Home / Romansa / MBOK JAMU SEKSI / Lembaran Baru

Share

Lembaran Baru

last update Huling Na-update: 2025-03-05 10:53:11

Marni dengan semangat menggebu, memulai hari sejak dini hari mempersiapkan dagangannya. Mulai hari ini Marni akan membuka kedai minum Jamu. Marni memilih mencoba cara baru selagi diberikan kesempatan dan lapak oleh Bude Sri.

Sambil mengaduk Jamu yang sedang digodok dalam panci besar, Marni tersenyum. Tekadnya bulat. Tak akan gentar meski ia yakin kejadian serupa akan ada saja namun Marni akan melindungibdirinya lebih baik.

Jika memang tak salah, Marni akan mempertahankan diri dan akan sekuat tenaga berjuang dengan segala upaya yang ia miliki sekarang.

Terlebih saat ini ada Bude Sri yang mendukung Marni untuk kembali bangkit dan tak terus meratapi nasib.

Setelah menunaikan dua rakaat shalat subuh Marni mandi dan memakai pakaian bersih dan sopan, siap memulai hari dengan tempat dan suasana yang semoga mendatangkan rezeki.

Marni membereskan lapak berjualannya. Menata botol-botol jamu dan gelas bagi pelanggan yang datang.

"Mumpung beli ada pembeli, Aku mau membawakan Bude Sri jamu agar bisa dicicipi dan siapa tahu Bude Sri tambah sehat dan semangat berdagang."

"Bude," Sapa Marni membawa baki berisi Jamu dan air jahe hangat untuk Bude Sri.

"Bude, coba diminum Jamu buatan Marni. Biar tambah semangat dagangnya." Marni menyodorkan baki kepada Bude Sri.

"Walah. Ya sini, mumoung Bude juga belum isi apa-apa. Tapi Kamu udah makan apa belum? Kalau belum saraoan bareng Bude. Tadi pulang Masjid Bude bawa dua besek. Di Masjid ada jamaah yang ruwahan. Eh Bude dikasih double. Padahal cuma bantu baca saja, Bu Ustadzah yang biasa baca doanya berhalangan datang."

"Itu namanya rezeki Bude. Gimana Bude enak ga Jamu Marni?" Marni tak sabar menunggu penilaian Bude Sri.

"Sudah lama Bude ga minum Jamu buatanmu, makin lama tanganmu sudah mirip Mbahmu. Jamu buatanmu mirip poll sama Mbahmu Mar."

"Alhamdulillah kalo suka. Boleh ya tiap hari Marni bawain buat Bude buat jaga stamina biar sehat dan semangat dagangnya."

"Boleh. Tapi Budr mau bayar ya."

"Yah kalau gitu ga jadi." Marni merajuk.

"Cah Ayu, kalo merengut begini bukannya jelek malah gemes Bude. Yo wes. Bude mau setiap hari di gratisin Jamu. Puas?"

Marni tersenyum sambil mengangguk. "Ayo masuk, sarapan bareng Bude. Bude juga ga tahu isi beseknya apa."

Marni tak mengira, hari pertama lapaknya buka, ramai oleh para pedagang pasar dan pembeli yang mampir minum Jamu.

Meski tak sedikit para Kaum Adam ada saja yang menggoda Marni tapi kali ini Marni tegas membentengi diri agar kejadian yang lalu tak terjadi.

"Halo Marni, udah buka nih! Wah jualan Jamu. Abang mau dong cobain Jamunya." Udin sang Keamanan Pasar memilih duduk diantara pembeli yang sedang memesan Jamu juga.

"Bude," Marni melihat Bude Sri datang ke lapaknya bersama seorang wanita.

"Mar, lagi rame yo?"

"Alhamdulillah Bude. Sini Budr masuk. Marni mau buatin Jamu dulu buat yang beli."

"Wes, Bude santai. Ini si Leha mau nyobain Jamu Kamu. Leha ini Marni keponakan Bude. Marni, ini Leha Bojone Udin."

Marni baru sadar sejak tadi Bang Udin terlihat cemas dan mulai bergeser dari tempat duduknya.

"Lu ngapain disini Bang! Katanya mau keliling nagihin duit keamanan. Lu jangan banyak gaya Bang! Gw bilangin Babe bsru tahu rasa Lu!"

"Ya Allah Leha, pan Gua lagi nagihin juga ini si Marni. Mana Mar,"

Bude Sri mengkode kepada Marni agar memberikan uang lima ribu kepada Udin.

