Share

Mantan Kekasih

Author: DityaR
last update Huling Na-update: 2025-03-18 18:15:28

Dia masih bengong mencerna kalimatku. Tanpa menunggu jawaban darinya, aku pun langsung bilang, "I love you, Sayang!"

 "Khal?" gumamnya. Dari suaranya, terdengar jelas kalau dia lagi menahan kantuk.

"Iya."

"Barusan kamu bilang apa?"

 "Kamu nggak dengar?" desahku, "Atau emang pura-pura enggak dengar?"

Spontan, dia menggeleng. Matanya sedikit lebih sayu daripada satu jam yang lalu, mungkin dia lelah. 

Oke. 

Mungkin dengan satu ciuman bisa membuatnya bergairah lagi.

Begitu bibir kami menyatu, matanya seperti anak kucing, "Khalisa …."

 "Hhmm, iya," balasku.

 "Udah nggak ngambeg lagi sekarang?"

 "Iya."

Bukannya membalas ciumanku, Alzian malah kabur ke springbed. Melempar kedua tangannya di atas kepala, dan Juniornya masih mengacung keras. Jujur sebenarnya agak geli, sih. Tapi aku berusaha memberanikan diri untuk naik ke atasnya.

"Enggak apa-apa, kita bisa lakuin next time," bisikku, kedua tanganku bertumpu di dadanya. "Mau secepat apa pun itu, aku enggak peduli, asal sama kamu."

 "Maafin aku," balasnya.

 Matanya tenggelam, secepat itu juga dia pulas.

 Serius ... dia meninggalkanku dalam keadaan On-Fire begini?

 "ALZIAANNNNN!" teriakku.

 Sialan.

 "Alziaaan, bangun!!!" Aku menepuk pipinya beberapa kali, tapi yang terdengar cuma dengkuran.

 Oke. 

 Jelas dia sudah tidur nyenyak. Apa boleh buat, aku segera merapikan diriku di meja rias dan keluar kamar untuk menenangkan pikiran.

 Di ruang tamu, keluarga besar Sunya lagi berkumpul. Aku pun merapat ke mereka. Hapsari, mamanya Alzian justru bikin moodku tambah hancur.

 "Kok udah selesai bulan madunya? Baru juga jam segini. Puas-puasin aja malam ini, kita enggak bakal ganggu kalian, kok!" katanya.

Aku tertawa pura-pura baik-baik saja. 

 "Bilangin tuh ke dia. Harus minum Bir dari kita dulu sebelum main. Dia emang payah kalau urusan ranjang," kata Aldani, kakak iparku. Anak paling tua di keluarga Sunya. "Kalau kamu mau aku bisa bikinin sekarang."

 "Kalau kamu mau juga, aku bisa gantiin si Al—" timpal Almorris, sebelum kakaknya menyumpal mulut itu dengan Nastar Keju. Almorris memang cowok paling menyebalkan yang pernah aku kenal, dia anak nomor dua.

 "Oh, iya. Di mana Alzian?" tanya Almorris. Matanya hanya fokus di belahan dadaku. "Kok, gak ikutan kumpul?"

 Meski sedikit risih sama tatapannya, aku bisa memaklumi, sih. Soalnya dia sudah resmi menjadi kakakku juga.

  "Masih di kamar, lagi beresin bingkisan kita," balasku sopan. Tapi matanya tetap enggak bisa sopan.

 "Nyonya Khalisa!" Suara ibu-ibu yang bertugas menyambut tamu, tiba-tiba membuatku terkejut. "Ada tamunya yang nyariin, nih, di depan!"

Akhirnya, ada juga yang membawaku keluar dari percakapan ini. Lega sekali rasanya.

Aku pun bergegas kabur menuju ruang pesta yang masih ramai dengan tamu. Ada satu pria yang mencolok, posturnya paling tinggi di antara kerumunan. Rambutnya berantakan dan kelihatan lelah. Dia pakai jaket Bomber dengan motif Army warna hijau tua dan ransel di tangan kirinya.

 “Maaf, permisi,” ucapku spontan, mengurai tamu-tamu undangan yang tengah asyik mengobrol satu sama lain saat aku melintas di depan mereka. “Permisi, Om ... Tante ....”

 Jarak kami semakin dekat, tinggal beberapa langkah lagi.

Dari bentuk tubuhnya, aku langsung teringat pada seseorang yang pernah hidup di dalam hatiku. Tapi itu mustahil. Dia enggak mungkin berani datang ke sini, apalagi untuk menemuiku dan Alzian.

