Share

MAKI 8

Tomy : “Bukankah kau harusnya bersyukur? Tujuan adik iparmu sama dengan pemikiranmu, haha. Aku pikir kalian mungkin berjodoh.”

“Berjodoh? Biar ku ledakkan saja kepalamu itu!” dengus Rega kembali tersulut emosi lalu memutus panggilan secara sepihak.

Ini semua gara – gara Tomy! Andai manusia satu ini tidak memberinya minuman dengan obat itu pasti kejadiannya tidak akan seperti ini.

Rega saat ini benar – benar kacau. Meski tujuan Negara Aruna adalah sama dengan niatnya, namun tetap saja ini bukan hal yang dia inginkan.

Dia harus bertanggung jawab atas kejadian semalam. Entah dalam bentuk apa pertanggungjawaban itu namun yang jelas dia tidak akan membiarkan Aruna pergi dalam lukanya sendirian.

Pria itu kembali ke kantor untuk menenangkan pikirannya. Meski tidak ada yang bisa dia lakukan, setidaknya dia bisa memaki Tomy untuk melampiaskan kegilaannya.

Dan benar saja. Saat dia masuk ke dalam ruangan, tidak lama kemudian pria sumber masalah itu menghampiri dirinya.

“Apa aku bisa menghentikannya?” tanya Rega dengan tatapan penuh harap. Entah kenapa dia merasa tidak rela kalau Aruna pergi sendiri tanpa dirinya.

“Bisa, penerbangannya masih satu jam lagi. Tapi sepertinya bukan itu yang kau butuhkan saat ini, Pak Bos,” sahut Tomy yang tiba – tiba muncul di hadapan Rega.

Sang CEO tidak tahu kapan Tomy masuk ke dalam ruangannya. Ah, pikirannya benar – benar kacau.

“Tau apa kau soal apa yang aku butuhkan!” sungut Rega masih sangat membenci Tomy.

Karena ulah asistennya itu, hidupnya saat ini menjadi kacau tak terkendalikan.

“Kalau anda menghentikan dia, dia akan tahu kalau anda bermaksud menahan kepergiannya. Dan mungkin itu akan membuat dia semakin ingin pergi tanpa sepengetahuan keluarga besar Prasetya. Anda tahu bukan kalau hubungan Aruna dan keluarganya tidak begitu hangat.”

“Kalau kau hanya akan memberiku ceramah, lebih baik kemasi barangmu dan berikan surat pengunduran dirimu!”

“Ck! Pak Bos ku ini pendendam sekali! Ayolah Bos! Kau ini Rega Tanoto. Apa yang tidak bisa kau lakukan,” sahut Tomy yang sedikitpun tidak tersinggung akan pengusiran Rega dari perusahaannya.

“Kirimkan orang untuk mengawal Aruna,” titah Rega dengan suara lemah.

Pada akhirnya dia tidak bisa menahan gadis itu untuk tidak pergi dari Navega tanpa campur tangannya. Karena apa? Rega jelas tahu bagaimana perasaan perempuan muda itu setelah mendapatkan siksaan dari dua orang bersaudara dalam satu malam.

Candra telah melecehkannya. Dan dirinya, dirinya berhasil merenggut mahkota kegadisan adik iparnya.

Bukankah itu sudah lebih dari cukup untuk menjadikan seorang gadis muda itu merasakan kehancuran yang tidak terelakan?

“Laki – laki atau perempuan?” tanya Tomy dengan nada bicara menyebalkan.

Rega yang saat ini masih dalam mood yang buruk tentu saja langsung melayangkan tatapan tajam ke arah sahabat sekaligus asisten pribadinya itu.

“Apa kau benar – ingin mati di tanganku?”

“Padahal aku hanya memastikan. Kalau laki – laki kan lebih bisa diandalkan.”

“Apa di Navega tidak ada perempuan yang bisa bela diri? Aku rasa kau memang sudah bosan hidup, Tom.” Rega menurunkan nada bicaranya namun tidak melupakan niatnya untuk membunuh sahabatnya itu.

Tomy menarik bibirnya datar.

Mengetik sebuah pesan lalu mengirimkan ke seseorang untuk menjalankan perintah sang CEO.

***

Di kediaman keluarga Tanoto saat ini sedang sepi. Rega yang belum pulang ke rumah, juga Candra yang mereka kira sedang bulan madu membuat suasana rumah mirip kastil itu benar – benar senyap.

“Apa Papa pikir pernikahan Candra dan Aruna akan berjalan baik? Mama merasa ada yang aneh,” ucap Kartika mengkhawatirkan putra bungsunya.

“Apa yang kau katakan, Sayang? Jelas Candra terlihat sangat bahagia,” jawab Danu sambil menyesap kopi miliknya.

“Tapi Mama khawatir kalau anak itu membuat ulah, Pa. Jujur saja, Mama sedikit tidak percaya dengan anak itu.”

“Kenapa bisakau tidak percaya dengan putramu sendiri? Kau beranggapan Rega itu yang terbaik dan Candra itu harus sama? Jelas mereka bagai bumi dan matahari. Mereka punya kelebihan dan kekurangan masing – masing.”

Pembicaraan hangat mereka berdua berakhir setelah putra sulungnya tiba – tiba pulang.

“Semalam kau tidur di mana, Ga?” tanya Kartika menoleh ke arah putranya yang mempunyai sifat seperti bongkahan es batu itu.

“Di rumah Tomy,” jawabnya berdusta.

Tidak mungkin dia mengatakan bahwa dia tidur di apart dan itu berakhir membuat Candra tahu akan kejadian semalam.

Mendapat jawaban dingin, singkat dan padat dari putra sambungnya, membuat Kartika hanya bisa mengulum bibir.

“Kau masih berharap dia menjadi anak kecil yang akan bermanja denganmu?” tanya Danu menertawakan kekecewaan Kartika.

“Aku ini ibunya, jelas aku ingin anak – anakku selalu bermanja denganku, Pa!” dengusnya tidak sependapat dengan suaminya.

Rega memang dulu adalah anak yang sangat ceria dan manja pada Kartika. Entah apa yang membuat anak itu berubah dan menjadi dingin sampai di umurnya yang sudah hampi di angka tiga puluh lima tahun itu.

“Ck! Mereka sudah dewasa, Sayang. Biarlah mereka memanjakan dirinya sendiri. Kau hanya perlu memanjakanku” ucap Danu pada akhirnya menggoda istrinya yang masih sangat cantik luar biasa.

**

Sampainya di kamar, Rega langsung kembali menghubungi Tomy.

Sungguh saat ini pikirannya menjadi tidak tenang sebelum mendengar kabar soal adik ipar yang sudah ditidurinya itu.

“Bagaimana? Kau sudah mengurusnya? Kenapa kau tidak langsung melapor padaku? Kau mau peluru menembus kepalamu?” serang Rega saat panggilannya sudah tersambung dengan Tomy.

Tomy : “Sudah. Setelah aku dapat kabar dari orang suruhanku, aku akan mengatakannya padamu, Bos. Dan bisakah kau memafaakan aku? Sumpah aku benar – benar akan mati muda kalau kau terus mengancamku.”

“Itu lebih baik. Jadi aku tidak perlu repot membunuhmu. Lekaslah mati, aku sendiri yang akan menguburkanmu.”

Tut!

Bersambung,

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status