Share

MABUK

"Kembalilah pulang dan maafkanlah ayah, dirinya merindukanmu dan dia juga menunggumu untuk menyetujui pernikahannya."

Wajah Rafael berubah saat mendengar perkataan kakaknya yang mengatakan bahwa ayahnya ingin menikah lagi. Geram dengan hal itu dirinya langsung mengacak rambutnya dan berdiri dengan emosi yang memuncak. Sang kakaknya Railine kaget melihat sikap adiknya kemudian ikut berdiri namun saat dia memegang pundak sang adik, Rafael pergi berlari keluar rumah.

Saat ini Rafael sedang berada dalam mobil dan menyetir dengan ugal-ugalan. Tujuannya hanya satu, yaitu pergi ke rumah ayahnya. Tak peduli para pengguna kendaraan lain yang dari tadi mengklaksonnya. Sampailah di sebuah rumah besar, saat memasuki perkarangan rumah dirinya langsung disambut para penjaga-penjaga rumah. Rafael tak mengindahkan semua itu, dirinya hanya fokus berjalan dan menemui ayahnya yang sedang duduk disofa sambil membaca koran. Dirinya langsung berdiri di hadapan sang ayah dan menatap dengan tatapan tajamnya.

"KAU INGIN MENIKAH LAGI? SETELAH PERBUATAN MU YANG MEMBUAT IBUKU MENINGGAL? KAU MEMANG BRENGSEK!"

Dirinya berteriak tepat didepan ayahnya dengan emosi yang meluap-luap. Sedangkan ayahnya hanya tersenyum dan berjalan memutari dirinya sambil mengusap-usap dagu. Ayahnya mengambil kopi yang terletak diatas meja dan menunjukkan cangkir yang berisi kopi kearah Rafael kemudian menyeruputnya. Rafael yang melihat itu semua semakin emosi. Dirinya melemparkan cangkir yang sedang diseruput ayahnya ke lantai. Cangkir tersebut telah jatuh dan juga hancur berkeping-keping. Dirinya langsung mendekat kearah ayahnya dan menunjuk wajah ayahnya dengan jari telunjuk.

"KAU BRENGSEK! TAK PUNYA HATI! IBUKU PASTI MENYESAL TELAH MENIKAH DENGAN MU!"

Setelah mengatakan semua itu dirinya langsung keluar meninggalkan ayahnya yang berdiri diam menatapnya. Dia masuk kedalam mobil dan membanting pintu saat menutup pintu tersebut. Dia mengendarai dengan ugal-ugalan, dirinya langsung pergi mencari tempat yang dapat membuat tenang pikiran.

Selepas kepergian Rafael, kakaknya Railine datang kerumah dan melihat pecahan cangkir kopi berserakan di lantai. Segera dia menyuruh pelayan untuk membersihkan kekacauan yang ada. Dirinya berjalan ke ayahnya dan bertanya apakah tadi Rafael datang kemari kemudian ayahnya mengangguk. Railine menghela nafas kasar dan duduk di sofa sebelah ayahnya duduk. Dirinya memijat pangkal hidung yang tak gatal diakibatkan pening memikirkan situasi seperti ini. Dia sudah tahu pasti Rafael datang dengan emosi saat mengetahui ayahnya berniat untuk menikah lagi.

"Adik kamu memang benar-benar bikin sakit kepala. Egois! Hanya mau menuruti kemauannya saja. Ayahnya mengatakan dengan tegas dan menatap lurus kedepan. Dirinya tahu bahwa Rafael memang keras kepala dan ayahnya juga. Namun dirinya tak terlalu mengetahui apa sebenarnya yang terjadi antara anak dan ayah satu ini. Saat itu dirinya sedang berada diluar negeri, kuliah S1. Namun saat bkembali dari luar negeri dirinya mendengar kabar bahwa ibunya telah tiada dan Rafael telah keluar dari rumah dikarenakan bertengkar dengan ayah mereka. Dirinya sempat bertanya pada ayah mereka, dan ayah nya mengatakan Rafael marah pada dirinya dikarenakan tak sempat datang mengunjungi acara pemakaman sang ibu, pada saat itu ayahnya sedang bertugas diluar kota. Awalnya Railine tak percaya dengan semua itu namun setelah dia melihat Rafael yang tak ingin meneruskan bisnis ayahnya dan sangat membenci bisnis yang ayahnya kerjakan baru lah dia percaya tentang semua itu. Ya walaupun sampai saat ini rasa curiganya masih ada, tak mungkin masalah ini bisa berlanjut lama sampai sekarang.