Sialnya, di dunia ini enggak ada hal yang mustahil. Dan si berengsek itu berhasil menginjakkan kaki di pesta pernikahanku.

 "Heksa Antara?" 

Begitu namanya keluar dari mulutku, dia langsung membalikkan badan, menatapku. 

Aku masih ingat tatapan itu, tatapan yang sama seperti dulu. Dulu tatapan itu bikin aku lupa sama duniaku. Tapi sekarang?

Muak. 

Karena hubungan kita berakhir tanpa penjelasan.

 "Oh, Heemm. Selamat, ya, Khalisa!" Senyumnya masih sama seperti dulu. Tenang, dingin, manis, dan dibalut sama ekspresi datarnya. Enggak banyak yang berubah dari dia, kecuali bulu-bulu tipis yang sekarang tumbuh di sekitar bibir dan dagu.

  "Iya, makasih," balasku, pura-pura manis.

  Sebenarnya dalam hati?

  Berengsek.

 "Kita perlu bicara!" Aku seret dia keluar dari pesta ke halaman parkir di depan rumah, tinggal tersisa beberapa mobil.

 "Khal—"

 "Apa? Apa maksudmu ngilang gitu aja?" bentakku sekuat tenaga. "Dan sekarang kamu dengan gampangnya muncul di depan muka aku? Mau kamu apa, sih, haaa?"

  "Khal, kam—"

 "Tega banget kamu, ya?"

  "Iya, ak—"

 "Dua tahun Heksaaa … Dua tahuuuun!!!" 

Kantong mataku pun penuh dengan air, tinggal menunggu detik saja untuk membuatnya tumpah. "Kalau emang kamu mau putus, harusnya kamu bilang baik-baik, jangan kabur ... kamu nelantarin aku tahu, enggak? Dasar pengecut … sampah!"

 "Ma—"

"Kamu block semua akunku di sosmed, terus kamu private juga akunmu!" Aku putar badan, jijik banget sama wajah itu. "Sampai aku tuh harus pinjam akunnya Daniar, cuma buat cari tahu informasi tentang kamu, tapi apa? Aku cuma dapat foto-foto mesra kamu sama cewek lain. Yang benar aja, deh!!!??"

Entah apa yang sebenarnya aku tahan, tapi rasanya sesak banget. Napasku jadi kacau.

  "Maaf," balasnya.

  Satu kata yang membuat kepalaku meledak.

  "Maaf katamu? Aaassshh … Sial!!!"

 "Aku nggak pede waktu itu, Khalisa dan kamu tahu tentang keuangan aku."

 "Terus, kamu punya hak buat menghilang gitu aja?"

  "Enggak, aku cuma mau benerin hidupku dulu. Nanti setelah—"

 "Kenapa cuma hidupmu sendiri yang kamu pikirin? Haah?" jeritku, kutusuk bahu kanannya dengan jari telunjuk. "Egois, tahu, nggak!"

 "Khal, please tenang dulu!" Tangan kirinya menggenggam lembut telunjukku. "Kamu bisa bunuh aku sekarang, kalau kamu mau."

Aku angkat alis, enggak sadar kalau tangan kanannya sudah menggenggam pistol dengan posisi terbalik, diarahkan ke dadanya.

 "Heksa? Ini apa-apaan?" kejutku. Enggak menyangka kalau dia bisa berbuat senekat ini.

 "Aku mau kayak dulu lagi, Khalisa." Kedua tangannya pun memeluk senjata yang kini siap meledak ketika kutekan. "Tapi kalau emang udah enggak bisa, setidaknya aku udah jujur ... Dan sekarang, kamu berhak buat ngilangin aku dari dunia ini, selamanya kalau kamu mau. Toh, aku juga udah enggak tahu harus ngapain lagi."

  "Heksa! Kamu ap—"

 "Ssssttttt!" potongnya. Dia kepal erat jari-jariku yang mulai gemetar dan membimbingku untuk menarik pelatuk. Sedangkan mulut Pistol sudah menempel di dadanya. "Kamu punya sepuluh detik. Cium aku ... Atau ... Kita sama-sama tekan pelatuknya."

 "...."

 "...."

 Hening. 

Hanya suara angin yang bersiul di telingaku.

 Satu ....

 Kenapa dia tega-teganya muncul dengan cara seperti ini.

 Dua ....

 Jadi selama ini, alasannya berjuang demi aku?

