Tabitha tersenyum miris. Bukannya memakan bekal yang ia bawa dari rumah, Tabitha malah meraih ponselnya yang sejak tadi tergeletak di meja kerjanya dan membuka salah satu akun sosial medianya. Selama ini, Tabitha hanya memanfaatkan sosial media untuk mengikuti trend terkini yang berhubungan dengan pekerjaannya di bidang kreatif itu. Namun, dalam beberapa minggu terakhir ini Tabitha mendadak semakin sering membuka second account yang sengaja ia buat untuk kepentingan pribadi.
Hal itu bermula sejak Tabitha tak sengaja melihat mantan suaminya mengunggah sebuah foto di suatu tempat yang ingin wanita itu datangi tetapi belum kesampaian. Sakha mengunggah foto pemandangan kota Yunani ketika senja. Saat matahari sudah nyaris tenggelam sepenuhnya di peraduan. Foto yang diunggah Sakha itu tidak bisa Tabitha abaikan begitu saja. Sebab, caption di unggahan itu langsung menarik perhatian Tabitha. Sakha menuliskan sepenggal lirik lagu milik Secondhand Serenade yang berjudul Your Call.
.
šµAnd Iām tired of being all alone
And this solitary moment
Makes me want to comeback homešµ
.
Tiga baris lirik itu seolah menggambarkan apa yang sedang Sakha rasakan kala mengabadikan foto itu. Dan seketika itu juga aa yang kembali patah saat Tabitha membaca sepenggal lirik itu. Tabitha seolah kembali dilemparkan ke masa-masa saat ia dan Sakha masih bersama. Saat mereka belum mengenal luka. Saat keduanya belum kehilangan satu sama lain. Saat keduanya masih bisa saling memeluk dan menguatkan ketika dunia sedang tidak berpihak kepada mereka. Saat mereka masih bisa saling menemukan ketika tersesat dalam labirin kehidupan.
Dulu, meski mereka punya segudang masalah, mereka bisa mengatasinya berdua. Meski tidak selamanya mendapatkan hasil akhir yang baik, setidaknya mereka tidak sendirian. Mereka memilik satu sama lain untuk bersandar. Mereka tidak akan merasa kesepian, karena tahu bahwa dalam keadaan paling buruk pun mereka masih punya tempat untuk pulang.
Namum, sekarang tidak lagi. Tabitha sudah kehilangan teman hidup yang ia kira akan bertahan selamanya di sisinya.
Deg.
Jantung Tabitha seolah terhenti saat melihat unggahan baru di akun pribadi milik Sakha yang sebagian besar berisi foto-foto pemandangan alam yang laki-laki itu abadikan menggunakan kameranya.
Dulu, di antara foto-foto pemandangan itu, ada Tabitha yang memenuhi setengah dari jumlah unggahan di akun milik Sakha itu. Namun, setelah pengadilan mengetukkan palu sebanyak tiga kali, meresmikan perceraian Sakha dan Tabitha, foto-foto Tabitha dihapus oleh Sakha. Semuanya. Jejaknya dalam hidup Sakha seolah dihapus hingga tak bersisa lagi.
Yang membuat Tabitha sejenak terpaku adalah lokasi di mana foto yang diunggah Sakha itu itu diambil. Tidak seperti biasanya, Sakha mengunggah sebuah foto saat laki-laki itu sedang berada di sebuah coffee shopādulu Sakha dan Tabitha hampir setiap dua minggu sekali datang ke tempat ituābersama beberapa orang yang sangat tidak asing untuk Tabitha. Mereka adalah teman-teman Sakha yang juga menjadi teman sepermainan Tabitha. Dulu. Tabitha tidak lagi bergaul dengan mereka semenjak perceraiannya dengan Sakha. Beberapa bulan setelah bercerai, Tabitha beberapa kali ia dikontak oleh salah satu dari mereka, mengajak Tabitha untuk nongkrong bareng seperti yang sering mereka lakukan. Ajakan itu langsung Tabitha tolak dengan halus.
Tabitha masih belum bisa bertemu dengan Sakha saat luka hatinya masih menganga. Ia belum siap jika harus bertatap langsung dengan mantan suaminya tanpa merasakan patah hati untuk kedua kali. Tabitha butuh waktu. Dan rupanya, setahun masih belum cukup untuk pulih dari rasa sakit yang menghancurkannya.