"Dah sono Lu Bang. Ngapain masih disini!" Bentak Leha.

"Iye Boto! Nih Abang juga mau balik. Dah Sayangnye Abang Udin!"

"Ga usah sok-sokan romantis Lu Bang! Gua udah apal akal bulis Lu!"

Marni mengulum senyumannya agar Istri Udin tidak tersinggung.

"Mau minum apa, e" Marni bingung memanggil apa pada Leha.

"Gue Leha. Bininya si Ganjen. Tuh laki Gua! Panggil aja Gua Mpok Leha sama kayak yang laen. Lu jual Jamu ape? Ada ga Jamu yang bikin laki kayak si ganjeng betah dan ga maen serong!"

Mpok Leha tipikal orang tang blak-blakan. Tanpa tedeng aling-aling kalau bicara langsung ke topik yang ingin dibicarakan.

"Jelas ada dong. Ini ramuan khusus pamungkas. Sebentar Mpok Marni racikin." Marni meracikkan Jamu untuk Mpok Leha.

"Ini Mpok silahkan dicoba. Dan ini air Jahe Hangatnya."

Dengan melirik sebentar kearah Marni Leha menyesap perlahan Jamu yang terasa sedikit getir dilidah.

Getir yang merajai seluruh indra perasa Mpok Leha segera dinetralisir oleh Jahe Hangat yang memiliki rasa manis.

"Ini kira-kira khasiatnye ape?"

"Ini ramuan pamungkas Mpok. Khasiatnya kalo rutin diminum bikin si itu kayak Mpot Ayam." Bisik Marni.

"Lu yang bener? Emang Lu udah kawin bisa tahu begitu?"

"Ya belum tapi ini ramuan turun temurun dari Si Mbah Saya Mpok."

Mpok Leha melirik kearah Bude Sri. Bude Sri mantap menganggukan kepala sebagai legitimasi dan meyakinkan Mpok Leha mengenai kebenaran perkataan Marni.

"Lu bener keponakan Bude Sri?"

"Lo bener toh Leha. Kamu masih ga percaya sama Bude? Lah Bude yang sering ngasih tahu Kamu loh kalau Udin mampir dan aneh-aneh." Bude Sri langsung ambil alih menjawab.

"Tapi Lu jangan ladenin si Ganjen! Die kambinh dibedakin aje dirayu! Lu jangan kegoda sama si Udin!"

"Saya ga ada niat ngerayu siapa-siap termasuk Bang Udin. Saya disini niat jualan Jamu. Dan bukan jual diri. Jadi Mpok Leha ga usah khawatir."

"Gue pegang omongan Ku ya Mar. Gue percaya karena Lu ponakan Bude Sri."

"Wes toh! Masih pagi udah tarik urat! Dah balik yuk! Mar Bude balik ke lapak ya. Leha Kamu jadi mau ambil bumbu dapur di tempat Bude?"

Sepeninggal Bude Sri dan Mpok Leha, Marni disibukkan dengan pembeli yang silih berganti mampir minum jamu.

Kehadiran Marni di pasar memberikan warna baru bagi pedagang disekitar teeutama Kaum Adam. Namun karena Bude Sri dengan ketat menjaga Marni tak ada yang berani macam-macam kepada Marni. Paling sekedar bercanda dan menggoda tipis-tipis saja.

"Alhamdulillah. Disini dagang setengah hari saja udah terkumpul segini. Mudah-mudahan manjang rezekinya disini dan terus bagus hasil jualanku."

Marni menghitung lembar demi lembar uang yang terkumpul di kaleng tempat ia menyimpan uang hasil jualan jamu.

"Kayaknya Aku harus mulai buka rekening yo. Biar bisa nabung sedikit sedikit. Tapi nanti kalau uang buat setor awalnya udah terkumpul." Marni tersenyum sendiri karena memang uangnya masih belum cukup.

Marni duduk termenung di pojok kamar, di bawah sinar lampu yang remang-remang. Ia membuka kembali catatan keuangan sedeehana yang ia buat. Dengan mata yang berbinar, ia membayangkan hari dimana ia bisa membuka rekening bank sendiri.

"Iya, harus mulai menabung," gumamnya meletakkan buku catatannya kembali di laci meja kecilnya.

Namun, senyumnya perlahan pudar saat ia mengingat bahwa uangnya belum cukup untuk setoran awal.

