Share

MAKI 3

Setelah meninggalkan pesta pernikahan adiknya yang belum selesai, Rega Putra Tanoto memilih menerima ajakan Tomy untuk pergi ke sebuah bar.

Ya, Rega baru saja patah hati lantaran kekasihnya yang dia gadang – gadang akan dia jadikan istri di tahun depan ternyata sudah main gila dengan pria lain.

Gadis itu adalah Kanza Amelia, seorang model internasional yang sedang melakukan pemotretan di Paris. Rega yang sudah curiga akan sikap Kanza yang menurutnya berubah belakangan ini memutuskan untuk menyewa jasa detektif untuk mencari tahu apa saja kegiatan kekasihnya saat tidak berada di Kota Navega.

Dan ternyata apa yang dia takutkan benar – benar terjadi. Detektif yang dia sewa akhirnya mendapati gadis itu sedang bermalam dengan seorang pria.

Rega mendapatkan kabar itu baru kemarin sore, saat satu hari sebelum pesta pernikahan Candra dan Aruna digelar.

Rega benar – benar tidak menyangka kekasih yang sudah dia manjakan selama tiga tahun belakangan ini justru menikam dirinya dari belakang.

Rega adalah seorang pria dewasa yang tidak mudah jatuh cinta, selain karena sikapnya yang dingin terhadap orang lain, Rega memang pria yang tidak suka membuang – buang waktu hanya untuk menyenangkan perasaannya sendiri. Mengingat tanggung jawab yang saat ini harus dia emban yaitu menjadi pimpinan perusahaan  besar Tanoto F&B milik orang tuanya.

Di tengah kemelut perasaannya saat ini, Rega tidak kuasa menolak ajakan Tomy untuk pergi minum di sebuah tempat hiburan malam.

“Jadi Kanza benar – benar selingkuh?” tanya Tomy sekali lagi ingin mendengar fakta yang menurutnya sangat mengejutkan bahkan sampai saat ini dia seperti tidak bisa mempercayai akan hal yang terdengar mustahil itu.

Hubungan keduanya terlihat baik – baik saja meski sangat jarang menghabiskan waktu bersama mengingat kesibukan masing – masing. Kabar ini benar – benar membuat Tomy ikut terkejut.

“Ya, dia benar – benar tidur dengan si bajingan Boby,” sahutnya cepat. Tatapannya kosong ke arah gelas yang berisikan sebuah minuman tanpa warna di hadapannya.

Tomy hanya bisa menggelengkan kepala. Dia merasa turut prihatin atas apa yang saat ini menimpa atasan sekaligus sahabatnya itu.

“Baiklah, itu bukan masalah besar. Kau kaya, kau tampan dan kau bisa mendapatkan apa pun yang kau inginkan. Kalau perlu akan kubawakan seribu gadis malam ini untuk menghiburmu.” Tomy berusaha membuat mood temannya itu sedikit lebih baik. Tapi sepertinya itu tidak berhasil.

“Aku sedang tidak berselera untuk apa pun saat ini. Jadi hentikan omong kosongmu itu,” pungkas Rega kesal lalu menenggak minumannya hingga tandas.

Itu adalah gelas ke tiga, dia belum merasakan apa pun. Pikirannya masih terus mengutuk dan ingin membinasakan pasangan haram yang jelas – jelas sedang menghianati dirinya saat ini.

“Come on! Jangan siksa pikiranmu sendiri hanya karena seorang wanita murahan seperti Kanza! Kau pasti akan mendapatkan yang lebih baik darinya.” Tomy terus memberikan semangat, namun Rega benar – benar tidak terpengaruh akan hal itu.

Wajahnya masih sangat datar seperti biasanya. Tidak terlihat sedih, marah atau kesal. Dia benar – benar selalu bisa menahan emosinya.

“Aku bilang diamlah dan nikmati minumanmu. Lakukan apa pun yang kau inginkan dan jangan ganggu aku.” Tanpa menoleh ke arah Tomy, Rega berharap sahabatnya itu berhenti menasehati dirinya.

Rega merasa tidak butuh apa – apa saat ini, apalagi kata mutiara. Dia benar – benar tidak pernah membutuhkan hal itu.