Keiza daritadi menghubungi Rafael yang tak kunjung mengangkat teleponnya. Dia saat ini berada dirumah Rafael bermaksud untuk memberikan obat, namun sang pemilik rumah tak ada. Padahal dia sudah mengatakan bahwa Rafael harus istirahat, mengingat perkataan dokter agar trauma nya bisa lekas membaik. Sudah lebih dari lima kali dirinya menlpon namun satupun tak diangkat. Dia memandang layar ponsel, sebuah nama terlintas dipikrannya. Dengan segera dirinya menghubungi, beberapa detik menunggu dan akhirnya tersambung juga. Dia menghubungi Railine kakaknya Rafael. Dirinya bertanya apakah Railine mengetahui keberadaan Rafael. Terdengar balasan dari Railine yang mengatakan bahwa Rafael tadi bertengkar hebat dengan sang ayah kemudian pergi begitu saja. Railine juga memberitahu bahwa biasanya jika Rafael sedang emosi dirinya akan melampiaskan dengan cara bermabuk-mabukan disebuah club. Keiza meminta alamat club tersebut agar dia menjemput Rafael.

Rafael saat ini tengah duduk disofa bar sambil menegak minumannya. Dirinya saat ini benar-benar kacau, terlihat dari penampilannya yang acak-acakan. Dirinya memesan wine kembali pada bartender. Pikirannya sedang kacau, saat ingin meminum wine, seseorang mengambil wine dari tangannya dan melemparkan wine tersebut kelantai. Semua orang yang berada di club tersebut memperhatikan mereka. Rafael mencoba melihat siapa orang yang berani mengganggunya dan ternyata Keiza lah orang itu. Dirinya berdiri dengan sempoyongan sambil tertawa kemudian menatap tajam kearah Keiza.

"Ck kau lagi ternyata. Gak capek ngikutin mulu hah? MUAK LIHAT KAU BITCH!!!" Rafael berteriak pas di muka Keiza. Sedangkan Keiza hanya menutup matanya, dia tahu bahwa saat ini Rafael sedang mabuk dan ngelantur. Dirinya memaksa Rafael untuk keluar dari gedung. Rafael tak mengikuti perkataan Keiza, dirinya berusaha pergi ke bartender dengan sempoyongan berniat untuk memesan wine kembali. Baru beberapa langkah dirinya sudah ditarik Keiza untuk pergi, tetapi saat mereka berdua hendak meninggalkan club, beberapa pria berbadan kekar menghadang mereka. Pria-pria trsebut mengatakan bahwa Rafael belum membayar minuman-minuman yang diminumnya. Mereka mengira bahwa Rafael dan dirinya berniat kabur melarikan diri. Keiza bingung harus bagaimana saat melihat bill yang diberikan padanya. Rafael menatap kedua pria tersebut dan berjalan mendekati.

"HEI!!!! Kau... dan kau... hahaha badan mu saja yang besar tapi ototmu tak sekuat ku." Keiza langsung mengambil alih tubuh Rafael. Dirinya memikirkan sesuatu dan langsung saja tangannya menyusup ke saku celana Rafael. Perasaan gugup timbul namun dirinya membuang jauh-jauh pikirannya kemudian dia mengambil dompet yang ada disaku Rafael dan mengambil beberapa lembar uang. Keiza memberikan uang tersebut ke pria yang ada dihadapannya kemudian membawa pergi Rafael keluar club.

Rafael saat ini sudah tak sadarkan diri, Badannya yang kecil harus membawa badan besar tengah berada dalam pelukannya. Dia melihat langit yang sudah mendung. Jalanan tampak sepi, tak ada satupun kendaraan umum yang berlalu lalang. Dirinya meraba saku celananya dan mengambil ponsel. Ternyata ponselnya habis baterai. Dia menghela nafas berat sambil menatap lurus kearah jalanan. Sekarang dia tak tahu bagaimana caranya untu pulang. Hanya satu cara yang tersisa, yaitu berjalan kaki. Tanpa basa-basi dirinya pun berjalan sambil menggendong Rafael diatas punggungnya. Angin mulai berhembus kencang dan udara dingin mulai menembus kulitnya.

"Ma..."

"Bangun ma..."

"Rafael kangen mama..."

Keiza tertegun mendengar racauan Rafael. Apa sebenarnya yang terjadi? Apa ini semua ada sangkut pautnya dengan trauma. Dirinya melihat sebuah taxi melintas, dia menghentikan taxi tersebut. Berusaha untuk memasukan Rafael yang sudah tepar tak sadarkan diri. Didalam taxi Keiza melihat wajah kalem Rafael, dirinya mengusap keringat yang ada dikening Rafael. Pikirannya melayang pada racauan dan telepon Railine tadi. Menghubungkan semua pemikiran-pemikirannya. Rafael terusik dan memeluk tubuh Keiza, dirinya kaget namun luluh saat melihat wajah tenang Rafael.