Sakha menuliskan caption āsupport systemā pada unggahan yang mendapatkan puluhan komentar itu. Didorong oleh rasa penasaran, Tabitha membuka kolom komentar dan langsung menyesal saat itu juga. Ada satu akun yang sangat Tabitha kenali, yang juga menuliskan komentar pada unggahan itu. Pemilik akun @ranismandira menuliskan, āKangen kalian semua. See you soonā.
āSee you soon?ā batin Tabitha. Memangnya di mana Ranis sekarang? Tabitha bertanya-tanya.
Saat masih berkutat dengan pikirannya, ada balasan dari Sakha yang menuliskan, āBalik ke Indonesia dong, Nis. We miss you tooā.
Kalimat kedua yang dituliskan Sakha sontak membuat Tabitha tersenyum kecut.
Sebelum semakin sakit melihat interaksi Sakha dan Ranis dulu pernah menjadi orang yang paling dekat dengan Tabitha, wanita itu langsung keluar dari aplikasi yang membuat dirinya sakit hati dan ia pun memaki dalam hati.
āLo bodoh banget, Tabitha. Mereka mau ngapain aja bukan urusan lo. Mereka cuma orang asing di hidup lo sekarang. Jadi, berhenti ngerasa sakit hati cuma karena orang-orang nggak penting itu!ā
Tabitha setengah melemparkan ponselnya ke meja kerjanya karena emosinya mendadak menjadi campur aduk. Padahal, salahnya sendiri yang sengaja mencari penyakit dengan memantau sosial media mantan suaminya. Seharusnya ia tahu jika ia tidak akan pernah bisa terbiasa saat harus melihat interaksi Sakha dengan teman-temannya. Terutama Ranis.
Perut Tabitha terasa melilit karena lapar, tetapi nafsu makannya sudah menurun drastis. Tabitha sudah tidak berminat memakan bekalnya. Hanya saja ia butuh tenaga yang cukup banyak untuk bisa bekerja sampai sore. Dengan lesu, Tabitha mengeluarkan kotak bekal yang ia bawa dari rumah lalu memakan irisan buah pepaya dan melon tanpa memakan nasi dan lauk yang ia siapkan sejak subuh tadi.
Pukul satu kurang sepuluh menit Jona sudah kembali muncul di kantor. Laki-laki itu tak lupa membelikan pesanan Tabitha.
āMakasih, Jon. Cinta banget gue sama lo,ā ucap Tabitha sembari menyeruput jus yang dibawakan Jona.
āGue sih lebih cinta mantan laki lo,ā canda Jona yang nyaris membuat Tabitha tersedak.
Di antara rekan-rekan kerjanya dan juga teman-teman Tabitha di luar kantor, hanya Jona satu-satunya orang yang berani menyinggung soal Sakha dengan candaannya yang sangat menyebalkan.
āKalau lo cinta, kenapa nggak usaha deketin? Cemen lo!ā balas Tabitha ketus.
Jona yang duduk di kubikel yang berada di sisi kanan Tabitha itu tertawa.
āGue nggak suka makan temen sih.ā
āKalau lo lupa, gue sama dia udah pisah hampir setahun. Kalau lo nggak gerak cepat, keburu ditikung orang lain, Jon,ā balas Tabitha yang malah meladeni Jona mengobrol tidak jelas.
Lagi-lagi Jona tertawa.
āNggak, deh. Ntar gue ngebayanginnya muka lo mulu kalau lagi jalan sama Sakha. Gue nggak mau mimpi buruk kebayang muka setan lo kalau lagi ngamuk.ā
āKurang ajar!ā seru Tabitha seraya melemparkan bolpoin hingga mengenai kepala Jona yang telat menghindar.
Jona membungkuk untuk mengambil bolpoin milik Tabitha yang jatuh ke lantai, lalu berkata, āUdah setahun, Tha. Lo nggak ada niat buka hati buat orang lain?ā
Ditodong pertanyaan serius dari Jona membuat Tabitha terpaku. Jauh di lubuk hatinya yang terdalam, Tabitha juga ingin. Sungguh, ia telah berusaha membuka hati dan memberi kesempatan laki-laki yang mendekatinya. Namun, mau dipaksa seperti apa pun juga, ia masih belum bisa.
