Home / Rumah Tangga / MEMILIH BERPISAH / BAB 2 : Mencoba berdamai dengan hati

Share

BAB 2 : Mencoba berdamai dengan hati

Author: Ray
last update Last Updated: 2023-03-23 07:50:37

"Ya Allah, Aku tahu Engkaulah yang mengatur segalanya. Aku tahu rasa ini juga dari Engkau. Sungguh Aku merindukan Mas Anton. Tolong persatukan Aku dengannya. Jadikan Ia menjadi pasangan hidupku."

Sarah teringat kembali masa lalunya. Saat ia bermunajat kepada Tuhan dengan deraian air mata, memohon agar Tuhan mempersatukan Ia dengan Anton.

Anton dulunya adalah senior Sarah ketika masih duduk di bangku SMP. Cinta monyet ketika kanak-kanak dulunya ternyata enggan hilang meskipun Sarah telah dewasa. Rasa cinta yang semakin hari semakin membuncah membuat Sarah kerap merindukan Anton. Tidak henti-hentinya Ia meminta agar suatu saat Tuhan mempertemukan Ia dengan cinta masa kecilnya itu.

Doa Sarah yang tiada henti akhirnya mampu mempertemukan mereka kembali. Ternyata Anton juga pernah merasakan cinta yang sama kepada Sarah. Setelah saling mengungkapkan rasa yang pernah ada dan tertanam di dalam hati, mereka memutuskan untuk berpacaran.

"Sarah, maukah kau menerimaku sebagai kekasihmu? Aku berjanji akan selalu menjaga, melindungi dan membahagiakanmu," ucap Anton sembari menggenggam tangan Sarah erat.

"Aku mau Mas" jawab Sarah dengan wajah kemerahan sebab begitu haru juga bahagia.

Awal pertemuan mereka kembali adalah di Terminal Bis. Tanpa sengaja Sarah hampir terjatuh pada saat hendak menaiki Bis. Pada saat itu kebetulan sekali Anton berada tepat di belakang Sarah. Dengan sigap Anton menolong Sarah sehingga Sarah terjatuh dalam pelukan Anton.

Sarah yang sudah sangat lama menantikan pertemuan kembali dengan Anton merasa pertemuan ini seperti mimpi yang terindah dalam hidupnya. Ia tidak mampu menahan gejolak hati yang sangat kacau dan tidak dapat dikompromi.

Menjalin hubungan asmara lima tahun lamanya, sampai akhirnya mereka memutuskan untuk langkah yang lebih sakral, yaitu menikah. Sarah selalu mencintai Anton tanpa henti, dan selalu menerima segala kekurangan Anton.

"Tega kamu padaku dan anak kita Mas," lirih Sarah berucap sambil menapaki jalanan yang kini mulai sepi. Sabab hujan yang tiba-tiba menguyur seolah mengerti bagaimana perasaan Sarah saat ini.

Beberapa saat Sarah berteduh di bawah pohon yang cukup rindang. Tanpa dikomando air matanya berjatuhan bersamaan dengan tetes hujan yang membasahi wajahnya. Dingin yang semakin menusuk tulang karena tubuh yang basah membuat Sarah mulai menggigil. Namun Ia terus saja bertekad untuk tetap kuat sampai ke tujuannya, yaitu rumah orang tuanya.

Setidaknya Sarah memiliki ongkos untuk pulang meskipun pas-pasan. Sebenarnnya jarak antara rumah mertua Sarah dan orang tuanya cukup dekat. Hanya menempuh 1 jam 15 menit perjalanan jika menggunakan motor.

Bodohnya Sarah yang selalu mentransfer semua uang gaji selama bekerja pada suaminya. Padahal, dari sebagian penghasilan Sarah beberapa bulan ini, Anton sudah berhasil membeli motor baru yang cukup bagus.

“Alhamdulillah, akhirnya sampai juga,” ucap Sarah lirih dan sangat bersyukur saat tiba tepat di depan terminal.

