Share

Bab 4

Author: Noona_SV
last update Last Updated: 2025-10-21 18:10:08

Mobil yang dikemudikan Alea terus membelah jalanan malam, dengan air mata yang mulai menetes meski sebelumnya ia sudah yakin kalau hatinya itu sudah mulai kebas.

"Nggak, kamu nggak boleh lemah, Alea."

Getir! itu yang dirasakan Alea, setelah tahu kenyataan bahwa suaminya dan keluarganya sendiri tidak menginginkannya. dan itu karena Serena.

Ya, Serena.

Kakak yang tertukar dengannya sejak lahir.

Gadis yang selalu mendapatkan semua yang seharusnya menjadi milik Alea—kasih sayang, kemewahan, bahkan pria yang ia cintai.

Masih jelas dalam ingatan Alea, dua bulan setelah kebenaran pertukaran bayi terungkap, Alea “dikembalikan” ke keluarga Morgan seperti barang hilang.

Namun sambutan yang datang hanyalah dingin dan perhitungan.

“Kami tak bisa menyingkirkan Serena,” ujar sang ayah waktu itu. “Dia sudah menjadi bagian keluarga ini selama dua puluh lima tahun. Kau? Kau hanya kebetulan berdarah sama, dan kembali di saat yang tidak tepat.”

Alea menunduk waktu itu, menahan perih yang menyesakkan dada.

Ia tidak menangis—karena sudah terlalu sering melakukannya.

Lalu suara sang ibu terdengar, datar dan penuh perhitungan.

“Serena ini lemah dan mudah sakit. Kau keras kepala, Alea. Anggap saja ini kesempatanmu menebus sesuatu yang berguna. CrestMiles Corp siap membantu proyek keluarga ini asalkan Serena menikah dengan Sean Miller. Anggap saja, ini kompensasi atas luka Serena karena tahu dia bukan putri satu-satunya.”

Alea tersenyum getir waktu itu.

Kalau Serena kecewa karena kehilangan status putri tunggal, lalu bagaimana dengan dirinya yang kehilangan segalanya sejak lahir?

Namun ia terlalu lelah untuk melawan.

Terlalu haus akan kasih sayang keluarga yang bahkan tidak benar-benar menginginkannya.

Ketika ia mencoba berbicara, suaranya nyaris tak terdengar.

“Aku tidak bisa dengannya. Aku sudah memiliki seseorang… kami saling mencintai.”

Sang ibu menatapnya dengan kening berkerut.

“Saling mencintai? Maksudmu Ethan Vale? Kau mau menghancurkan hati Serena? Dia sudah mencintai Ethan sejak lama. Apa kau mau menambah lukanya?”

Ayahnya, David Morgan, ikut menimpali.

“Jangan memperkeruh keadaan. Biarkan Serena bahagia. Jika kau bisa melepaskan Ethan dan menggantikan posisinya untuk menikah dengan Sean Miller, maka separuh warisan keluarga akan jadi milikmu. Kami bahkan akan mengakui kau sebagai putri Morgan di depan publik.”

Alea diam lama, menatap mereka satu per satu.

Lalu akhirnya ia mengangguk pelan.

“Kalau begitu, biarkan aku yang menggantikannya. Aku yang akan menikahi Sean Miller. Bukan Serena.”

Seketika ruangan itu hening.

Tak ada yang menyangka ia akan setegas itu.

Dan sebelum siapa pun sempat bicara, Alea melanjutkan, suaranya tenang namun tajam.

“Sebagai gantinya, hapus nama Alea Morgan dari semua dokumen keluarga. Aku tak butuh warisan, tak butuh nama ini. Anggap saja aku tak pernah lahir.”

Sang ibu menatapnya dengan mata basah.

“Kau tak tahu apa yang kau lakukan, Alea.”

“Oh, aku tahu,” jawabnya lirih. “Aku hanya melakukan apa yang kalian inginkan sejak dulu—membuang seseorang yang tidak diinginkan.”

Alea menegakkan punggung, menatap ayahnya untuk terakhir kali.

“Sampaikan pada Ethan Vale… ini hadiah terakhirku: kebebasan yang ia dambakan seumur hidupnya.”

Tak ada jawaban.