Tomy hanya menarik bibirnya lurus. Pergi meninggalkan Rega tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Satu jam telah berlalu, Rega masih merasa dirinya belum mabuk meski saat ini adalah gelas ke tujuh. Meski begitu, dia merasa bahwa mungkin hal ini bukan pilihan yang tepat untuk dia lakukan.

Meratapi kepergian seorang wanita murahan dengan cara merusak ginjalnya adalah sebuah kesalahan. Rega memutuskan untu berhenti dan berniat segera pergi dari tempat bising itu.

“Tuan, ini minuman ke delapan anda dan ini sangat istimewa. Tuan Tomy memesan ini untuk anda,” ucap seorang bartender yang sedari tadi melayani Rega.

Rega menatap peracik minuman itu. Dalam hati dia mengumpat Tomy yang dia rasa sedang mengejek dirinya. Namun meski hatinya sangat kesal, Rega memutuskan untuk menenggak minuman terakhirnya. Setelah itu dia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak akan lagi menyentuh minuman tanpa manfaat itu.

Rega adalah manusia yang selalu menjaga kesehatannya. Sebelumnya dia pernah mabuk, namun hal itu bisa dihitung menggunakan jari.

Rega memutuskan segera meninggalkan tempat yang kian ramai pengunjung itu. Semakin larut, maka semakin meriah tempat itu.

Rega memesan taksi untuk mengantar dirinya pulang. Rega tidak akan pernah mengemudi dalam keadaan mabuk. Pikiran rasionalnya selalu menang dalam kondisi apa pun.

Sementara Tomy tentu saja saat ini dia sedang bersenang – senang dengan banyak wanita di dalam sana. Rega tidak peduli akan hal itu.

“Antar ke mana, Tuan?” tanya si sopir taksi yang hendak menginjak pedal gasnya.

Rega terdiam sejenak untuk berpikir. Kepalanya saat ini semakin terasa berat, sepertinya Tomy sengaja memberinya minuman dengan kadar alkohol yang lebih tinggi agar dirinya mabuk. Mengingat ketahanan Rega terhadap alkohol, tujuh gelas tidak mampu membuat dirinya mabuk meski orang lain mungkin sudah pasti akan menyerah.

“Apartemen Sky Gold,” jawab Rega singkat.

Rega memutuskan untuk tidak pulang ke rumah orang tuanya malam ini. Mengingat kondisinya yang saat ini sedang teler, itu hanya akan membuat Danu Tanoto murka.

Tanpa sepengetahuan ayahnya, Rega membeli apartemen mewah itu untuk dirinya. Namun Rega tidak pernah bermalam di apartemen itu sebelumnya. Justru Candralah yang sering menggunakan tempat itu saat sedang terjalin konflik dengan orang tuanya.

Sampainya di depan unit, Rega sedikit kesulitan saat menekan tombol password pintu unit itu. Kepalanya benar – benar terasa sangat berat, tubuhnya terhuyung seperti tidak akan kuat lagi untuk berjalan.

Rega masuk ke dalam unit. Tubuhnya terasa sangat gerah karena efek panas dari alkohol. Pria tiga puluh tahun itu melepas kemejanya dan melempar ke sembarang arah.

“Kanza, kau benar – benar sialan! Tunggu balasanku!” gumamnya mengucap kalimat kecaman dan sumpah serapah terhadap kekasihnya yang telah berhianat.

Rega mendaratkan tubuhnya di atas sofa. Memejamkan mata dan mendongakkan kepalanya. Keringat di tubuhnya mulai menghilang karena pendingin ruangan yang sudah menyala. Entah siapa yang membuatnya menyala Rega tidak tahu namun dia menyadari akan hal itu.

Mungkin Candra beberapa hari lalu datang kemari namun lupa mematikannya.

Saat Rega mulai tenang, telinganya yang tajam mendengar sesuatu yang aneh.

Seperti tangisan seseorang. Tapi di mana? Apakah itu sebuah tangisan atau seseorang yang sedang bergumam?

Jelas apartemen ini sedang tidak ada yang menempati. Mengingat Candra yang baru saja menikah pasti sedang bermalam dengan istrinya.

Rega memutuskan untuk memeriksa kamar utama.

“K-kau? Kenapa kau ada di sini?”

Bersambung,

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status