Perut yang tengah membuncit juga nafas yang mulai berat, membuat Sarah tidak bisa leluasa berjalan. Apalagi tubuhnya juga basah diguyur hujan. Beberapa kali Sarah kerap menarik nafas yang semakin tersengal-segal akibat kelelahan. Bagaimana tidak? sebab jarak yang harus ditempuh Sarah adalah sekitar 3 km.

Sepanjang jalan banyak orang-orang yang memperhatikannya, namun tidak seorangpun yang menawarkan pertolongan membantu Sarah. Mungkin inilah cara Tuhan menguatkan tubuh dan hatainya. Karena bisa saja akan ada ujian lagi yang lebih berat daripada ini di dalam hidup Sarah nantinya.

“Mba pesan tiketnya satu ya,” ucap Sarah dengan suara yang kini mulai lemas karena tiba-tiba saja Ia merasakan perutnya meminta hak segera ditunaikan, sebab sedari sore tadi Sarah bahkan belum makan apapun.

Saat menapaki jalanan tanpa henti dengan kondisi tubuh lemah dan nafas yang terengah-engah tidak sedikitpun ada rasa haus dan lapar yang terasa.

“Tujuan mana mba?” tanya kasir pada Sarah.

“Terminal Gandrung Manis Mba,” jawab Sarah cepat.

“Kelas ekonomi atau excekutive?” tanya wanita penjaga kasir lagi.

“Ekonomi saja Mba,” jawab Sarah cepat sambil menyenderkan tubuh yang kini semakin terasa tak karuan lagi.

“Ini tiketnya, harganya 58 ribu. Berangkat 1 jam lagi” jawabnya sambil menyodorkan selembar tiket kelas ekonomi pada Sarah

“Ini uangnya Mba.” Sarahpun menyodorkan seluruh uang yang ia punya, berupa selembar uang pecahan lima puluh ribu, selembar pecahan lima ribu dan tiga keping pecahan seribu.

“Maaf Mba, bolehkah saya meminta segelas air minum?” ucap Sarah sedikit ragu sebab ada rasa malu. Namun, karena dahaga dan rasa lapar sudah hampir tak tertahan lagi seluruh keraguan dan malu ia singkirkan jauh dari dirinya.

“Maaf mba, kebetulan sekali air galonnya baru saja habis.” ucap sang kasir sambil menyatukan kedua tangannya.

“Gak apa-apa Mba, saya permisi” jawab Sarah cepat.

Semakin Sarah berusaha kuat, semakin hatinya terasa lemah. Bulir bening kembali mengalir dari sudut matanya, membayangkan nasib anak dalam kandungannya yang nantinya lahir tanpa seorang ayah yang mau menerimanya.

“Maafkan Ibu Nak” ucap Sarah lirih sambil mengelus perutnya lagi.

Tidak ada seorangpun yang berjualan air mineral di sekitar terminal ini. Mungkin karena sudah jam 10 malam. Kalaupun ada, Sarah juga sudah tidak memiliki uang sepeserpun meski hanya sekedar membeli air gelas mineral sekalipun.

Tanpa pikir panjang, segera Sarh berjalan menuju kamar mandi. Ternyata air di Terminal ini cukup keruh dan sedikit bau. Namun, demi mengganjal perut yang sudah sangat keroncongan dan melepas dahaga agar tetap bisa bertahan sampai di rumah orang tuanya, Sarah rela meneguk air itu.

“Astaghfirullah... Astaghfirullah... Astaghfirullah... Tuhan, tolong kuatkan Aku. Tolong kuatkan Aku. Tolong kuatkan Aku.” pinta Sarah dalam hatinya.

Hanya berdoa yang mampu ia lakukan saat ini, dan hanya Tuhan yang mampu menguatkan hati Sarah yang telah hancur, sakit dan perih.

“Tut... Tut... Tut...” Akhirnya Kereta menuju Desa Sarahpun tiba.

Satu jam perjalanan berlalu. Akhirnya Sarah tiba di terminal Gandrung manis. Namun, untuk sampai ke rumah orang tuanya, Sarah harus naik ojek sekitar 15-20 menit. Tapi lagi-lagi kendala uang membuat ia kembali harus memilih berjalan kaki.

