Home / Romansa / MENIKAH TERPAKSA / PERTEMUAN DI KAFE

Share

PERTEMUAN DI KAFE

Author: Ishokuiki
last update Last Updated: 2021-03-15 11:12:41

Hendra melajukan hardtopnya. Menyisir jalan yang diterangi lampu-lampu lalu lintas. Menuju kafe, tempat dia akan bertemu dengan seseorang. Tak peduli dengan udara malam yang menusuk hingga ke tulang sumsum. Lelaki itu terus menancap gas seolah-olah ingin segera tiba di tempat tujuan.

Sesampainya di  kafe, Hendra segera memarkir mobilnya dengan sempurna di halaman. Tampak di sana masih banyak pengunjung yang datang. Terlihat dari beberapa kendaraan yang terparkir dan riuh gelak tawa pengunjungnya. Karena tempat ini memang buka hingga larut malam.

Tempat dengan bangunan yang sederhana namun mempunyai sentuhan artistic. Mulai dari hiasan hingga kursi dan mejanya semua dibuat dari bahan daur ulang. Namun, tak menampakkan bahwa itu dari barang-barang bekas yang mereka sulap menjadi furniture yang indah dan berkelas. Di dalam ruang yang beraroma kopi, Hendara mengedarkan pandangan. Mencari sosok yang telah mengarahkan dia ke sini.

"Hendra!" Terdengar suara wanita memanggil nama laki-laki itu. Hendra menoleh untuk mencari sumber suara tersebut.

Hendra melempar senyum saat dia menemukan siapa yang memanggilnya tadi. Dan menghampiri sosok wanita yang tengah duduk di pojok ruang, dekat jendela. Secangkir Coffee Latte dan sepotong roti yang tinggal setengah menemaninya.

"Sori telat," ucap Hendra basa basi sambil menggeser kursi dan duduk di hadapan wanita itu persis di sebelahnya. Menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi. Sambil melipat tangan dan menatap teman wanitanya di seberang meja.

“Endak kok, Hen. Kamu ndak telat. Cuma aku saja yang kecepatan di sini,” jawab wanita itu sambil memalingkan wajah. Seolah-olah sedang menyembunyikan sesuatu di sana.

Hendra merogoh tas slempangnya untuk mencari rokok yang dia simpan. Kemudian, mengambil sebatang dan menyalakan setelah menemukannya. Mengisap dalam asapnya lalu diembuskan bersama beban yang terasa sesak hinggap di dada.

“Lalu, ke mana saja selama ini kamu, May? Tim kita bingung nyari kamu. Selama ini ndak ada yang bisa mengerjakan kerjaan semumpuni kamu. Semua angkat tangan.” Hendra membuka pembicaraan setelah beberapa menit mereka saling terdiam.

“Maafkan aku, Hen. Aku, sibuk. A-ada kerjaan di tempat lain,” jawab wanita itu sedikit tergugup. Sambil menundukkan wajahnya kembali, setelah menatap Hendra sebentar. Seolah-olah dia tak ingin Hendra melihat matanya yang mulai berembun.

Wanita itu ternyata Maya Rinjani. Perempuan yang menjadi pilihan Hendra. Namun, apa mau dikata, keadaan berkata lain. Hendra harus mau menikahi Lita Ariani Puspita, wanita pilihan kedua orang tuanya.

“Sibuk? Di tempat lain? Jadi … kamu sekarang ….”

Maya mengangguk sebelum Hendra menyelesaikan kalimatnya. “Ya, aku sedang mencoba mencari kesibukan di tempat lain. Karena, selain aku ndak bisa terus-terusan di ‘Kenangan Manis’. Jadi, ndak ada masalah, kan? Toh aku bebas menentukan pilihan. Ndak ada yang bisa mengikatku.” Maya mengangkat kepalanya. Menatap Hendra yang menerawang keluar jendela.

Ya, sekarang situasinya sudah berbeda, Hen. Aku ndak pengen Lita terluka hatinya karena aku menjadi duri dalam pernikahanmu. Dan, aku ndak pengin jadi cemburu karena melihat kamu dan Lita saling bergandengan ketika berada di sebuah acara. Aku ndak pengin, hati ini pun semakin hancur karena melihat keharmonisanmu. Aku ndak sanggup melihat itu. Hati Maya berkata.