Hanya keheningan panjang yang menggantung di udara.

---

Helaan napas berat terdengar ketika mobil yang dikemudikan Alea berhenti di basement apartemen.

Segala kenangan pahit yang berputar di kepalanya coba ia usir dengan menggeleng pelan, meski tetap saja—bayangan masa lalu itu menempel kuat.

Ya, malam ini Alea kembali ke apartemen Ethan.

Tempat yang dulu terasa hangat dan penuh cinta, kini hanya ruang dingin yang sunyi.

Begitu pintu terbuka, aroma lilin vanilla menyambutnya.

Di meja makan, dua piring tersaji rapi, lilin menyala lembut, seolah menunggu seseorang.

Sesaat, jantung Alea berhenti berdetak.

Mungkinkah… ini untuknya?

Apakah Ethan mulai berubah, mulai kembali seperti dulu?

Namun suara dari dapur menghancurkan seluruh harapan itu.

“Serena, aku tahu kamu sibuk. Tak apa kalau nggak bisa datang malam ini. Jangan dipaksakan.”

Tubuh Alea membeku.

Serena?

Jadi semua ini… untuknya?

“Setidaknya izinkan aku masak sesuatu buat kamu,” lanjut suara itu. “Alea akan pulang sebentar lagi, aku bisa kasih sisanya ke dia.”

Langkah Alea terasa berat saat melangkah masuk.

Ethan menoleh, terlihat kaget—kemudian wajahnya berubah kesal.

“Alea, kenapa baru pulang? Aku udah bilang jangan lembur. Orang-orang bisa salah paham, mereka akan berpikir aku atasan kejam yang nyuruh asistennya kerja terus.”

Alea menatapnya tak percaya.

“Asisten? Sekarang aku cuma itu buat kamu?”

Ethan tak langsung menjawab. Ia hanya menghela napas panjang.

Alea menunduk, jemarinya menyentuh kelopak mawar di tengah meja—indah, sama seperti buket bunga pernikahan mereka dulu.

Namun tamparan keras mendarat di tangannya, membuatnya terkejut.

“Jangan sentuh itu!” bentaknya spontan.

Alea mundur selangkah. Sekilas terlihat penyesalan di mata Ethan, tapi cepat ia tutupi.

“Maaf… aku nggak bermaksud kasar. Aku cuma nggak mau kamu merusak dekorasi ini. Aku menyiapkannya dengan susah payah.”

Alea diam. Menahan perih yang naik sampai ke tenggorokan.

Beberapa menit kemudian, Ethan meletakkan sebuket bunga di hadapannya.

“Ini, buat kamu.”

Alea menatap buket itu lama. Identik dengan milik Serena di foto tabloid pagi tadi.

Mungkin hanya sisa yang tak diinginkan.

“Nggak apa-apa,” ucapnya pelan. “Aku udah punya cukup kenangan yang nggak perlu diingat.”

Suasana kembali hening.

Ethan mencoba bersikap biasa, seolah tamparan barusan tidak pernah terjadi.

Alea membuka tas, mengeluarkan map cokelat, dan meletakkannya di atas meja. Dia tidak bisa lagi menunggu esok hari, Alea mau…semuanya selesai dengan cepat.

“Ethan, tolong tanda tangani ini.”

“Apa ini?”

“Dokumen biasa, dan ini hanya formalitas. Tapi tetap butuh tandatanganmu, agar semuanya dianggap sah dan jelas.”

Ponsel Ethan bergetar. Nama di layar membuat hati Alea serasa diremas.

Serena.

Tanpa ragu, Ethan menjawab panggilan itu sambil membelakanginya.

“Ya, aku masih di apartemen. Tunggu aku lima menit lagi. Aku segera datang.”

Ia menutup telepon, lalu langsung menandatangani dokumen tanpa membaca.

“Aku bakal tanda tangan apa pun yang kamu mau. Tapi jangan marah karena aku harus pergi, Alea. Dan jangan ganggu aku setelah ini, aku akan sibuk.”

“Ethan, apa kamu nggak mau baca dulu? Ini—”

“Aky sudah tanda tangan kan? Kenapa harus dibaca? Sudahlah, jangan kekanakan, Alea.”

Ia meraih mantel, berjalan cepat, lalu menutup pintu tanpa menoleh sedikit pun.

