Share

MAKI 4

Di unit apartemen milik Rega, Candra menyiksa istrinya. Lelaki tanpa perasaan itu menyentuh dan melecehkan tubuh Aruna yang hanya tinggal mengenakan underwear saja.

“Benarkah? Bagaimana kalau aku melakukan ini? Apa kau akan menyukainya?”

Dengan kejam Candra menyentuh bagian – bagian sensitif tubuh Aruna. Gadis malang itu hanya bisa melenguh dan meraung merasakan dirinya sedang hancur malam ini di tangan suaminya sendiri.

Candra tidak berniat menyalurkan hasratnya. Meski tidak dia memungkiri tubuh putri dari keluarga Prasetya itu sangat indah dan berhasil membangunkan sesuatu miliknya di dalam sana.

Namun Candra yang merasa menjadi lelaki paling setia tidak akan pernah menghianati kekasihnya yang bernama Mesya Adita.

Hanya saja Candra berhasil membuat Aruna bergetar malam ini. Lelaki itu sengaja memancing gairah yang ada di dalam tubuh gadis polos yang belum pernah tersentuh itu. Candra melakukannya dengan tujuan memberi hukuman terhadap gadis itu yang memutuskan menerima perjodohan mereka.

Dan Aruna jelas tidak bisa melakukan apa pun selain pasrah dan menangis dalam kepedihan.

“Aku sudah menduga. Kau memang gadis jalang yang sangat mudah sekali basah. Kau pikir aku bisa tertipu dengan wajahmu yang pura – pura lugu itu? Tidak akan pernah!”

Candra menghentikan permainan gilanya di tubuh Aruna. Dia merasa sudah cukup puas menghina dan melecehkan Aruna.

“Matilah kau di sini! Aku tidak peduli!”

Candra melepaskan kain yang menyumpal mulut istrinya lalu pergi meninggalkan unit itu dan berniat segera pergi menuju apartemen milik kekasihnya, Mesya. Dia benar – benar merasa bersalah kepada gadis itu karena harus menikah dengan Aruna atas paksaan kedua orang tuanya.

Satu jam kemudian, tubuh Aruna mulai menggigil kedinginan karena suhu ruangan yang sangat rendah.

Dia terus menangis dan menggumam berharap seseorang akan menemukannya di sini. Meski dia tahu andai hal itu benar terjadi, maka seseorang akan melihat tubuhnya yang hanya mengenakan pakaian dalam. Itu pasti akan sangat memalukan.

Tapi Aruna tahu, dia hidup dunia nyata. Dunia yang penuh dengan pesakitan. Ini bukan dunia novel yang biasanya akan datang seorang pahlawan yang menyelamatkan si tokoh utama. Lagi pula Aruna tidak pernah menganggap dirinya adalah tokoh penting dalam dunia yang kejam ini.

Aruna pasrah, bahkan saat ini dia hanya bisa mengharapkan kematiannya segera. Dia tidak bisa lagi membayangkan bagaimana kehidupannya setelah ini. Ini sangat mengerikan. Sepertinya mati adalah hal yang paling tepat dan mampu menyelamatkan dirinya. Namun sepertinya dia salah.

Dia mendengar langkah kaki yang semakin mendekat menuju kamar yang saat ini menjadi tempat dirinya disiksa.

Siapa dia? Mungkinkah Candra? Dia masih akan menyiksa dirinya lagi?

“K-kau? Kenapa kau ada di sini?”

Aruna yang merasakan tubuhnya mulai kebas berusaha membuka matanya yang bengkak dan terlihat sangat menyedihkan.

“T-tolong aku,” rintih Aruna terdengar sangat lemah. Dia berharap saat ini yang datang adalah seseorang yang akan menyelamatkan dirinya. Meski tidak yakin, dia tetap mengharapkannya.

Rega yang masih dikuasai oleh alkohol berjalan gontai menuju ranjang. Dengan mata yang mengerjap lelaki itu berusaha memfokuskan pandangannya ke arah wajah pucat gadis yang saat ini dalam kondisi terikat dan sangat menyedihkan.

“K-Kau Aruna?” tanya Rega memastikan.

Aruna mendengar suara itu dengan jelas. Dia tahu yang saat ini datang adalah kakak iparnya, Rega. Dia juga tahu bahwa kakak iparnya itu sedang dalam kondisi mabuk. Tercium aroma alkohol dari tubuh lelaki yang semakin mendekat ke arah wajahnya itu.

Aruna mengangguk kuat. Berusaha meraih kesadarannya kembali. Dia memaksa diri untuk membuka mata selebar mungkin. Berharap Rega akan membantu dan menyelamatkan dirinya.

“Kak, tolong aku. Candra … Candra menyakitiku,” adunya lirih dan lagi dia menitikkan air matanya. Tubuhnya masih tetap meringkuk karena malu. Berharap Rega akan menyelamatkan dirinya dan mungkin akan memberi hukuman untuk adiknya, Candra.

“Kenapa dia menyakitimu?” tanya Rega ambigui. Pikirannya tidak bisa mencerna apa pun dengan baik saat ini.

Kakak ipar itu memeta tubuh molek yang saat ini seperti akan membeku karena kedinginan.