“Tapi, kata Trisno kemarin dia sudah dapat penggantiku to, Hen. Rose, itu kerjanya juga bagus. Dia sudah aku training sebelumnya,” lanjut Maya menggenapin kalimatnya. Berangsur-angsur dia mulai bisa mengusai perasaannya.

“Ya, aku paham. Tapi ndak kayak gitu juga caranya. Mbok ya ngomong sebelumnya. Biar tim ndak snewen nyari-nyari kamu. Kerena kerjaan yang seharusnya kamu handle, belum ada yang bisa diselesaikan,” tegur Hendra mencari alasan. Padahal dalam hatinya dia tak ingin Maya meninggalkannya.

“Maaf, aku salah,” ucap Maya menyesal sambil memainkan sendok, mengaduk-aduk minumannya untuk menghilangkan rasa yang tak menentu dalam hatinya.

Beberapa menit tak terdengar mereka saling bicara. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Sibuk dengan syair yang mengalun di dada. Debaran jantung berdegub tak beraturan. Membuat mereka larut dalam hatinya masing-masing pula.

"May, bagaimana kalau rencanamu untuk meninggalkan ‘Kenangan Manis’, ditunda dulu. Please! Jangan pergi! Aku belum siap untuk itu." Hendra memecah kesunyian di antara mereka berdua. Memohon pada wanita itu yang tak lain adalah kekasihnya.

"Ini hanya soal waktu saja. Aku janji. Secepatnya aku akan menikahimu," lanjut Hendra. Dia menatap mata Maya Rinjani dalam. Meraih tangan wanita itu dan menggenggam dengan kedua tangannya. Memohon agar dia mengurungkan niatnya.

"Menikahiku? Sebagai apa, Hen? Madu? Atau, sekadar simpananmu?" Perempuan itu membalas tatapan Hendra. Tampak semakin tegar, tak terlihat lagi embun yang menyelimuti netranya. Sepertinya dia sudah siap untuk pergi meninggalkan pria itu.

"Please, May. Please. Aku serius. Aku pasti menikahimu!" tukas Hendra semakin gelisah. Merasa takut wanita itu akan benar-benar meninggalkannya.

Maya tersenyum tipis. Tampaknya dia meragukan janji Hendra. "Sudahlah. Lebih baik kamu kembali saja ke istrimu. Kita ndak bisa seperti ini terus. Bersikaplah lebih dewasa, Hen."

Sesaat hening. Hanya suara musik tak bersyair mengalun lirih dalam kafe. Maya menarik tangannya dari genggaman Hendra. Pelan.

"Kasihan istrimu. Dia lebih membutuhkan kamu, Hen. Aku, ndak pengin menjadi duri dalam rumah tanggamu. Biarkan aku pergi, membuka lembaran baru tanpa bayang-bayang kamu." lanjut Maya.

Hendra merasakan ruang kafe serasa menyempit, menghimpit tubuhnya. Hingga membuat dada lelaki itu menyesak, tersumbat oleh kalimat yang baru saja keluar dari mulut Maya.

Maya kembali mensesap Coffee Lattenya hingga tandas. Kemudian, dia berdiri dan mendekati Hendra. Lalu, menepuk bahu lelaki itu.

"Setelah ini, tolong jangan pernah lagi mencariku. Kasihan istrimu." Maya melangkah melewati Hendra, meninggalkan lelaki yang dulu pernah mengisi hatinya. Walau sebenarnya hati wanita itu hancur, tapi dia harus bisa menerima kenyataan. Bahwa, ia tak diharapkan oleh orang tua lelaki yang selama ini ia cintai. Bila itu dipaksakan, dia tak ingin akan terjadi konflik dalam rumah tangganya kelak. Apalagi mengingat strata mereka sangat jauh berbeda. Tentu istilah kuno itu masih melekat pada jiwa mereka. Bibit, bebet dan bobot, menjadi sebuah alasan mereka untuk menyekat sebuah keberadaban.

Maya melangkah keluar kafe dengan membawa sejuta sembilu yang telah mengoyak hatinya. Berkali-kali dia mengusap mata yang mulai tak bisa membendung airnya. Meluap membasihi pipi wanita itu. Dia tak peduli dengan mata pengunjung kafe yang memergokinya menangis. Ia terus melewatinya hingga halaman kafe.