Alea menatap map itu lama.

Tulisan di halaman pertama terbaca jelas:

Surat Perjanjian Cerai – Ethan Vale & Alea Morgan.

Senyum pahit muncul di bibirnya.

Pria itu bahkan tak sadar baru saja menandatangani akhir dari pernikahannya sendiri.

Alea mengambil ponsel, memotret halaman terakhir, lalu mengirimkannya ke satu nomor.

Beberapa detik kemudian, pesan balasan masuk.

[Sean Miller: Aku sudah terima dokumennya. Sebulan lagi, aku akan datang menjemputmu.]

Alea menatap layar itu lama, lalu menutup matanya.

Udara malam Volka terasa lebih dingin dari biasanya.

Mungkin bagi dunia, hidupnya memang sudah berakhir.

Tapi bagi Alea Morgan—malam itu, segalanya baru saja dimulai.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN KAKAKKU   Bab 7

    Alea melangkah menjauh dari kerumunan reporter, membiarkan para tamu kembali pada percakapan gala dan kilatan kamera yang terus menyala.Lorong remang di sisi aula menjadi tempat paling tenang setelah lelang berakhir. Alea hendak mengambil napas tenang saat melihat seseorang berdiri di ujung lorong.Serena.Senyumnya tidak lagi manis dan anggun seperti di depan kamera. Senyum itu dingin, tipis, membuat udara di lorong terasa lebih sempit.“Seharusnya malam ini menjadi milikku, Alea,” ucap Serena pelan. “Tapi kau justru menarik perhatian semua orang. Seolah aku tidak ada.”Alea menahan napas. “Apa maumu?"“Aku hanya ingin menempatkanmu kembali di tempat yang semestinya.”Tanpa peringatan, Serena menangkap pergelangan tangan Alea dan menariknya mendekat. Gerakannya begitu cepat hingga Alea kehilangan keseimbangan. Namun sebelum Alea sempat menolak... Serena menjatuhkan dirinya sendiri ke lantai.Suara tubuhnya membentur marmer memecah keheningan.Alea terbelalak.“Apa yang kau—”Belum s

  • MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN KAKAKKU   Bab 6

    Aula utama Gala Amal VaC Corporation & Hamesworth Group berpendar dalam cahaya kristal keemasan. Langit-langitnya menjulang tinggi, dihiasi lampu gantung raksasa yang memantulkan bias lembut ke seluruh ruangan. Malam itu, acara penggalangan dana untuk anak-anak korban perang di Marawi digelar—malam eksklusif yang hanya dihadiri kalangan elite Geneva dan para pemilik nama besar. Alea datang lebih awal, mengenakan gaun hitam sederhana. Ia membawa baki kristal berisi barang lelang milik keluarga Morgan, berjalan dengan tenang melewati lorong kaca yang berembus udara dingin dari pendingin ruangan. Namun langkahnya terhenti ketika telinganya menangkap suara samar dari balik pintu kaca buram bertuliskan Restricted – Board Access Only. Suara itu... milik Ethan Vale. Dan bersamanya—tawa orang-orang yang dulu menyebut Alea bagian dari keluarga mereka. “Akhirnya Serena kembali,” ujar seseorang dengan nada lega. “Antara Serena dan Alea? Yang satu pewaris Morgan, yang satu mantan asisten yan

  • MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN KAKAKKU   Bab 5

    Keesokan harinya, begitu Alea tiba di kantor pusat Hamesworth Group, suasana terasa berbeda.Ada sesuatu yang membuatnya tidak nyaman, seolah udara di tempat itu memberi peringatan bahwa segalanya sudah berubah.Beberapa karyawan yang biasanya menyapa kini hanya menunduk, pura-pura sibuk dengan layar komputer.Lobi yang biasanya riuh kini terasa seperti ruang tunggu tanpa jiwa.Dan kemudian, suara seseorang terdengar memanggilnya dari ruangan direktur.“Alea.”Nada datar tanpa kehangatan sedikit pun.Alea menoleh, mendapati Ethan Vale berdiri di depan pintu ruangannya.Sikapnya kaku, dingin—seolah mereka hanyalah atasan dan bawahan yang tidak pernah saling mengenal.Tangannya menegang di sisi tubuh, namun ia tetap melangkah mendekat, mengikuti perintah yang tak diucapkan.Saat Alea masuk, Ethan bahkan tidak menoleh.Matanya terpaku pada layar ponsel, jarinya bergerak cepat, sementara Alea berdiri di ambang pintu seperti pesakitan yang menunggu vonis.“Tutup pintunya,” katanya akhirny

  • MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN KAKAKKU   Bab 4

    Mobil yang dikemudikan Alea terus membelah jalanan malam, dengan air mata yang mulai menetes meski sebelumnya ia sudah yakin kalau hatinya itu sudah mulai kebas."Nggak, kamu nggak boleh lemah, Alea."Getir! itu yang dirasakan Alea, setelah tahu kenyataan bahwa suaminya dan keluarganya sendiri tidak menginginkannya. dan itu karena Serena.Ya, Serena.Kakak yang tertukar dengannya sejak lahir.Gadis yang selalu mendapatkan semua yang seharusnya menjadi milik Alea—kasih sayang, kemewahan, bahkan pria yang ia cintai.Masih jelas dalam ingatan Alea, dua bulan setelah kebenaran pertukaran bayi terungkap, Alea “dikembalikan” ke keluarga Morgan seperti barang hilang.Namun sambutan yang datang hanyalah dingin dan perhitungan.“Kami tak bisa menyingkirkan Serena,” ujar sang ayah waktu itu. “Dia sudah menjadi bagian keluarga ini selama dua puluh lima tahun. Kau? Kau hanya kebetulan berdarah sama, dan kembali di saat yang tidak tepat.”Alea menunduk waktu itu, menahan perih yang menyesakkan da

  • MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN KAKAKKU   Bab 3

    Bau obat dan disinfektan memenuhi udara. Ruangan itu putih, sunyi, hanya suara mesin monitor yang berdetak pelan di sisi tempat tidur.Alea membuka mata perlahan. Cahaya dari jendela menyilaukan pandangannya yang masih kabur. Tubuhnya terasa berat, setiap tarikan napas seperti menarik jarum di dada.Selang infus tertancap di tangannya. Luka di bibirnya belum kering, dan pipinya masih membengkak akibat tamparan hari itu.Suara langkah kaki terdengar dari arah pintu. Pelan, tapi pasti mendekat.Ketika pintu terbuka, napas Alea tercekat.Sosok itu berdiri di ambang pintu, mengenakan jas hitam dan kemeja putih rapi.Ethan.Tatapan Alea membeku. Ia ingin marah, tapi tubuhnya terlalu lemah untuk sekadar mengangkat tangan.Ethan mendekat, wajahnya datar tapi suaranya dibuat lembut—terlalu lembut untuk jadi tulus. “Alea…” suaranya rendah. “Aku baru tahu kau benar-benar diculik.”Alea menatapnya lama, suaranya nyaris tak keluar. “Baru tahu?”Ethan menarik kursi dan duduk di samping ranjang.

  • MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN KAKAKKU   Bab 2

    Alea melangkah keluar dari rumah keluarga Morgan tanpa menoleh ke belakang. Malam sudah larut, udara di kota Volka menusuk dingin. Di bawah sinar lampu jalan yang redup, bayangan tubuhnya tampak rapuh namun tegar. Ia masuk ke dalam mobilnya, menutup pintu perlahan, lalu duduk diam cukup lama. Tangannya memegang setir, tapi matanya menatap kosong ke depan. Tidak ada air mata, tidak ada amarah. Hanya kehampaan yang begitu kental hingga membuat napas terasa berat. Ia menyalakan mesin. Suara mobil memecah kesunyian malam, membawa dirinya menjauh dari rumah yang tidak lagi pantas disebut rumah. Selama perjalanan, lampu-lampu kota memantul di kaca depan. Setiap kilau seperti bayangan masa lalu yang datang silih berganti—menyisakan luka yang belum kering tapi juga sudah terlalu lama untuk disembuhkan. Tidak ada lagi air mata. Sudah habis. Yang tersisa hanyalah rasa sesak di dada yang tak bisa dijelaskan. Alea menatap sekilas pantulan wajahnya di spion. Wajah itu tampak asing.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status