MANTAN? PUTAR BALIK!

MANTAN? PUTAR BALIK!

last updateLast Updated : 2025-02-04
By:  aall0vee Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
7Chapters
145views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

kedatangan mantan yang sudah lama menghilang membuat Zura kaget sekaligus bahagia namun, dibalik kedatangan mantan tersebut ada maksud tertentu yang bikin ia sakit hati. apakah balas dendam itu? ikuti terus alur ini sampai tuntas.

View More

Chapter 1

01 ANUGRAH TERINDAH

"Zura! Lu bener-bener yah. Gua capek nyariin lo kemana-mana kirain lo kabur ternyata ngumpet dibawah kolong kasur, mau lo apaan sih? Sakit nih badan gue digebuk sama bunda lo!"

Zura yang mendengar hanya mampu menghela napas dengan panjang. 'bunda gua' katanya? Terus kalau bunda gua dia anaknya siapa? Jelas-jelas bunda kami berdua sama emang dasar abang engga ada akhlak! Punya dua abang, kembar lagi tapi sama-sama tidak menguntungkan sama sekali.

Yang satu namanya Azman Syahputra dan yang satu lagi namanya Azam Syahputro. Jangan heran nama mereka yang mirip-mirip. cuma beda satu atau dua huruf saja karena kata bunda dia malas ribet yang penting mereka punya nama. Beda denganku yang spesial katanya karena anak perempuan satu-satunya paling bungsu lagi. Azura Mikayla Syahputri.

Keluarga kami memang harus ada kata 'syah' nya kalau kata bunda dan ayah biar serasi. Nama bunda juga Arini Harsyah dan nama ayah Hussein Farsyah. Jangan salah sebut ingat 'Farsyah' bukan 'pasrah'.

"Lo kalau marah-marah ribut banget! Kayak lagi rebutan beras antar emak-emak sebrang. Emang cocok jadi mantunya Mak Erot sama-sama bawel kalian" ujar bang Azam. Dia memang lebih kalem dari bang Azman.

"Lah, bukannya Mak Erot bakal jadi mertua lo?"

Azam memang sudah di klaim oleh Mak Erot akan menjadi menantunya tapi Azam tidak mau dan menolak dengan halus dan lembut. Bukan apa-apa dia tidak akan tahan mendengar lekingan suara Mak Erot kalau lagi berbicara, bisa-bisa satu hari tinggal bersama gendang telinganya sudah bermasalah.

"Bacot! Muka lo kek monyet!" ejek Azam yang langsung menduduki pantatnya ke sofa yang berada di samping Zura, adik tersayangnya.

"Idih buset, kalau lo lupa sini deh gue ingetin. Kita ini kembar berarti kalau gue monyet lo adiknya monyet. Jangan terkejut gitu mukanya 'kan apa yang gue bilang ada benarnya."

Azam mendengkus, benar juga apa yang dikatakan abangnya yang hanya beda enam menit. Kenapa juga dia tidak kepikiran sampai sana?

"Kalian berdua berisik! Zura cuma ngambil buku dibawah kolong bukan ngumpet." Jelas Zura, yang langsung mendapatkan toyoran dari Azman.

"Lagian lo ngapain naruh buku dibawah kolong tempat tidur? Lo kira itu tempat rak buku?" Tanya Azman yang langsung diangguki oleh Azam. Disaat seperti ini saja mereka akur coba saja kalau tentang makanan pasti berebut dan ujung-ujungnya terjadilah jambak-jambakan.

"Kalian berdua nggak akan pernah paham! Bunda! Ini bang Azman dan Azam lagi mengolok-olok Zura. Bang Azman juga tidak mengakui bahwasanya bunda itu orang tuanya" adu Zura yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari abang kembarnya.

Mereka benar-benar salah mencari lawan. Seharusnya jangan Zura yang anak tersayang bunda dan ayahnya. Sekarang mereka tinggal tunggu omelan panjang saja, paling-paling telinga mereka akan panas karena jeweran bundanya.

"Azman memang benar-benar harus dikasih cabe mulutnya! Kalian juga sudah besar masih aja ribut dan gangguin adeknya. Sana nongkrong atau keluar gitu jangan dirumah terus sumpek bunda ngeliat kalian. Kalau diem mending ini malah berdebat terus menerus." Cerocos bunda panjang kali lebar.

"Bunda, aku dan kembaranku baru umur 25 tahun dan anak bunda tersayang juga sudah berumur 22 tahun. Kita bertiga juga sama-sama sudah tua" jelas Azam sambil mengelus-ngelus punggung sang bunda dengan maksud untuk menenangkan agar tidak mengeluarkan pidato yang akan lebih panjang nantinya.

Bukan apa-apa mereka rasanya sia-sia kalau di hari libur juga mendapat omelan seharusnya di hari libur mereka bisa menenangkan pikiran dari pekerjaan yang menumpuk.

"Heleh, tetap saja beda! Kalian itu laki-laki sedangkan Zura perempuan jadi tetap bunda akan mendukung dan membela Zura!"

Zura yang mendapatkan pembelaan tentu bahagia dia mengejek abangnya dan terkikik geli melihat wajah masam si kembar.

"Sudah jangan berdebat lagi. Bunda mau ngelanjutin buat kue. Zura tolong kamu antarkan kue ke tetangga sebelah kita yah, sepertinya dia tinggal sendiri soalnya semalam ayah bilang cuma laki-laki muda doang disana."

"Lah, emangnya sudah ada orangnya bun? Kok Azman baru tahu." Tanya Azman yang langsung membuat bunda berdecak.