Hendra masih terpaku di kursi. Mencoba mencerna kata demi kata yang terucap dari bibir Maya. Dia tak menyangka wanita itu akan mengambil keputusan seperti ini. Padahal, dia mendirikan studio ‘Kenangan Manis’ ini bersamanya. Semua konsep dibuat oleh Maya. Sehingga rasanya tak mungkin wanita itu akan meninggalkan dia begitu saja. Hendra tak habis pikir hal ini akan terjadi.

Kedua tangan lelaki itu memegang kepala, kemudian meremas rambut dengan kasar. "Aaahhh!" teriak Hendra. Membuat semua pengunjung kafe menoleh dan menatapnya aneh.

Hendra merasa tak enak. Tanpa basa basi. dia pun beranjak lalu melangkah keluar dengan membawa rasa yang tak menentu. Setengah berlari menyusul Maya yang tengah masuk ke dalam mobilnya. Tapi sayang, ketika Hendra sampai di halaman, Maya sudah memacu mobilnya meninggalkan kafe.

Melihat Maya sudah pergi, Hendra pun bergegas menuju mobilnya. Berniat akan mengejar wanita itu.

Bersambung ….

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MENIKAH TERPAKSA   CINTA HANYA SEBATAS ASA

    Sial! Berani sekali kecoak busuk itu melakukannya di depanku. Awas saja! Aku akan benar-benar mematahkan batang hidungnya.“Siapa dia, May? Ada hubungan apa kamu dengan kecoak itu?” tanya Hendra yang tak bisa menahan diri setelah bayangan Teddy menghilang melewati ambang pintu.“Hubungan? Hah, aku rasa itu bukan menjadi urusanmu lagi, Hen. Karena di antara kita sudah nggak ada hubungan apa-apa, bukan? Jadi, aku nggak perlu menceritakan apa pun ke kamu tentang hubunganku dengan siapa pun itu.”“Tapi aku masih mencintaimu, May. Aku rela melakukan apa pun, demi kamu.”Hendra meraih tangan Maya. Mencoba menggenggam dengan lembut. Untuk meyakinkan wanita yang berada di dekatnya.Tetapi, Maya segera menarik tangannya. Senyuman getir menghias di bibirnya. Mata yang semula bercahaya, seketika berkabut. Merasakan perih luka yang kembali menganga di hatinya.Tuhan, kenapa sembilu itu kembali menghujam jantungku?

  • MENIKAH TERPAKSA   API CEMBURU

    Bergegas Hendra menghabiskan sarapannya. Kemudian meninggalkan Lita yang masih duduk terpekur menikmati secangkir kopi susu dan roti isi selainya. Dia memerhatikan sikap Hendra yang gelisah. Makan dengan terburu-buru. Tak bisa menikmati sarapannya dengan tenang.Bisakah njenengan (kamu) mengerti perasaanku saat ini, Mas?Bagai ada yang memberi tahu, tiba-tiba Hendra mengangkat kepala. Membalas tatapan Lita yang menyorot dirinya. Mata lelaki itu membeliak, seakan menanyakan, “kenapa lihat-lihat?”Tetapi, kalimat itu tak Hendra lontarkan. Dia segera menghabiskan sisa kopi yang sudah menjadi tak panas lagi, kemudian berdiri dan meninggalkan Lita begitu saja sendirian. Tanpa ada basa-basi sedikit pun.Di bangunan yang sama saat Hendra kemarin datang menemui Maya, Hendra melihat pria yang mengantar wanita itu pulang kemarin. Tampak bersama Maya. Duduk berdekatan. Nyaris tak berjarak. Saling beradu pandang dan tawa. Terlihat sangat mesra. Memb

  • MENIKAH TERPAKSA   HATI MEREJANG

    "Asal, aku bisa selalu dekat denganmu, May." Hendra berbicara pelan di dekat telinga Maya.Hendra merengkuh bahu Maya dan melingkarkan tangannya. Senyum sinisnya kembali tersungging. Sorot matanya tertuju kepada Teddy yang masih terpaku melihat Hendra yang datang tiba-tiba.Cih! Apa maunya? Sombong sekali rupanya! Dengus Teddy dalam hati saat dia sadar bahwa Hendra tengah mengejeknya.Maya yang duduk menghadap Teddy dan kedua rekannya, tersadar. Lalu dia berdiri menyambut Hendra. Sekaligus melepaskan rengkuhan tangan Hendra dari bahunya. Dia merasa tak enak dengan situasi yang mendadak kaku."Hai, Hen," tegur Maya. “Surprise banget kamu datang ke kantorku. Silakan duduk. Mau minum apa, nih?”Maya mencoba mencairkan suasana yang sempat kaku. Dia tahu betul, kedua lelaki yang ada di hadapannya saat ini, sedang saling beradu tatapan yang penuh intimidasi. Curiga dan cemburu.Tuhan, semoga tak terjadi keributan di sini. Doa hat