 Tiga ....

 Enggak. Meninggalkan seseorang tanpa mengatakan apa pun, itu bukan bentuk pengorbanan … perjuangan macam apa itu?

  Empat ....

 Aku bukan orang bodoh, Heksa. Aku enggak bakal tertipu lagi. Enggak boleh.

 Lima ....

 Aku sudah memiliki Alzian. Suamiku.

 Enam ....

 Dan kamu itu cuma orang berengsek yang menghancurkan hidup aku.

  Tujuh ....

 Aku yakin kamu enggak mungkin berani melakukan hal seperti ini.

 Delapan ....

 Kamu itu pengecut, Heksa. Aku enggak takut sama ancamanmu.

 Sembilan ....

 Kalau kamu mau mati, ya, sudah ... mati saja sekarang!

 Sepuluh ....

 Aku nggak peduli.

  "JA—JANGAAAN!!!" 

 Jeritanku pecah ketika ibu jarinya benar-benar mendorong telunjukku, dan pistol yang diarahkan tepat ke jantungnya pun meledak.

 DOOOOOAAAAARRR!!!

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (8)
goodnovel comment avatar
Ginanjar
woooooooow
goodnovel comment avatar
Kafindera
niat kondangan malah bunddir
goodnovel comment avatar
Sheva
sip, biarin aja dia mati
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • MANTAN WITH BENEFIT   Extra Chapter

    ୨ৎ A L Z I A Nજ⁀➴ Setahun kemudian... Aku sama Khalisa masuk ke Brine & Barrel malam sebelum musim turis dimulai di Pecang. Tempatnya ramai banget, seperti biasa. Khalisa tertawa waktu lihat banyak minuman Khalisa Takes Flight mejeng di meja-meja. “Kenapa, Marlin?” tanyaku saat dia menyodorkan minuman favoritnya Khalisa, Melting Heart, terus geser ke arah dia. Habis itu, dia tuangkan juga punyaku, No Stout for You. “Enggak apa-apa, aku baru aja balik dari Bandung, naik penerbangan pagi buta. Capek banget.” “Oh iya, liburan cewek-cewek, ya? Kedengaran seru,” kata Khalisa. Aku lingkarkan tangan ke bahu Khalisa dan menarik dia makin dekat. “Enggak lebih seru dari liburan sama aku plus minuman warna-warni pakai payung kecil, kan?” Kita baru saja balik dari Bali. Bisa dibilang, kita lebih sering di kamar daripada di pantai. Itu bulan madu kedua kita, dan ya ... worth it banget. Kita memutuskan buat bikin pesta pernikahan sebelum musim turis. Melihat tempat ini penuh beg

  • MANTAN WITH BENEFIT   Jurnal Khalisa II [END - Season I]

    ✎ᝰ. ──୨ৎ────୨ৎ── Aku lakuin itu. Dan rasanya lebih nyakitin dari apa pun yang pernah aku rasain. Aku ninggalin Alzian pagi ini, dengan alasan yang enggak masuk akal banget. “Aku sudah enggak bahagia” Aku pengecut. Tapi aku tahu, kalau aku enggak bisa kasih dia anak, kita pasti bakal hancur suatu hari nanti. Aku pernah lihat, gimana program Fertilitas ngehacurin pernikahan Papa sama Mama. Dan hatiku enggak bakal sanggup melihat itu terjadi di antara aku dan Alzian. Waktu aku pergi, aku yakinin ke diri aku sendiri kalau aku kuat buat ngelepasin dia. Bahkan saat aku sudah sampai bawah gunung dan mulai ragu. Aku butuh kekuatan penuh buat enggak balik ke rumah itu lagi, ke pelukannya. Alzian udah cukup sering kehilangan orang dalam hidupnya, apalagi setelah Mamanya meninggal. Da

  • MANTAN WITH BENEFIT   Kesalahan Terbesar

    ୨ৎ K H A L I S A જ⁀➴Aku mengeluh pelan waktu dengar ada yang mengetok pintu. Hal terakhir yang harus aku hadapi hari ini ya dua orang itu. Aku sayang banget sama Connie dan Shaenette, tapi semoga saja bukan mereka.Aku matikan TV dan buka pintu. Betapa shock-nya aku saat lihat siapa yang berdiri di sana.Mama.Dia ulurkan tangan dengan ekspresi pahit. "Boleh masuk?" tanya dia.Aku buka jalan dan minggir. Dia sudah jauh-jauh dari Jogja."Ya udah, masuk aja."Aku balik ke sofa dan duduk, menunggu dia ikut duduk juga.Dia malah duduk di kursi depanku, terus taruh satu buku di tengah meja.Aku menatapnya, dan dia mengangguk. Ya, itu jurnal yang sudah lama aku cari."Gimana bisa Mama—"Dia angkat tangan. "Maaf, Khalisa. Mama pikir Mama bisa ngelindungin kamu dengan nyimpan itu. Setelah kamu kecelakaan, Mama masuk kamar kamu buat ambil baju yang mau Mama cuci. Ketemu buku ini ... dan ya, Ma

