Share

MAKI 5

Rega perlahan mulai bangun dari posisinya, dia merasa ada yang aneh di wajah Aruna. Dia melihat wajah adik iparnya itu dengan seksama. Ada sedikit luka di sudut bibir. Pipinya juga memerah dan ada bekas tangan di sana. Terlihat sangat jelas.

“Apa aku menyakitinya semalam?” gumamnya pada dirinya sendiri merasa tidak yakin dan berusaha mengingat apakah dirinya melukai gadis itu semalam.

Rega terus memeriksa anggota tubuh Aruna yang lain. Perlahan menyingkap selimut dan melihat lengan gadis itu terlihat memerah dan sedikit memar. Rega merasa ngilu melihat bekas merah di lengan Aruna juga bibir gadis itu yang terlihat sedikit bengkak.

Rega tidak tahu itu karena apa. Tapi dia yakin bahwa dia tidak melakukan kekerasan apa lagi memberi pukulan terhadap gadis itu.

“Candra? Astaga bajingan itu!” Sambil kembali menutup tubuh Aruna menggunakan selimut, Rega mengutuk kelakuan adiknya dan dalam hati dia bersumpah akan memberikan hukuman pada Candra. Itu sudah pasti akan dia lakukan! Rega yakin Candra adalah pelakunya.

Rega mulai merasa bersalah atas apa yang telah dilakukannya kepada Aruna. Dia telah merenggut kehormatan adik iparnya sendiri.

Jelas masih dapat dia ingat bahwa Aruna adalah gadis yang  terhormat. Rega yakin bahwa dirinya adalah pria pertama yang menjamah tubuh gadis malang itu.

Tapi kenapa? Kenapa Candra melakukan hal segila ini? Bukankah anak itu terlihat sangat bahagia saat melakukan pesta pernikahannya tadi?

Candra tidak menyentuh istrinya dan tidak melakukan hubungan suami istri layaknya pengantin baru pada umumnya di malam pertama. Mengingat dia menemukan Aruna dalam kondisi terikat, membuat Rega yakin bahwa Candra tidak hanya menyekap Aruna. Adik lelakinya itu pasti telah melakukan kekerasan terhadap adik iparnya itu.

Rega merasa harus memastikan semuanya saat Aruna bangun nanti. Meski dia tidak yakin akankah Aruna mau berbicara dengannya atau tidak setelah apa yang terjadi.

Rega merasa bingung, namun dia tetap yakin bahwa hal mengerikan yang terjadi pada Aruna adalah ulah adiknya.

Namun kembali mengingat bahwa Rega telah merebut kegadisan Aruna membuat pria yang baru saja patah hati itu tetap merasa bersalah dan ingin menghukum dirinya sendiri juga.

Dia benar – benar mengakui kesalahannya. Dia hanya bisa mengakui bahwa memang dirinya tidak berdaya melawan hawa nafsu saat melihat Aruna dalam keadaan tanpa busana. Apa lagi dirinya dalam keadaan mabuk.

Muncul niat Rega ingin membangunkan gadis malang itu dan ingin menyampaikan permintaan maaf atas apa yang dilakukannya. Namun melihat wajah yang tampak sangat kelelahan itu membuat dirinya mengurungkan niat.

“Aruna, maafkan aku,” ucapnya lirih. Kembali membaringkan tubuhnya di samping Aruna yang masih meringkuk dan terlihat gurat kesedihan di wajah ayu gadis muda itu.

“Aku berjanji akan bertanggung jawab atas apa yang telah aku lakukan. Aku juga akan menghukum Candra untuk membalaskan rasa sakitmu. Maafkan aku, Aruna.” Sambil membelai lembut wajah adik iparnya, Rega semakin yakin kalau dia akan bertanggung jawab atas Aruna.

Sungguh dia tidak akan peduli apa kata ayahnya yang mungkin akan murka.

Jam sudah menunjukkan pukul lima pagi. Rega masih terjaga dan terus menatap ke arah wajah adik iparnya. Hari yang sibuk sudah menanti dirinya namun pria itu memilih merapatkan tubuhnya dan memeluk hangat gadis yang semalam dia nikmati tubuhnya.

Rega saat ini merasa seperti seorang penjahat wanita. Dia benar – benar merasa bersalah atas apa yang tidak dapat dikendalikannya.

Namun saat ini dia berjanji, dia akan bertanggung jawab atas Aruna entah konsekuensi apa yang akan diterimanya nanti. Dia tidak peduli.

_

Sementara saat ini di apartemen milik Mesya Adita, kekasih Candra, Candra menghabiskan malam pengantinnya bersama wanita lain. Namun lelaki angkuh itu merasa apa yang saat ini dilakukannya adalah hal yang benar.

Dia tidak mencintai Aruna. Dia menikah karena ancaman kedua orangtuanya. Dia memutuskan untuk tetap bersama Mesya dan membiarkan Aruna mungkin akan mati kedinginan di unit apartemen kakaknya. Candra benar – benar tidak peduli tentang istrinya.