Ia menghela nafas, merasa sedikit kecewa namun tidak putus asa. Marni kemudian mengambil ponselnya membuka aplikasi kalkulator dan mulai menghitung harus berapa lama lagi ia harus mengumpulkan agar bisa membuka rekening.

Setiap angka yang ia tekan, harapannya kembali membara. Meski jalan masih panjang, Marni tahu ia harus mulai dari sekarang. Dengan tekad yang baru, ia berbisik pada diri sendiri, "Nanti kalau uangnya sudah terkumpul, Aku pasti bisa."

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • MBOK JAMU SEKSI   Urapan Bukan Kurapan

    Suara salam yang terdengar dari luar rumah segera dibalas oleh Bide Sri manakala melihat Marni dan Mpok Leha yang datang dengan wajah tersenyum."Kalian kok yo datengnya telat, Bude udah tunggu dari tadi. Lah kenala berdua saja? Mana lainnya? Bude sudah masak banyak.""Bude, tenang! Nanti Bang Jupri, Ian sama Babeh nyusul, lagi ada urusan bentar.""Iyo Bude, lah gak sabar bener, udah kangen kali nih sama Babeh Ali yo?""Wes Kalian berdua langsung makan saja, opo mau nunggu yang lain?""Lah itu! Pas berarti!" Mendengar suara salam diluar kembali Marni dan Mpok Leha membukakan pintu rupanya Babeh Ali, Mandor Jupri dan Ian yang datang."Silahkan, mau duduk dimana?" Bude Sri mempersilahkan tamu-tamunya yang baru saja datang duduk dulu."Bude, makannya di ruang tamu saja ya, lesehan gelaran diatas daun pisang, biar seru?" Mpok Leha usul, melihat lembaran daun pisang segar rasanya jiwa ngebotram terpanggil apalagi menu hari ini sangat cocok dimakan modelan begitu."Asik tuh! Sini Babeh bant

  • MBOK JAMU SEKSI   Curiga

    Marni berjalan dengan langkah cepat sambil menggendong bakul jamu miliknya, menuju pintu gerbang Pabrik."Bukannya itu Si Buldozer, Kok akrab banget sama Kakek Sol Sepatu.""Kek, sudah lama sampai?" Meski melihat Ian ada disana tak ada niat Marni menyapa Ian.Ian pun tak masalah, bagi Ian untung saja Ia sudah melihat kedatangan Marni dari jauh dan segera memberi kode pada Opa Arman agar menjaga jarak."Iya Nak Marni, ini mau menyerahkan sepatu dan sandal yang sudah selesai di sol." Kakek Sol Sepatu sambil menunjuk tumpukkan sepatu dan sandal yang sudah kembali rapi."Wah jadi kelihatan baru lagi sepatu dan sandalnya. Dijamin kuat ini.""Alhamdulillah semoga semuanya puas dengan hasil sol nya.""Kakek, ini Marni ada sesuatu untuk Kakek, mohon diterima.""Wah Kamu repot-repot segala Nak Marni, ini," Kakek Sol Sepatu melihat isi pemberian Marni, sebuah sarung baru."Terima kasih banyak Nak, semoga Allah berikan Kamu sehat dan banyak rezeki, berkah usiamu ya Nak.""Aamiin. Makasi doanya K

  • MBOK JAMU SEKSI   Fenomena Ani - Ani

    "Ndok, Kamu bawa sarung buat siapa?" Bude Sri memperhatikan Marni memasukan sarung baru ke dalam goody bag kemudian menyimpannya di sela antara botol-botol jamu."Marni mau kasihkan Kakek Sol Sepatu Bude. Memang sudah niat, cuma kemaren baru ketemu, nanti Kakeknya bakal ada di depan Pabrik antar sepatu dan sandal yang sudah selesai di sol." Marni menjelaskan."Ndok, nanti kalau ketemu sam Leha bilang, Bude hari ini masak urapan. Waktu itu bilang ke Bude kalau bikin urapan ngomong, ajak sekalian aja makan disini. Ramean juga boleh. Bude bikin banyak.""Ajak Babeh Ali boleh?""Siapa aja! Nguyu saja Kamu sama Bude! Nak Ian juga ajak kesini Bude malah senang hati!""Walah sudah bisa bales nih ceritanya!""Loh, Bude serius, Mandor Jupri, Nak Ian sopo meneh sing mau makan siang pake urapan yo ajak saja. Bude masak banyak lagi kepingin makan barengan. Si Jum sama Si Ratmi juga bilang siang ini mau kesini.""Walah iki makan besar toh Bude. Gak bilang dari kemaren Bude. Mendadak opo gimana?""