Satu tahun menurutnya masih terlalu dini untuk bisa kembali menjalin hubungan serius. Tetapi untuk menjalin hubungan kasual juga bukan pilihan yang benar. Tabitha pernah menikah. Itu menjadi salah satu alasan Tabitha sulit kembali dekat dengan lawan jenis. Wanita yang pernah menikahāterutama yang menjadi janda karena ceraiāseringkali dipandang sebelah mata.
Contoh sederhananya, banyak tuduhan miring yang sering tertuju kepadanya ketika ia pulang ke rumah diantar oleh Jona. Bahkan, pernah sekali Tabitha pulang naik ojek online yang kebetulan ia mendapat driver seorang mahasiswa yang masih cukup muda dan tinggal di komplek yang sama. Entah orang-orang tahu dari mana, esok harinya Tabitha menjadi topik perbincangan panas di kalangan ibu-ibu komplek yang suka bergosip saat sedang berbelanja di tukang sayur yang lewat setiap pagi. Di antara mereka ada yang dengan terang-terangan mengatai Tabitha saat tak sengaja berpapasan di depan rumah Tabitha ketika wanita itu akan berangkat kerja.
āDasar janda gatel! Pantas saja kamu diceraikan. Kelakuannya aja nggak bener. Kamu ini udah janda jangan kebanyakan gaya. Janda kayak kamu itu levelnya sama duda. Jangan malah godain anak saya yang bisa dapat perempuan yang jauh lebih baik dari kamu. Anak saya nggak level sama janda kayak kamu.ā
Tabitha tidak tahu harus berkata apa kala itu. Ia bahkan tidak tahu letak kesalahannya di mana. Ia hanya memesan ojek online dan kebetulan mendapat driver yang merupakan anak dari salah satu tetangganya. Tetapi ternyata hal itu menjadi bumerang dan malah membuat Tabitha semakin dipandang jelek oleh tetangga-tetangganya yang menyebutnya kegatelan. Kelakuannya yang mana yang tidak benar? Sejak kapan ia bertingkah banyak gaya?
Rasanya sangat menyakitkan. Padahal, semenjak bercerai, Tabitha sebisa mungkin menjaga diri karena tahu bahwa pandangan sebagian besar masyarakat kepada orang-orang sepertinyaāyang pernah gagal menjaga pernikahannyaāselalu mengarah ke hal-hal negatif. Tabitha semakin jarang berdandan karena pernah disebut-sebut sebagai wanita murahan. Tabitha dituduh menggoda laki-laki yang sudah beristri di komplek perumahan yang ia tinggali hanya karena Tabitha sedikit memulas wajahnya dengan make up.
Sejak hari itu, Tabitha akhirnya memilih untuk menyewa satu kamar kos yang dekat dengan kantornya dan jarang pulang ke rumah yang dulu ia tinggali dengan Sakha selama menikah. Tabitha juga selalu membawa mobil ke tempat kerja dan tidak pernah lagi naik ojek online untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Tabitha juga tidak pernah mau lagi diantar pulang oleh laki-laki mana pun meski kini ia bisa lebih bebas tanpa harus mendengar omongan-omongan kejam para tetangganya.
āWOY!ā tegur Jona seraya memukul pundak Tabitha pelan. āSorry, gue bikin lo kepikiran, ya?ā
Tabitha memaksakan senyum.
āGue masih nyaman sendiri. Tapi kalau nanti ada yang cocok, gue juga nggak akan nutup hati kok. Itās all just about time.ā
Jona tersenyum maklum. āRight. Mending lo pikirin aja soal training minggu depan.ā
Tabitha langsung mencibir, āMasih usaha aja lo.ā
Jona berdiri dari duduknya sembari membalas, āJust go. Siapa tahu di Bali lo bisa ketemu soulmate lo. Udah ah, ayo meeting. Si Bos bisa ngambek kalau kita belum ada di ruang meeting sebelum dia datang.ā
āGue bukan Syabda yang hobi berburu,ā ujar Tabitha dengan malas lalu ikut beranjak dari kursinya sembari meraih Macbook dan blocknote dari meja kerjanya.
