Share

MAKI 6

Sampainya di kantor, Rega benar – benar tidak bisa fokus dengan pekerjaannya. Bahkan meeting pagi pun hanya berlalu tanpa mendapatkan hasil apa – apa.

Tomy menyadari akan perubahan sikap Rega yang tidak seperti biasanya. Pria dingin dengan karakter yang selalu profesional itu seperti sedang kehilangan jiwanya.

Rega benar – benar terlihat seperti bukan Rega yang biasanya dia temui.

“Pak Rega, apa ada masalah serius? Saya melihat Pak Rega bersikap tidak seperti biasanya,” tegur Tomy yang merasa tidak nyaman karena para eksekutif perusahaan bubar meninggalkan rapat dengan raut muka yang kecewa karena proyek besar yang akan digarap itu tidak lekas mendapatkan persetujuan dari sang CEO.

“Ini gara – gara kau! Fuck!” bentak Rega sesaat setelah memastikan tidak ada lagi orang yang tertinggal dalam ruangan rapat itu.

“Gara – gara saya? Bahkan saya tidak mengucap sepatah kata pun saat rapat tadi, Pak!” protes Tomy tidak terima karena dianggap biang masalah oleh Rega.

“Sudahlah! Percuma saja. Membunuhmu pun percuma! Semua sudah terjadi dan tidak akan bisa aku ulang lagi!” tandasnya pasrah. Menundukkan kepalanya dan merasakan dinginnya meja meeting yang sejak tadi terkena uap pendingin ruangan di setiap sisi.

“Mengenai tiket yang Pak Rega pesan itu ….”

“Kau sudah mendapatkannya?” tukas Rega tidak sabar. Sungguh kali ini dia sepertinya harus melarikan diri sejenak dan menyelamatkan Aruna dari berbagai tekanan yang pasti akan terjadi dalam waktu dekat ini.

“Ya, Pak. Tapi ….”

“Tapi apa!” bentak Rega lagi semakin kesal. Mengingat kejadian semalam, andai Tomy tidak membuat dirinya mabuk, pasti hal menyakitkan semalam lebih bisa dia kendalikan. Meski … sebenarnya dirinya sendiri tidak yakin.

Tapi setidaknya … ah! memang salah satu penyebabnya adalah Tomy dan minuman sialan itu.

“Bukankah itu identitas adik ipar anda, Pak?” tanya Tomy hati – hati dan mengurangi banyak volume bicaranya. Takut andai seseorang akan mendengar percakapan yang sedikit sensitif itu.

Meski ruang meeting tentu saja kedap suara, hal itu tidak lantas membuat Tomy bersikap sembrono dan tidak berhati – hati.

Rega kembali menjambak rambutnya. Menggebrak meja dan bersikap sepeti seekor singa yang sedang marah dan akan memangsa apa pun yang ada di hadapannya.

“Aaarrrgggghhhh! Ya! Itu untuk adik iparku! Aku akan membawanya pergi! Puas kau mendengarnya, Tomy!” teriak Rega semakin memenuhi isi ruangan itu.

Tomy terbelalak, tubuhnya meremang dan masih tidak mengerti dengan apa yang baru saja dikatakan oleh bos sekaligus sahabatnya itu.

“Tu – tunggu dulu! Rega! Apa maksudmu membawanya pergi? Kau gila? Kau sudah gila hanya karena Kanza yang menghianatimu?” cecarTomy melupakan bahwa mereka saat ini sedang berada di kantor.

Sebenarnya haram bagi dirinya menyebut sang CEO hanya dengan namanya saja. Namun sungguh ini sudah tidak bisa dia terima dengan akal sehat soal apa yang dikatakan oleh Rega yang tiba – tiba berubah menjadi gila itu.

“Andai membunuh sahabat akan membawaku ke surga, aku akan melakukannya sekarang juga! Kau tahu! Ini salahmu!” teriaknya lagi tidak peduli andai tiba – tiba seseorang akan masuk dan melihat sikapnya yang tidak seperti Rega itu.

“Kau menyalahkanku sekarang? Atas kegilaan yang entah apa yang sudah kau lakukan itu? Kau harusnya yang aku bunuh!” balas Tomy tidak peduli andai Rega akan memukulnya.

Saat ini dia tahu bahwa Rega sedang dalam kondisi yang sulit. Entah tekanan dari ayahnya atau murni hanya karena Kanza. Yang jelas saat ini yang di hadapi adalah Rega yang gila. Jadi, dirinya harus bersikap gila pula untuk menyelamatkan dirinya sendiri.