"Makanya sekali-kali kamu keluar dan berbaur, habis pulang kerja dirumah terus kalau ada kegiatan gotong royong selalu aja ada alasannya yang ini lah itu lah. Heran banget bunda, tunggu kerja lagi baru keluar rumah."

Azman yang mendengar hanya bisa tersenyum kikuk dan menggaruk tengkuknya, Zura dan Azam menertawakan abangnya dan juga menjulurkan lidah dengan mata yang dibuat sesipit mungkin.

"Namanya juga cape bun," elak Azman.

"Halah, ayah dan adik kamu juga kerja tetapi mereka kalau ada kegiatan juga bantu. Itu cuma alasan kamu doang udah deh bunda mau ke dapur dulu ngomong sama kamu buang-buang waktu."

"Coret aja bun dari kartu keluarga!" Teriak Zura yang langsung mendapatkan toyoran dari Azman.

"Corat, coret ntar kamu nggak abang kasih uang jajan sama uang untuk beli kuota!" Ancamnya, Bukannya takut Zura malah makin membuat Azman meradang.

"Lah, abang Zura masih ada satu lagi kok. Bang Azam mau kan? Lagi pula Zura juga punya penghasilan walaupun tidak sebanyak kalian berdua."

"Tentu abang kasih, jangan sungkan yah adikku Zura," Azam langsung memeluk adiknya dan membisikkan sesuatu ke telinga Zura. "Lihat saja pasti nanti dia akan meradang dan panas dingin" bisik Azam.

Dan benar tidak sampai bermenit-menit Azman langsung protes, "Zura juga adek tersayang gue bangsat!"

Sekarang mereka bertiga malah jambak-jambakan, umur saja tua tapi kelakuan masih seperti anak-anak.

Bunda hanya melihat saja, dia tidak ada niatan untuk melerai anak-anaknya karena sia-sia pasti mereka akan melanjutkan lagi tanpa mendengar ucapan sang bunda.

***

"Assalamualaikum, permisi, apakah ada orang?"

Zura saat ini mengantarkan kue ke tetangga barunya. Walaupun ada perdebatan panjang sebelum akhirnya ia yang harus mengantarkan kuenya.

"Apa nggak ada orang? 'kan kata bunda dia tinggal sendiri manatau dia lagi kerja atau lagi diluar mungkin" gumam Zura.

"Waalaikumussalam. Maaf saya lagi di dapur jadi tidak mendengar kalau ada yang memanggil, ada keperluan apa yah?"

Zura yang mendapatkan anugrah terindah karena bisa melihat kembaran Cha Eun Woo tentu melongo. Dia heran kok ada manusia setampan ini? Dulu mamanya ngidam apa? Atau mungkin ngidam Ke Korea.

Rambut yang masih basah dan kulit sawo matang, wangi tubuhnya dan tatapan tajamnya tentu siapapun yang melihatnya akan jatuh cinta pada pandangan pertama. Termasuk dirinya sendiri.

"Mbak? Ada perlu apa?"

"Eh, maaf i-ini bunda menitipkan sesuatu untuk Mas. Semoga suka yah," kikuk Zura. Dia sudah tertangkap basah karena ketahuan melamun sambil menatap makhluk Tuhan yang paling seksi. Astaghfirullah!

"Terima kasih mbak Kayla,"

Zura mematung. Nama dan suara yang sangat familiar, apakah sebelumnya mereka pernah bertemu? Kenapa dia mengenal nama kesayangan yang diberikan seseorang kepadanya lalu pergi begitu saja tanpa kabar hingga saat ini.

Dia hanya teringat satu nama, Kenan. Mantan kekasihnya. Ralat, maksudnya belum tahu statusnya sudah menjadi mantan atau masih kekasih.

"Ke-kenan?" gugupnya dengan menundukkan pandangannya. Rasa kecewa, sedih dan bahagia campur aduk. Zura tidak tahu dia harus bahagia atau marah kepada Kenan karena meninggalkan dirinya tanpa kabar.

"Ternyata kamu masih mengingat saya, maaf. Saya ada alasan karena meninggalkan kamu." ujar Kenan yang berusaha mendekati Zura. Zura yang sadar langsung memberi jarak, "untuk apa? Semua sudah jelas kalau hubungan kita berakhir disaat kamu meninggalkan ku tanpa kabar." jawab Zura.

"Tolong dengarkan penjelasan saya Kayla, sebentar saja. Lalu setelah itu terserah kamu mau memaafkan saya atau tidak namun, saya harap kamu mau memaafkan dan menerima saya kembali."

"Tidak! Semua sudah jelas kalau kita sudah berakhir sejak tiga tahun yang lalu." Setelah berkata Zura langsung pergi meninggalkan Kenan.

"Papa!" Satu kata yang berhasil menghentikan langkah Zura dan melihat ke belakang ada Kenan dan seorang bocah laki-laki yang sedang memeluk mantan kekasihnya.

Papa? Dia sudah menikah? Jadi, semua omongannya itu hanya suatu kebohongan lagi. Zura benar-benar menyesal karena sudah menyukai pria yang buaya seperti Kenan. Selama ini dia memikirkan Kenan namun ternyata Kenan malah menikah lagi dan sekarang sudah dikaruniai seorang anak.

Ayo lupakan Kenan Giogino!

BERSAMBUNG.

terima kasih telah mampir di cerita saya, kalian bisa komentar apapun dan berhak bersuara mengenai cerita ini.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
7 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status