  • MENIKAH TERPAKSA   MERINDU

    Hendra pergi dari kamar yang baru saja dia sewa. Dengan perasaan yang penuh emosi, dia mengayunkan langkahnya menuju meja resepsionis. Untuk mencari tahu keberadaan Maya di sini."Selamat siang, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" sapa seorang receptionist cantik dengan logat Bali. Saat melihat Hendra menghampiri meja itu."Siang juga, Mbak ...." Suara Hendra terhenti. Dia melihat ke papan nama yang tersemat di baju bagian dada kanan receptionist itu. Mencati tahu namanya."Saya Lidya, Pak," jawabnya seolah dia tahu apa yang sedang Hendra cari."Oh, ya. Mbak Lidya, bisa minta info mengenai Maya?""Ibu Maya?" tanya resepsionis itu kembali sambil menatap Hendra. Penuh curiga."Ya. Ibu Maya. Saya, teman dekatnya," jelas Hendra tanpa dimintai penjelasan. Menatap wanita itu penuh rasa percaya diri."Oh, ya. Silakan saja ke kantornya langsung, Pak," jawab Lidya gugup sambil mengarahkan tangannya ke luar lobby."Di mana kantor

  • MENIKAH TERPAKSA   BERUBAH PIKIRAN

    "Ka-kamu kerja di sini, May?" Hendra menanyakan. Maya hanya menjawab dengan senyum dan anggukan pelan."Ok, May. Aku akan menunda kepulanganku," ucap Hendra yang nyaris berbisik. “Aku pengin bersama kamu.”Maya mengernyitkan dahinya. Matanya melirik ke arah Lita yang membuang muka, menunduk saat sadar Hendra dan Maya memerhatikan dia. Sedangkan Teddy, menatap Hendra dengan rasa curiga."Bagaimana dengan istrimu?""Dia akan pulang lebih dulu," jawab Hendra memotong pertanyaan Maya. Seakan tak acuh dengan perasaan Lita saat ini."Kamu keterlaluan, Hen!" Maya menekan suaranya. Setengah berbisik. Da kesal dengan keputusan yang diambilnya. Lalu pergi begitu saja meninggalkan Hendra. Kemudian diikuti Teddy."May. May. Maya!" Dengan ragu Hendra mengejar Maya. Tapi sial, Maya lebih cepat menghilang. Bersama perginya mobil golf yang dia tumpangi."Aaahhh!" Hendra meninjukan kepalannya ke udara. Kesal untuk yang kedua kalinya, karen

  • MENIKAH TERPAKSA   TERJEBAK MASA LALU

    Seminggu di Bali. Membuat hubungan Hendra dan Lita mulai ada perubahan. Dekat. Seperti halnya suami istri pada umumnya. Dan, pengantin baru yang benar-benar baru saja melakukan bulan madunya.Memang mereka sedang berbulan madu. Tetapi mereka bukan sepasang pengantin baru. Walau kadang masih ada rasa malu dan sungkan. Terutama Lita, yang terbiasa dengan sikap Hendra yang kaku.Saat mereka akan cek out .... Hendra bertemu dengan sosok perempuan yang kembali mengungkit ingatannya. Bercakap bersama beberapa karyawan hotel. Di lobby.“Maya?” Hendra memanggilnya. Tak peduli beberapa pasang mata menatap Hendra. Karena panggilannya yang sempat mengundang pandangan itu tertuju padanya.Tak terkecuali Lita. Seketika dia mengalihkan pandangannya kepada wanita yang dipanggil Hendra dengan tatapan yang kosong.Sayangnya, Hendra tak peduli. Dia mengayunkan langkahnya untuk mendekati wanita yang dia panggil. Memastikan bahwa wanita itu ben

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status