Sepanjang perjalanan, Sarah hanya bisa menangis dan berzikir. Mencoba berdamai dengan hati dan juga keadaan yang Ia lalui saat ini. Sarahpun sangat bingung, apa nantinya yang harus ia jelaskan pada kedua orang tuanya jika ternyata suaminya Anton, juga mertuanya telah mengusir ia dari rumah mereka?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MEMILIH BERPISAH   Bab 23 Bu Ratna meninggal

    hari demi hari, Sarah di Taiwan semakin berat. Ia bekerja sebagai asisten rumah tangga, mengurusi seorang nenek lansia yang sudah tidak bisa lagi berjalan. Sarah harus memandikan dan membersihkan kotoran nenek itu setiap harinya, belum lagi mengurusi pekerjaan rumah, dan lain-lain. Apalagi majikannya tidak mengizinkannya untuk menggunakan mesin cuci, apalagi untuk sarapan, ia hanya diperbolehkan majikannya mengkonsumsi sepotong roti saja, dengan dalih harus hemat. Sekarang tubuhnya makin kurus. Kelelahan sering membuatnya jatuh terduduk di lantai Namun setiap kali hendak menyerah, ia selalu mengingat wajah Saka."Aku harus kuat demi Saka… demi Anton… demi keluarga," gumamnya sambil menahan air mata.Suatu malam, Sarah menerima kabar dari Pak Yusuf. Suara bapaknya serak, terdengar menahan tangis.“Sar… bapak nggak tahu harus bilang apa. Ibukmu makin parah keadaannya. Hampir tiap malam ia duduk di pos ronda, nyebut-nyebut nama Saka. Orang kampung udah kasihan banget lihatnya. Kadang i

  • MEMILIH BERPISAH   Bab 22 Mulai ragu

    Angin malam mulai berhembus, terasa sangat dingin menembus tulang, apalagi sore tadi hujan turun. Di rumah kontrakan Bu Dewi terasa lengang. Hanya lampu neon tua yang menggantung di ruang tamu, memantulkan cahaya redup ke wajah Anton yang murung. Lelaki itu duduk bersandar, rokok yang sudah padam masih terjepit di jarinya. Pikirannya kacau. Hubungan gelapnya dengan seorang perempuan seksi yang semula ia anggap pelarian dari kesepian, baru saja berakhir. Wanita itu memilih pergi. Anton merasa hampa, kecewa, dan marah pada keadaan. Meskipun awalnya hanya pelarian, nyatanya Sri mampu mengisi sela-sela di hatinya. Hingga ia melupakan istri sahnya, yaitu Sarah al ghina.____Sarah, istrinya adalah Perempuan sederhana yang kini bekerja sebagai TKW di Taiwan. Hampir tiga tahun Sarah berada di negeri orang, menahan rindu demi bisa membiayai keluarga kecilnya. Sarah rutin mengirim uang untuk kebutuhan rumah, termasuk biaya sekolah anak-anak. Tapi apa yang ia dapat? Anton justru mencari penghib

  • MEMILIH BERPISAH   bab 21

    Sore itu, di warung kecil dekat sawah, Sri menatap Anton dengan wajah muak. Tangannya melipat dada, matanya menatap tajam.“Ton, aku sudah pikir panjang. Aku nggak bisa terus sama kamu.” ucap Sri tegasAnton menunduk, pura-pura tidak paham.“Kenapa lagi, Sri? Kamu nggak percaya sama aku?”Sri menyeringai “Percaya? Gimana aku mau percaya, kalau kamu cuma modal mulut manis. Kamu janji macam-macam, bilang udah ceraikan istrimu, bilang mau nikahin aku. Tapi kenyataannya? Kamu masih nganggur, tinggal numpang sama ibumu. Kere, Ton! Aku capek denger janji doang.”Anton terkejut, dadanya panas.“Sri! Kamu hina aku? Apa cuma uang yang kamu lihat dari aku?” “Aku butuh hidup layak, Ton. Bukan laki-laki pemalas yang cuma bisa minta dari istrinya di luar negeri. Kamu pikir aku mau jadi kayak Sarah itu, kerja banting tulang sementara kamu ongkang-ongkang kaki?”Kata-kata Sri seperti pisau menusuk harga diri Anton. Ia mengepalkan tangan, tapi tak bisa menyangkal.Anton yang berusaha menahan emosi “