  • MANTAN WITH BENEFIT   Anak Anjing

    Enggak ada rencana, sih. Jadi memang agak sedikit berantakan, tapi semoga saat momennya tiba, aku tahu harus berbuat apa. Aku enggak mau melibatkan saudara-saudara cewekku buat persiapan ini.Tapi aku mau Khalisa tahu, walaupun banyak hal yang lagi dipertaruhkan, aku tetap memilih dia. Dan dia juga memilih aku.“Kok semuanya lagi di rumah, sih?” gumamku, saat melihat mobil-mobil di garasi.Mobil semua keluarga.Aku keluar dan dengar ada suara ramai-ramai di halaman belakang, jadi aku ikuti sumber suaranya dan menemukan Danny, Almorris, sama Luno lagi main di belakang bareng sekumpulan anak anjing di kandang kecil.“Kalian mau bisnis anjing, nih?” tanyaku.Luno menengok ke arahku. “Enggak lah, itu anaknya Popol. Dia baru punya anak,” jawab dia sambil senyum.Aku lupa kalau anjing Labrador kuningnya sempat menghamili anjing tetangga. Pemilik si anjing betina enggak mau mengurusi anak-anaknya dan bilang begitu anak-anaknya

  • MANTAN WITH BENEFIT   Bersama Api Unggun

    ୨ৎ A L Z I A N જ⁀➴Aku pelan-pelan geser dari Khalisa, meninggalkan dia di kasur. Terus aku pakai celana training. Setelah itu, jalan ke dapur, ambil Bir.Sudah malam banget, hampir tengah malam. Aku turun ke tempat api unggun. Setelah menyalakan apinya, aku duduk di kursi, menikmati Bir sambil bengong.Jujur saja, aku enggak pernah merasa seputus asa ini dalam hidupku. Rasanya mirip banget waktu aku melihat Papa mencoba menyelamatkan Mama dari ganasnya ombak teluk. Dan ekspresi panik di wajahnya saat sadar dia enggak bisa berbuat apa-apa.Sekarang, wanita yang aku cinta lagi berduka karena peluang dia buat punya anak.Aku mengerti maksud dia. Teman kerjaku, Nick, pernah cerita soal itu. Mahal, makan waktu, dan bikin emosi naik turun. Tapi aku percaya kita bisa jalani ini berdua.Dan setidaknya sekarang aku tahu kenapa dia meninggalkan aku. Itu bikin semuanya lebih mudah diterima ketimbang kalau dia pergi gara-gara cowok lain.

  • MANTAN WITH BENEFIT   Haruskah Aku Meninggalkanmu?

    Aku mengangguk pelan. " Yakin.""Emang enggak bisa cari cara lain, ya?"Aku tatap dia lurus. "Dokter tadi itu cara lainnya. Dia lihat hasil yang sama kayak Dr. Agnes. Dan itu alasan aku ninggalin kamu, Alzian. Karena aku ngerasa enggak bisa kasih kamu keturunan. Aku terima kalau sekarang kamu mau ninggalin aku. Aku enggak bisa kasih hal yang kamu pinginin."Dia diam."Jadi sekarang ... kamu mau ninggalin aku lagi?""Aku cuma pingin kamu punya kehidupan yang kamu mimpiin. Kehidupan yang pantas kamu dapetin.""Hidup yang aku mau tuh kamu, Khalisa. Cuma kamu."Aku mengeluh, terus menutup muka pakai bantal. Aku ingin banget teriak, tapi aku tahan."Tapi aku tahu kamu pingin punya keluarga besar. Kamu udah sering bilang gitu dari dulu.""Kamu tadi bilang masih ada opsi pakai fertilitas, kan? Masih ada harapan.""Kamu tahu enggak, itu mahalnya kayak gimana? Dan kemungkinan berhasilnya kecil banget. B

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status