“Kamu yakin istrimu tidak akan mengadu kepada ayah atau ibumu?” tanya Mesya manja.

Keduanya masih dalam keadaan tanpa busana. Hanya saling menutupi tubuh mereka menggunakan selimut.

“Dia buka istriku, jangan mengatakan hal bodoh, Sayang. Aku tidak menyukainya,” sahut Candra membelai lembut wajah Mesya penuh dengan kasih sayang.

“Hmm, tetap saja secara hukum dia adalah istrimu yang sah. Dan sekarang aku justru yang menjadi … selingkuhan.”

“Sstt! Kamu tidak bolek berkata seperti itu. Kamu tetap menjadi wanita yang akan aku nikahi di masa depan. Aku berjanji. Dan berhentilah membicarakan gadis tidak tahu diri itu,” pungkasnya menutup bibir Mesya menggunakan satu jari miliknya.

“Aku percaya padamu, Sayang. Tapi ….”

Belum sempat Mesya melanjutkan kalimatnya, dering ponsel milik Candra menginterupsi kemesraan mereka.

“Tunggu sebentar,” ucap Candra seraya mencium kilat dahi wanita itu.

Meraih ponsel miliknya di atas nakas dan memeriksa siapa yang menghubungi dirinya di hari yang masih sangat pagi ini.

“Siapa?” tanya Mesya yang tiba – tiba penasaran karena melihat raut wajah kekasihnya yang tiba – tiba berubah menjadi muram saat melihat layar ponsel.

“Kak Rega, kamu diam dulu, ya?” jawab Candra sebelum mengangkat telepon dari kakaknya.

“Ehm, ada apa, Kak?” sambut Candra berusaha menormalkan nada bicaranya agar tidak terdengar gugup di telinga Rega.

“Apa kau mengganti password unit apartemenku?” tanya Rega di seberang sana.

Candra seketika menegang mendengar pertanyaan itu. Untuk apa Rega tiba – tiba datang ke sana? Candra mulai panik dan bingung harus menjawab apa.

Diam sejenak, Candra menyadari bahwa dia tidak pernah merubah password unit itu. Tapi kenapa Rega tidak bisa membukanya?

“Ah, iya! Kemarin sempat rusak dan aku belum sempat memanggil orang untuk memperbaikinya,” jawab Candra berbohong. Dia yakin Rega belum masuk ke dalam unit. Jadi dia asal saja menjawab dan mengiyakan pertanyaan Rega.

“Oh, begitu. Kau belum terbang ke Yunani?” selidik Rega berusaha ingin memprovokasi adiknya.

“Penerbanganku masih nanti sore. Aku masih bermalam di hotel.” Candra melanjutkan kebohongannya.

“Hmm, baiklah. Maaf mengganggu acaramu.” Rega langsung memutuskan panggilan itu secara sepihak. Sungguh dia tidak tahan mendengar adiknya yang sedang berbohong  dan menganggap dirinya bodoh.

Ingin sekali Rega mengumpat dan memaki adiknya itu. Namun Rega tahu itu hanya akan menambah masalah. Karena dia yakin saat ini ayahnya pasti masih mengira bahwa Candra benar – benar sedang bersama istrinya.

Mengingat dirinya saat ini pun sedang berada di posisi yang sama bersalahnya, Rega memilih untuk diam dan menyembunyikan kegilaan ini untuk sementara. Dia juga merasa harus melindungi Aruna dari Candra dan harga diri gadis itu saat ini harus dia selamatkan lebih dulu.

Rega tidak mau Aruna menanggung malu karena apa yang telah dilakukannya semalam. Rega merasa saat ini Aruna sudah menjadi tanggungjawabnya.

Rega sudah rapi dengan setelan kerja. Melirik ke arah ranjang dan di sana Aruna benar – benar masih terlelap.

“Aruna, maafkan aku. Aku pergi bekerja dulu. Siang ini aku akan membawamu pergi,” bisiknya seraya mencium kening sang adik ipar.

Rega tertegun sejenak. Memikirkan kenapa dia harus mencium adik iparnya? Kenapa itu terjadi begitu saja?

Mengulum bibir, Rega memutuskan segera meninggalkan unit itu untuk urusan pekerjaan. Namun sebelumnya, Rega sudah menyiapkan sarapan juga pakaian ganti untuk Aruna. Sebagai seorang yang mempunyai kuasa, tidak sulit untuk menyuruh seseorang untuk melakukannya.

Rega juga menuliskan sebuah pesan dan sengaja dia tinggalkan di samping Aruna dan berharap gadis itu segera membacanya saat terbangun nanti.

“Tomy! Siapkan dua tiket ke Praha untukku dan seseorang. Aku akan megirimkan identitas untuk satu tiket lainnya.”

“Praha? Kau tidak ada kerja di sana. Untuk apa kau ….”

“Lakukan saja apa yang aku perintahkan atau ku jahit mulutmu!”

Bersambung,

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status