  • MEMILIH BERPISAH   BAB 20

    Mobil bus terus melaju menuju kota B, di mana kota B itu menjadi titik kumpul mereka. Titin masih berpikir bagaimana caranya membuktikan pada Sarah. Di satu sisi ia tidak ingin ikut campur urusan urusan Sarah, di sisi lain ia juga iba dengan wanita sebaik Sarah yang harus tersakiti hatinya terus-menerus."Aku akan buktikan!. Ya, aku harus cari buktI" Ucap Titin lirih.Wanita itu melihat Sarah yang tersenyum sepanjang perjalanan dalam bus. Bertambahlah rasa iba dalam diri Titin terhadap wanita yang bernama Sarah itu. "Mba Titin, kok jadi gantian ngelamun, sih?." ucapan Sarah membuat Titin terkejut. Titin kembali tersenyum getir."Bukan kenapa-kenapa, mba. Cuma ada sedikit masalah keluarga aja.""Hmm, semoga masalahnya cepat terselesaikan ya, Mba." timpal Sarah lagi.TItin hanya membalas dengan anggukan kepala.*****Sesampainya di Taiwan, Sarah segera menghubungi Ratna dan Yusuf. Bagaimana pun juga tentu ia rindu dengan buah hatinya.Tut .... tut ...Pangggilan pertama Sarah tidak

  • MEMILIH BERPISAH   BAB 19

    "Sudah siap, sayang?" ucap Anton cepat."udah dong, Sayang. Liat aku mas, aku udah cantik belum?" Tanya Sri manja."Tentu pacar mas Anton cantik sekali." Jawab Anton sambil mentoel dagu wanita itu."Mas Anton bisa aja, Sri jai tambah sayang" Balas Sri menggombal.Anton membawa Sri jalan dan makan di sebuah kafe yang paling bagus di desa itu. Pelayan kafe datang membawa menu makanan. Anton memperhatikan setiap harga yang tertera dalam daftar menu. Untuk air putih saja di bandrol dengan harga seribu rupiah, sedangkan menu yang lain seperi nasi goreng, mie goreng di hargai dengan dua puluh lima ribu rupiah."Sial!" batin Anton.Anton menjadi tidak tenang duduknya, ia takut Sri memesan yang aneh-aneh dan ngambek jika tidak dituruti."Mas, mau pesan apa?" tanya Sri tersenyum."Kamu aja dulu, sayang. Mas udah makan tadi" jawab Anton beralibi.Padahal bukan karena Anton sudah makan, melainkan ia hanya punya uang lima puluh ribu rupiah di dompetnya. Jika ia juga ikut memesan sebelum Sri, ia

  • MEMILIH BERPISAH   BAB 18

    "Rah, kamu dengar ibu?" Tanya Ratna lagi."Dengar, Bu." Jawab Sarah sambil menarik nafasnya, " Tapi ini demi kebaikan Saka, Bu. Supaya Saka dapatkan kasih sayang dari mas Anton, selaku ayah kandungnya." Jelas Sarah lagi.Padahal Anton belum datang ke rumah Ratna mengambil Saka, hanya sekedar berita keinginan yang disampaikan Sarah. Tapi Ratna sudah begitu sangat sedih hatinya. Ia sangat takut jika harus dijauhkan dari Saka. Karena selama ini, Ratna lah yang selalu mengurusi Saka penuh kasih sayang."Tapi ...," Ucapan Ratna terhenti.Semuanya tidak baik-baik saja, apalagi hatinya saat ini. Berucap dan membujuk pun rasanya percuma, seperti kesia-siaan saja. Ratna putuskan untuk tidak berbicara lagi, ia pasrahkan semuanya pada Tuhan.Yusuf tahu istrinya sedang tidak baik-baik saja, pun ia juga sama. Sama sedihnya jika haru berpisah dengna sang cucu. Tapi Yususf jelas berpikir logika, semuanya demi 'Saka'. Yusuf rangkul tubuh istrinya yang tengah menangis sesugukan dan berusaha menenang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status