Share

MEMILIH BERPISAH
MEMILIH BERPISAH
Author: Ray

BAB 1 : Dibuang

“Pergi kau dari rumah ini! Kau pasti hamil anak majikanmu!!!. Jangan pernah mengaku-ngaku hamil dengan anakku. Aku sangat yakin anak yang kau kandung bukanlah cucuku.” Ucapan Dewi, Ibu mertua Sarah seperti hailintar yang menyambar sangat keras dan berhasil memporak-porandakan hati sarah.

Sarah yang kini tengah hamil usia enam bulan kandungannya, berusaha kuat menahan tangis. Setiap lentera matanya basah, Ia mencoba sekuat tenaga menahan agar bulir bening itu tidak tumpah.

“Bu... Aku benar-benar hamil anak Mas Anton Bu. Aku tidak pernah berselingkuh dengan siapapun” Jawab Sarah sembari bersimpuh di bawah kaki Dewi, Ibu mertuanya.

Tidak ada lagi rasa enggan dan gengsi dalam dirinya demi hanya mendapatkan pengakuan suami dan mertuanya. Meskipun saat ini seluruh tetangga berkumpul dan memasang pandangan mata sinis dan jijik terhadapnya.

“Jangan banyak omong kamu. Kami semua tidak percaya dengan kata-katamu.” Sahut lelaki yang bertubuh tinggi, dengan kulit sawo matang. Dialah Anton lelaki yang berstatus suami sah Sarah.

Mata Anton memerah dipuncak emosi melihat istrinya yang kini pulang dari Taiwan ternyata tengah hamil enam bulan. Lelaki itu menarik tubuh Sarah dan mendorongnya menjauhi kaki Dewi, ibunya.

“Penampilan boleh sok polos, tapi ternyata tukang selingkuh. Sampai hamil pula,” Imbuh Ros, wanita yang bertubuh kecil dengan rambut ikal, dialah adik ipar Sarah.

“Mas Anton, tolong percaya padaku Mas” ucap Sarah memohon dan berusaha menggenggam tangan suaminya. Agar Anton mau mempercayainya.

“Lepaskan tanganmu yang hina itu. Haram kau menyentuhku. Aku tidak sudi beristrikan seorang wanita pelac*r yang tukang selingkuh sepertimu.” Jawab Anton cepat sehingga berhasil membuat hati Sarah hancur dan remuk berkeping-keping.

Sedari tadi Sarah yang berusaha menahan air matanya agar tidak tumpah, ternyata telah gagal menguatkan hatinya. Apalagi sang suami yang sangat Ia cintai ternyata menolak mempercayainya, dan bahkan tega mencemooh juga mengatai bahwa dirinya seorang pelac*r.

Hati siapa yang tidak hancur jika demikian?

“Nak, Kamu harus kuat sayang” ucap Sarah lirih mengelus perutnya yang mulai membesar. Sedangkan air matanya terus saja berjatuhan tanpa henti.

Sarah mengelus dadanya yang terasa semakin sesak, seperti remuk dan kecewa. Ia berusaha berdiri meski tubuh semakin lemah. Ia menatap nanar ke arah suami dan Ibu mertuanya.

“Jangan berdrama menangis di hadapanku. Sampai kapanpun aku sudah tidak sudi menerimamu sebagai menantu. Pergi kau dari rumahku!” bentak Dewi kembali pada Sarah.

BRAK!

Anton tanpa rasa kasihan melemparkan koper Sarah. Hingga pakaian yang di dalamnya berhamburan ke luar.

“Pergi kau wanita Jal*ng” Umpat Anton dengan mata membelalak. Seperti seekor singa yang ingin memangsa binatang buruannya.

“Sudah Mas, Bu ... kita tinggalkan saja wanita pel*cur ini di sini. Lebih baik kita santai dan nonton TV di dalam, dari pada buang-buang waktu untuk dia,” Ajak Rina sinis sambil menunjuk ke arah Sarah.

Tetangga yang sedari tadi melihat apa yang tengah dilakukan Anton dan keluarganya, tidak ada seorangpun yang mau membantu Sarah. Semua berbondong-bondong menyaksikan seperti sebuah pertunjukan gratis yang tidak boleh dilewatkan.

Bulir-bulir bening terus saja mengalir dari kedua sudut mata Sarah. Sarah terus saja memegang dadanya yang semakin sesak menahan rasa sakit di hati. Dengan berat hati, Sarah berusaha tegar sambil mengumpulkan pakaian-pakaiannya yang telah berserakan di lantai dan menatanya kembali ke dalam koper.

Jeder!!! Anton membanting pintu dan membiarkan Sarah di luar rumah padahal hari sudah mulai malam.

"Astaghfirullah," ucap Sarah seketika karena terkejut.

“Mas, tolong buka pintunya Mas. Sekarang sudah malam Mas. Aku ke mana malam-malam begini Mas? kasian anak kita Mas. To-long jang-an usir Aku Maas.” ucap Sarah terus mengetuk pintu sambil terisak.

"Dasar wanita tidak tahu malu! sudah berselingkuh sampai hamil masih saja berani menampakkan wajah di depan suaminya. Sial sekali Anton punya istri seperti Sarah," umpat seorang tetangga.

"Amit-amit jabang bayi punya mantu seperti Sarah. Bisa sial tujuh turunan keluargaku," imbuh seorang tetangga lainnya.

Sarah tidak peduli lagi sedikitpun dengan bisikan tetangga yang samar sangat melukai hati dan telinganya.

“Kau kejam Mas, kau tega membuangku di usia 7 bulan pernikahan kita. Di saat aku benar-benar telah hamil anakmu” ucap Sarah lirih sambil mengelus perutnya yang buncit.

Sarah hanya bisa berharap agar bayinya yang berada dalam kandungan tidak merasakan sedih seperti yang Ia rasakan saat ini.

"Tetap kuat ya sayang. Ibu akan selalu jagain kamu."

Dengan langkah kaki terseok-seok. Sarah berusaha menguatkan tubuh dan kakinya. Iapun memilih pergi menjauhi rumah Ibu mertuanya. Rumah yang tujuh bulan lalu memberikan kenangan yang sangat indah, Namun di rumah ini juga yang hari ini menorehkan luka yang teramat sangat hingga ke dasar hatinya yang paling dalam.

“Tuhan, tolong dan kuatkan hatiku” lirih Sarah terus saja berdoa.

Tidak bisa Ia pungkiri, hari ini adalah hari di saat Sarah berada pada titik hati yang begitu hancur lebur. Di buang begitu saja dan juga dihina bak seonggok kotoran yang sangat menjijikkan.

Jika Tuhan tidak memberikan Sarah kekuatan hati, tentu bunuh diri adalah jalan yang saat ini akan Ia tempuh.

Sarah mulai merogoh saku gamis panjangnya. Mencari pundi-pundi rupiah demi sekedar membeli tiket Kereta menuju Rumah orang tuanya.

“Alhamdulillah, masih ada 58 ribu,” batin Sarah merasa sangat bersyukur.

Apakah Sarah mampu bertahan sampai ke rumah orang tuanya?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status