“Dia … dia jahat, Kak! Dia menyiksaku! Dia menyentuh tubuhku sesuka hatinya!” serunya semakin terisak.

Namun Aruna tidak menyadari bahwa saat ini Rega justru semakin kehilangan kesadarannya. Matanya seolah menjadi gelap. Tangan kekarnya mulai mendarat di pipinya yang basah.

“K-kak! Lepaskan aku! Tolong!” seru Aruna berusaha menyadarkan Rega yang masih mabuk.

“Kak! Aku kedinginan. Aku akan mati kedinginan,” adunya lagi berharap Rega akan membantu dirinya dan memberi selimut agar tubuhnya sedikit menghangat.

“Aku akan menghangatkanmu,” jawab lelaki itu serak. Tubuhnya semakin memanas dan miliknya di bawah sana sudah merota ingin menyentuh Aruna.

Aruna tertegun. Jantungnya seolah berhenti berdetak. Dia menyadari apa yang saat ini sedang terjadi. Rega sudah hilang akal karena mabuknya. Aruna kembali merasakan ketakutan yang luar biasa.

“Kak! Tolong jangan lakukan itu! lepaskan aku!” pekik Aruna dengan segala tenaganya yang tersisa.

Rega tidak bisa mendengar apa pun lagi. Lelaki itu melepas tali dari robekan gaun yang mengikat kaki pengantin baru itu. Menanggalkan celana dan membuangnya ke sembarang arah.

Mengusap betis mulus adik iparnya dan hal itu membuat Aruna meronta dan menendang kakak iparnya. Namun tentu saja hal itu bukanlah hal yang mampu membuat Rega berhenti dan kalah dengan tenaga kecilnya.

“Kak! Jangan! Jangan lakukan itu! tolong! Tolong lepaskan aku! Candra jahat! Tolong aku, Kak! Aku akan membunuh adikmu itu!”

Aruna meronta dan tangisnya semakin menjadi. Namun hal itu justru membuat Rega semakin bergairah. Dengan perlahan namun pasti, Rega merayap di atas tubuh adik iparnya. Membelai setiap inci tubuh yang baru saja dilecehkan oleh adiknya. Suami dari gadis itu sendiri.

“Semua orang memang jahat! Kau tidak boleh mati di sini. Aku akan menghangatkanmu. Kita balas kejahatan mereka dengan kenikmatan malam ini. Bagaimana?” bisik Rega sambil perlahan melepas benda terakhir yang menutupi tubuh Aruna.

“Tidak! Aku tidak mau! Lepaskan aku! Tolong lepaskan aku!” Aruna berteriak sekuat mungkin berharap Rega mau mendengarkan dirinya dan berhenti menyentuhnya.

“Aku berjanji akan memuaskanmu.” Tanpa berucapkata, Rega menyambar bibir basah adik iparnya. Seketika tidak ada lagi teriakan yang terdengar. Aruna benar – benar dibuat bungkam oleh kakak iparnya.

Rega akhirnya benar melakukan itu di atas tubuh Aruna yang lemah tak berdaya serta tangan yang masih terikat dan lelaki itu menahannya di ataskepala. Aruna benar – benar merasa menjadi gadis hina malam ini.

Suami dengan jahat telah menyiksa dirinya. Dan kini kakak iparnya sendiri telah merenggut kesuciannya. Merampas kegadisan yang sudah dia jaga selama hampir dua puluh tiga tahun ini. Aruna merasa dirinya lebih baik mati saja.

Akal pikiran Aruna memang menolak sentuhan Rega atas tubuhnya. Namun nyatanya dia tidak kuasa menahan gejolak yang ada di setiap aliran darahnya.

Tubuh gadis itu benar – benar merasa bagai terbang tinggi di atas hamparan awan yang memabukkan. Rega benar – benar menuntaskan hasrat kelakiannya di tubuhnya.

“Aruna!” panggil Rega sesaat setelah keduanya kelelahan karena secara bersamaan mencapai puncak bercinta terlarang mereka.

Meski mabuk, Rega ternyata sadar atas apa yang telah dilakukannya. Dan siapa yang disentuhnya. Dia melakukannya karena tidak kuasa menahan nafsu yang berkuasa. Tubuh Aruna memang seindah itu. Senikmat itu dan … Rega menyukai permainan pertamanya dengan … adik iparnya sendiri.

“Aruna,” ulang Rega mencoba membangunkan gadis itu dengan suara yang lembut.

Namun sepertinya Aruna benar – benar tidak kuasa menahan kantuknya. Gadis itu terlelap dan sudah terbuai jauh dalam dunia mimpi.

Rega menyentuh punggung adik iparnya. Gadis itu meringkuk ke arah dirinya. Rega merasakan tubuh gadis itu tidak sedingin saat pertama kali dia menyentuhnya.

Rega menarik selimut dan menutupi tubuh polos itu hingga sebatas leher Aruna. Mengusap lembut rambut yang berantakan dan menyibaknya ke belakang.

Rega menatap dalam wajah lelah yang sangat cantik itu. Dengan perasaan yang kacau, Rega baru tersadar akan sesuatu.

Bersambung,

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rain Hujan
mantul nihhh
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status