorsi, seolah-olah berasal dari tempat yang jauh. "Ini tidak baik," kata Dira, matanya mulai berkilat ketakutan. "Itu bukan suara manusia." Mereka semua terdiam. Alia menatap sekeliling mereka, merasa ketegangan di udara semakin tebal. “Dira, apa yang kamu rasakan? Apa ini... ada hubungannya dengan yang terjadi di taman tadi?” Dira menundukkan kepala, menggigit bibirnya. “Aku tidak tahu pasti, Alia. Tapi rasanya... suara itu datang dari... tempat yang tidak bisa dijangkau. Aku bisa merasakannya, kita sedang diawasi.” Aran mencoba untuk tetap tenang. "Mungkin cuma kebetulan, atau ada yang iseng," katanya, meskipun suaranya terdengar lebih ragu daripada biasanya. Namun, saat mereka melanjutkan untuk bernyanyi lagi, suara itu kembali, lebih ke

  • MALAM TANPA WAJAH   Bab 1 SEBUAH KELUARGA YANG HIDUP SERBA MEWAH

    Di sebuah kota yang indah, terdapat sebuah keluarga kaya yang hidup dalam kemewahan. Mereka tinggal di sebuah rumah besar dengan taman yang luas, lengkap dengan kolam renang dan ruang permainan, mereka mempunyai kekayaan ini tidak dari lama, di rumahnya terdapat ruangan yang tidak boleh dimasuki sembarang orang. Keluarga ini terdiri dari ayah dan ibu yang sukses di dunia bisnis, serta seorang putri tunggal yang bernama Alia. Alia adalah seorang gadis remaja yang berusia 16 tahun, bersekolah di SMA dekat rumahnya. Meskipun hidup dalam segala kenyamanan, ia memiliki sifat yang sederhana dan ramah, sangat dicintai oleh teman-temannya. Di sekolah, Alia memiliki tiga teman dekat yang selalu mendampinginya: Dira, Lila, dan Aran. Mereka sudah saling mengenal sejak SMP dan selalu bersama-sama melalui berbagai suka dan duka. Dira adalah teman yang paling ceria di antara mereka. Ia selalu memiliki energi positif dan senyum lebar yang membuat orang di sekitarnya merasa nyaman. Namun,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status