Dirinya telah sampai dirumah Rafael, dia membopong tubuh Rafael kedalam kamar. Saat mencoba membantu ke tempat tidur, kakinya tak seimbang menahan berat tubuh Rafael dan mereka berdua jatuh ketempat tidur. Keiza membelakan matanya saat dirinya sangat dekat dengan Rafael. Mencoba melepaskan eratan itu namun Rafael semakin mengeratkan eratannya. Keiza melihat wajah Rafael yang semakin dekat padanya sambil memajukan bibirnya. Dirinya membulatkan matanya dan meninju perut Rafael dengan keras kemudian langsung bangkit berdiri. Dia merasakan getaran di saku celananya dan ternyata itu panggilan dari Sam. Segera dirinya mengangkat ponsel dan berjalan keluar meninggalkan kamar Rafael. Dirinya baru mengingat bahwa telah berjanji untuk pergi makan malam bersama Sam dan lainnya. Dia melihat jam diponsel kemudian segera pergi meninggalkan Rumah Rafael.

Sam saat ini sudah berada di sebuah kafe yang bernuansa alam. Jadi view kafenya nya ini alami seperti sedang berada di alam lepas. Sam saat ini bersama temannya yang bernama Steven. Steven ini adalah anak dari pemilik kafe yang setiap saat Sam pakai buat manggung. Steven memiliki lesung pipi membuat dirinya digundrungi banyak wanita dan tentu saja Steven merespon wanita-wanita tersebut yang membuatnya dikenal sebagai lelaki buaya darat. Sam terus menerus melihat ponsel dan kepalanya melihat sekitar, tampak sedang menunggu kehadiran seseorang. Terlihatlah dua orang perempuan yang sedang menunjuk kearahnya, langsung saja melambaikan tangan bermaksud untuk memberitahu keberadannya.

"Sorry telat Sam, oh ya masih ingatkan ini temanku waktu itu." Sam mengangguk sambil tersenyum kearah Amanda.

"Hai kenalin Amanda, masih inget gak ya samaku? hahaha." Perkenalan diri Amanda diakhiri tawa kecil. Sam menerima jabat tangan Amanda dan ikut tertawa juga. Suara deheman terdengar dan fokus mereka langsung beralih ke suara itu. Ternyata yang berdehem ialah Steven sahabat Sam. Steven menatap datar kearah Sam yang saat itu juga sedang menertawainya sambil mengatakan maaf. Sam langsung merangkul pundak Steven. Saat ingin memperkenalkan temannya, Steven menyela dan langsung mengulutrkan tangan ke Keiza dan Amanda.

"Kelamaan kau Sam, hei ladies kenalin abang tampan namanya Steven." Amanda duluan mengulurkan tangannya dan memperkenalkan diri. Steven tersenyum kaku dan berusaha melepaskan jabat tangan Amanda yang terlalu erat. Saat berhasil terlepas Steven buru-buru mengelus tangannya yang merah akibat eratnya jabat tangan Amanda. Kemudian dirinya langsung mengulurkan tangan kearah Keiza dan dibalas olehnya. Agak lama namun langsung ditepis oleh Sam. Akhirnya mereka duduk, memesan makanan sambil mengobrol santai.

Saat ini Rafael terbangun dari tidurnya. Dirinya memegang kepalanya yang terasa pusing dan saat ingin bangkit dari tidur dia merasakan perutnya sangat sakit seperti habis di tonjok.

Berjalan ke kamar mandi dan mengingat hal apa saja yang dilakukannya semalam. Bermula ugal-ugalan di jalanan kemudian ke club mabuk dan Keiza datang menjemputnya. Dia membelakan matanya saat mengingat perilaku konyol yang dilakukannya waktu itu. Dia memeriksa jam di ponsel nya yang sudah menunjukan pukul setengah tujuh pagi. Berjalan kedapur dan mengambil beberapa minuman dingin kemudian membawanya ke dekat piano. Dirinya mengambil kertas yang berisi lirik lagu yang diciptakannya mencoba bernyanyi sambil memainkan piano. Menikmati lirik dan juga nada yang dinyanyikannya. Hingga di nada tertinggi Rafael tak sampai menyanyikannya dan menjadi batuk. Namun dirinya tak menyerah dirinya mengulang kembali lagu tersebut namun saat di nada tertinggi dirinya tetap tak bisa menjangkau nada itu. Kebetulan Keiza baru masuk kedalam rumah dan melihat Rafael yang terlihat batuk-batuk dengan segera dirinya mendekat dan mengambilkan teh hangat kepada Rafael.