  • MBOK JAMU SEKSI   Praduga

    "Opa kenapa mesti nyuruh driver jemput Bian. Kalau ketahuan bagaimana." Bian yang masuk ruang kerja Opa Arman langsung protes saat melihat Opa Arman malah tersenyum."Kamu juga tadi sengaja kan gak keluar Pabrik, takut ketemu Opa?""Opa tahu, kenapa malah ngeyel!" Bian menjatuhkan bobot tubuhnya disofa.Opa Arman mengikuti duduk dihadapan Bian yang terlihat masih lelah."Capek? Kalah sama Opa yang habis ngesol banyak sepatu!" Opa Arman menyilangkan tangannya."Memang Bian tak tahu semua sepatu dan sandal yang Opa bawa Opa serahkan ke Tukang Sol Asli?"Opa Arman tertawa, "Ya Opa kan juga capek kalau ngerjain semua sendiri.""Makanya jangan gaya-gayaan jadi Tukang Sol Gadungan!""Opa sebenarnya manggil Bian ada apa sih? Kangen? Baru kemaren Kita ketemu masa sudah kangen!" Tampang jumawa Bian berbanding terbalik dengan raut Opa Arman yang berubah kembali teringat akan seseorang."Bian Kamu kenal dengan orang ini?" Opa Arman menyerahkan tangkapan layar yang berhasil Ia lakukan melalui kac

  • MBOK JAMU SEKSI   Wajah Itu

    "Opa telepon? Pasti kewalahan ini gara-gara banyak yang sol sepatu." Bian dengan senyum merekah menerima panggilan telepon dari Opa Arman."Assalamualaikum Opa.""Waalaikumsalam. Bian, Kamu jam berapa selesai?""Nanti jam 5 sore Opa. Opa mau minta bantuin apa nih?""Hari ini Kamu pulang ya. Ada yang mau Opa bicarakan.""Ok Opa, nanti Bian pulang.""Ya sudah, Opa matikan ya. Assalamualaikum.""Waalaikumsalam."Bian mengernyitkan dahinya, tak menyangka bukan seperti dugaannya, tapi ada apa dengan Opa."Kok kayaknya serius banget ya Opa, ada apa sih?"Pikiran Bian terpecah saat dipanggil oleh rekan sesama Buruh Pabrik dan kembali melanjutkan pekerjaannya.Sementara Dua Perempuan yang sudah kenyang menikmati semangkok Bakso, kini perut terasa begah, rupanya bakso beranak sukses membuat keduanya melambaikan tangan."Mpok, kayaknya sampai malam Marni gak makan, kenyang banget!""Iye Mar, Gua kebawa nafsu apalagi pedes enak dimakannya jadi lupa diri tahu-tahu begah!""Habis ini Lu mau kemana

  • MBOK JAMU SEKSI   Ngebakso

    "Cie yang nyamperin Ayangnya kerja. Sudah kangen lagi Mpok?" Tentu saja Marni tak membuang kesempatan menggoda saat Mpok Leha datang."Apaan sih. Gua tadi ke rumah Bude, mau ketemu Lu Mar, tapi Bude bilang Lu udah keliking, eh tahunya ada disini, kangen Lu sama Ian sampe keliling muter kesini?" Satu sama dong, diledek bales ngeledek."Loh ini lagi pada ngapain?" Mpok Leha heran karena ada Tukang Sol Sepatu diantara Mereka."Oh iya Mpok, Kalau Mpok mau sol sepatu atau sendal sama Kakeknya saja. Kek ini Mpok Leha, anak Babeh Ali yang punya Pabrik ini."Mpok Leha meraih tangan si Kakek menyalaminya."Yah, tahu gitu Gua bawa sendal lebaran Gua kemaren putus, dipake habis ngider-ngider.""Besok Kakek kesini lagi, sekalian mau antar sepatu dan sendal yang udah selesai disol.""Ya udah Kek, besok Leha kesini pagi deh, Leha mau bawa sepatu sama sendal Leha, eh punya Babeh juga perasaan ada beberapa deh yang putus. Kakek beneran kesini besok?""Iya, Insha Allah.""Loh, Abang juga ngesol?""Ala

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status