Rega kembali duduk di kursinya. Menutupi wajah tampan yang hampir tidak pernah tersenyum itu dengan kedua telapa tangan dinginnya. Tangan yang semalam telah merenggut kesucian adik iparnya.

“Aku meniduri adik iparku semalam. Di malam pertama yang seharusnya  dia lakukan dengan suaminya, Tom! Aku hampir gila! Dan ini karena minuman sialan yang kau berikan padaku dan membuatku mabuk sampai hilang kendali!”

Rega tidak lagi berteriak. Namun saat ini Tomy mampu mendengar isak tangis yang mulai terdengar dari Rega yang masih menutupi wajah angkuhnya.

Jantung Tomy terasa seperti tertusuk sebilah pedang. Dia turut menyesali atas apa yang dia berikan kepada Rega semalam.

Tapi, siapa yang tahu kalau Rega akan bertemu dengan adik iparnya.

Lagi pula bagaimana bisa Candra membiarkan istrinya sendiri di tiduri oleh kakaknya? Bukankah ini aneh?

Jelas Tomy tidak mau disalahkan sendirian. Dirinya hanya ingin membuat Rega mabuk dan melupakan soal permasalahannya dengan Kanza. Hanya itu! Tidak ada masksud lain apa lagi sampai berniat agar Rega meniduri seorang gadis apa lagi adik iparnya sendiri!

“Rega! Bisa kau bicara denganku? Bisa kau kendalikan emosimu dulu? Aku masih tidak mengerti apa yang baru saja kau katakan!” ucap Tomy yang berjalan menuju pintu dan mengunci ruangan itu dari dalam. Lalu dia mendekat lalu duduk tepat di samping sahabatnya yang masih menangis itu.

Ini adalah kali kedua Tomy melihat Rega menangis. Yang pertama adalah saat Rega harus mengatar ayahnya datang ke kuburan ibu kandungnya untuk berziarah karena dua hari lagi Danu Tanoto akan menikah dengan Kartika, ibu kandung Candra. Pulang dari makam, Rega menangis di hadapannya.

Ya, Rega dan dirinya berteman sejak mereka masih sangat kecil hingga sekarang.

Kemudian Rega berusaha menenangkan dirinya. Mengatur nafas yang tersengal, Rega mulai menceritakan semua yang dia ingat semalam. Dia benar – benar tidak bisa menutupinya dari Tomy. Rega merasa hanya Tomy tempatnya mengadu segala permasalahan di dalam hidupnya setelah ibu kandungnya telah tiada.

“Aku … aku tidak tahu harus berkata apa, Ga! Aku benar – benar ingin mati saja rasanya!” ucap Tomy saat mendengar apa yang sebenarnya terjadi dengan Rega sampai membat si workaholic itu kehilangan fokus dan menelantarkan pekerjaannya.

“Aku akan mengurus semuanya. Untuk saat ini yang bisa aku lakukan hanya melindungi Aruna. Aku tidak mau dia menanggung begitu banyak beban setelah ini. Aku yakin secepatnya ayahku akan menyadari bahwa Candra tidak membawa Aruna ke Yunani.”

“Aku belum memesan tiket itu. Aku melakukannya bukan tanpa alasan. Aku tentu harus tahu kenapa kau membeli tiket dengan tujuan yang sama dengan adik iparmu.”

Rega berusaha menenangkan dirinya. Menghapus jejak air mata di pipinya yang tidak terbiasa menangis juga tersenyum itu.

“Aku akan memberi tahu Aruna terlebih dulu. Siang nanti aku akan memberimu kabar. Apakah dia setuju atau tidak. Karena entah kenapa aku mempunyai firasat sepertinya dia akan menolak rencanku soal kepergian ke Praha.”

“Sebaiknya kau kembali, temui dia dan tenangkan dia. Aku yakin dia saat ini benar – benar tertekan atas semua yang terjadi begitu cepatnya. Apa lagi aku dengar orang tuanya tidak begitu perhatian pada gadis itu. Aku khawatir kalau sampai dia melakukan hal yang di luar akal sehat.”

“Aku akan menemuinya sekarang!”

“Aku akan handle semua pekerjaanmu. Kau harus menyelesaikan masalah gila ini lebih dulu.”

“Aku pergi sekarang.”

Bersambung,

Lee Rain

HAI, salam kenal buat kalian. aku pendatang baru di Goodnovel, semoga kalian menyukai ceritaku ini, ya? salam hangat,

| Sukai
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sugalih
iya kakaa aku sukak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status