Rafael terlihat menatap kosong kertas yang berisi lirik lagu, kemudian mengacak-acak rambutnya secara kasar. Dirinya memaksa kembali untuk menyanyikan lagu tersebut. Keiza mencoba menghentikannya namun diabaikan oleh nya. Rafael menekan tutsbpiano secara keras menimbulkan bunyi keras. Rafael terlihat frustasi dan meminum teh untuk menenangkan dirinya. Keiza menatapnya dan memberitahu bahwa lima hari lagi Rafael akan ikut dalam sebuah acara dan untuk pilihan lagu sudah ditentukan oleh perusahaan. Rafael menggeleng dan mengatakan bahwa akan membawakan lagu yang baru dinyanyikannya ke acar tersebut. Keiza mencoba memberikan penjelasan bahwa lagunya itu tak cocok untuk dirinya sekarang. Setelah melihat semua hal yang barusan terjadi tak memungkinkan Rafael menyanyikan lagu pilihannya.

"No matter what, I will sing with this song. Tak ada yang berhak melarangku." Rafael langsung naik ketas dan masuk kedalam kamar. Keiza menghembuskan nafasnya lelah dengan Rafael yang begitu batu. Keiza berjalan keluar dan menghentikan taxi.

Sampailah dirinya di perusahaan, dan melihat Sam berada di depan meja resepsionis, dirinya menghampiri. Dia bertanya apa yang sedang dilakukannya disini, Sam mengatakan dirinya diminta untuk ikut bernyanyi di sebuah acara lima hari lagi, Keiza kaget dan langsung melihat map yang dia pegang sejak tadi. Mencari sesuatu dan ya ketemu nama Sam di data tersebut. Keiza tersenyum lebar dan tak sengaja memeluk Sam secara reflek. Dirinya mengucapkan selamat kepada Sam. Namun yang dipeluk mendadak tubuhnya kaku, tak tahu namun ada perasaan yang berbeda. Keiza melepaskan pelukannya kemudian tersenyum, Keiza tak tahu bahwa saat ini hatinya sedang tak karuan saat dipeluk seperti tadi. Namun perhatian keduanya teralihkan oleh suara panggilan dari salah satu staf yang memanggil Sam untuk segera pergi menemui Pak Andika dan tuan Clark. Sam meminta ijin pada Keiza untuk pergi deluan, Keiza mengangguk dan melambaikan tangannya kearah Sam. Setelah benar-benar tak terlihat lagi, Keiza langsung berjalan kearah meja kerjanya.

Rafael saat ini sedang berbaring lemas di sofa. Semenjak Keiza pergi dirinya batuk-batuk dan juga kehilangan energinya. Berjalan turun ke lantai bawah dan berakhirlah dirinya di sofa. Ingin mengambil ponselnya yang berada di lantai atas sangat susah rasanya mengingat dirinya lemas seperti ini. Akhirnya dia hanya bisa menunggu seseorang yang datang ke rumahnya walaupun tak tahu kapan. Rafael tertidur sambil terbatuk-batuk. Benar-benar tak nyaman dengan kerongkongan yang sakit dan energi yang mendadak habis membuatnya tak berdaya kemanapun

Waktu terus berputar dan sekarang sudah sore hari Keiza saat ini ingin pulang kerumah namun entah mengapa hatinya mendadak gelisah dan teringat dengan Rafael. Menghentikan taxi dan meminta taxi tersebut membawanya pulang kerumah dirinya. Diperjalanan bayangan Rafael menghantuinya membuatnya berubah pikiran dan meminta tolong sang taxi mengubah alamat tujuannya menjadi alamat rumah Rafael. Ya alamat dirinya dengan rumah Rafael cukup jauh membuatnya memakan waktu lumayan lama. Saat sampai dirinya segera turun dan tak lupa membayar ke supir taxi. Saat di parkiran dia melihat jam ditangannya dan menunjukan pukul tujuh lebih sepuluh menit. Dirinya berjalan memasuki rumah Rafael. Saat membuka pintu rumah, dia melihat Rafael yang sedang berbaring di sofa mengira Rafael sedang tidur. Namun saat dirinya ingin membuka pintu berniat untuk pulang, suara Rafael terdengar membuatnya berlari mendekati Rafael dan memegang kening yang terasa sangat panas.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status