Share

MAKI 7

Rega dengan perasaan yang sangat kacau mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Lalu lintas di Kota Navega di jam kerja seperti sekarang ini cukup sepi. Itu sedikit memudahkan Rega untuk segera sampai di apartemen miliknya.

Sampainya di sana, Regan sangat terkejut saat mendapati unit itu seperti tidak ada tanda – tanda adanya seseorang di dalamnya.

“Aruna! Kamu di mana?” seru Rega berjalan menuju dapur kemudian kembali ke ruang tengah dan berakhir masuk ke dalam kamar miliknya. Dadanya bergemuruh, pikiran buruk menguasai kepalanya.

Dan … Rega tidak menemukan siapa pun di sana.

“Astaga!” keluh lelaki itu hampir menangis saat menyadari saat ini gadis yang telah dia renggut kehormatannya itu telah meninggalkan unit apartemen itu.

Di kamar itu terlihat sangat bersih seperti tidak pernah ada kekacauan sebelumnya. Gaun pengantin rusak semalam pun sudah lenyap entah kemana.

Dengan sangat cepat, Rega merogoh ponselnya di saku celana. Mencari kontak Tomy dan meneleponnya.

“Tom! Dia pergi, Tom! Aku harus apa!” Belum sempat Tomy menyambut panggilannya, Rega sudah menceracau mengeluh penuh sesal dan meratapi keadaannya yang semakin rumit seperti sekarang ini.

“Tunggu dulu! Tenangkan dirimu! Apa kau lupa kau ini siapa? Kau Rega Tanoto! Kau bisa melakukan apa pun yang kau inginkan. Sekarang matikan telepon ini dan aku akan melakukan sesuatu untukmu! Tenangkan dirimu!” jawab Tomy berusaha menenangkan sahabatnya sekaligus bosnya itu.

Ini adalah Rega yang lain. Tomy benar – benar tidak pernah bersikap kacau seperti sekarang ini. Bahkan saat ada masalah besar di perusahaan pun Rega tidak pernah panik sedemikian gila.

Sang CEO benar – benar frustrasi memikirkan adik iparnya. Dia tidak pernah menyangka Aruna akan memilih pergi dari tempat ini.

Memikirkan hal itu, Rega baru menyadari kesalahannya. Tidak seharusnya dia meninggalkan Aruna di tempat ini. Jelas Candra akan kembali dan mungkin bisa saja menyiksanya.

Rega menjambak rambutnya sendiri. Berteriak dan membanting lampu tidur yang bertengger di atas nakas.

Melihat pecahan beling berserakan, tiba – tiba pria itu menemukan selembar kertas yang menurutnya terlihat aneh.

Rega merasa tidak pernah meletakkan kertas apa pun di ruangan ini.

Dengan perasaan yang sangat ragu, Rega memungut kertas yang terjatuh bersamaan dengan lampu tidur yang baru saja dia hancurkan.

‘Kak Rega, maafkan aku atas kekacauan ini. Aku akan pergi. Maaf aku tidak bisa menunggu Kakak di sini. Candra pasti akan mencariku. Dia tidak mencintaiku. Aku pun tidak pernah mencintainya. Aku akan pergi ke tempat lain jauh dari keluarga Prasetya juga keluarga Papa Tanoto. Kita simpan saja kejadian semalam, aku yakin aku bisa menjaga rahasia ini seumur hidupku demi nama baik kakak di Navega. Maaf atas semua kegaduhan ini. Terima kasih untuk bajunya. Bagus, aku suka. – Dari Aruna-’

Rega dengan amarah yang kian membara di dalam dadanya meremas kertas putih yang ternyata berisikan pesan dari Aruna untuknya.

“Kau seharusnya lebih pintar untuk menghadapi semua ini, Aruna! Ternyata kau gadis bodoh!”

Rega kembali membuka ponselnya. Di sana sudah terdapat sebuah pesan yang berisikan rekaman cctv sekitar jalanan Navega.

Tomy memang sehebat itu. Dia benar – benar menjadi asisten yang luar biasa dengan segala kemampuan dan otoritas yang dimilikinya.

Terlihat dengan sangat jelas bahwa Aruna keluar dari unit apartemen itu baru sekitar satu jam yang lalu.

Aruna mengenakan pakaian yang telah dibelikan oleh Rega. Rega cukup senang melihatnya. Entah kenapa.

Namun kalau dipikir lagi, hanya itu pilihan Aruna. Tentu dia tidak akan meninggalkan apartemen itu dalam keadaan tanpa busana.

Rega membalas pesan dari Tomy, ‘periksa bandara Navega. Aku harus tahu dia akan ke mana!’

Tomy : Dia sudah memesan tiket menuju Ceko.

“What the fuck!? Untuk apa dia ke sana?!”

Bersambung,

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sugalih
ini gimana kok udah abis sih duuhhhh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status