Namun, dalam hatinya, Tabitha membatin. Dulu, ia sangat yakin jika Sakha adalah soulmate-nya. Namun, hubungan mereka gagal. Apakah mungkin suatu hari nanti ia bisa bertemu dengan soulmate-nya dan tidak akan gagal lagi?
.
.
to be continued
[April 2022]Sakha menatap nanar cincin kawinnya dengan Tabitha yang masih ia simpan meski sudah bercerai dari wanita itu selama setahun. Cincin itu yang dulunya menghuni jari manis Sakha. Tidak pernah laki-laki itu lepaskan, karena itu adalah salah satu buktiāselain buku nikahābahwa ia telah mengikatkan diri pada sebuah ikatan sakral bernama pernikahan dengan wanita yang ia cintai.Setelah bercerai, Sakha masih mengenakan cincin itu selama lebih dari satu bulan. Sakha baru melepaskan cincin itu saat beberapa kali Ibu menegurnya. Bahkan Ibu menyuruh Sakha agar menjual cincin itu saja, tetapi Sakha tidak melakukannya. Sakha menyimpan cincin kawin itu di sudut lemari yang paling jauh agar tidak tergelitik untuk mengenakannya lagi.Hari ini adalah hari spesial.Sangat spesial bagi Sakha jika saja pernikahannya dengan Tabitha tidak kandas di tengah jalan. Tepat di hari ini, Sakha resmi menjadikan Tabitha sebagai kekasihnya, delapan tahun yang lalu. Dan juga lima tahun lalu, Sakha meminang
āIni udah setahun, kan?ā tanya Albert yang menyandarkan tubuh di sofa dengan tubuh sedikit melorot.Kaki Albert terjulur lurus di lantai yang berlapis karpet. Laki-laki itu terlalu kekenyangan setelah menyantap berbagai menu makanan cepat saja yang tadi ia dan Alex bawa saat Sakha meminta mereka untuk datang.Meski Alex tadi bercanda soal ajakannya untuk merayakan kegalauan Sakha, Albert menganggapnya serius. Laki-laki itu mengajak Alex membeli banyak makanan dan berkaleng-kaleng soda. Saat tiba di rumah Sakha, Albert bahkan begitu saja mengatakan bahwa laki-laki itu tahu kalau hari ini adalah hari anniversary pernikahan Sakha dan Tabitha.Kata Albert, daripada hanya bersedih sendirian dan mengurung diri di kamar, akan lebih baik jika merayakan kemuramannya bersama sahabat-sahabatnya yang selalu bersabar menghadapi bagaimana merananya Sakha pada tanggal-tanggal pentingnya bersama Tabitha. Sakha sempat mengumpati Albert karena tak berhenti mengejeknya, tetapi tak urung laki-laki itu be
Rasanya seperti sudah setahun lamanya Sakha tidak menginjakkan kaki di kantor pusat NatGeo. Tetapi, nyatanya Sakha memang jarang ke kantor bahkan nyaris tidak pernah, kecuali saat diminta untuk datang menghadiri meeting penting atau dipanggil oleh Bos Besar. Sebab, pekerjaannya menuntut laki-laki itu untuk lebih sering berada di luar ruangan. Sehari-harinya bersinggungan dengan sinar matahari.Hari ini, Sakha datang ke kantor karena pagi-pagi sekali tadi sudah dihubungi sekretaris bosnya untuk membahas sesuatu yang penting. Sakha mau tidak mau menyeret kakinya ke kantor dengan malas-malasan. Masih dengan mata mengantuk, Sakha masuk ke dalam lift yang akan mengantarkan laki-laki itu menuju lantai 5.Ada beberapa wajah familiar yang Sakha kenali saat keluar dari lift dan melewati bilik-bilik ruang kerja yang sebagian besar kosong. Sakha juga punya satu bilik di sana, tetapi nyaris tidak pernah Sakha singgahi karena terlalu sibuk bekerja di lapangan. Sakha menyapa mereka singkat dan lang
Sakha butuh waktu untuk memproses informasi yang diserapnya pagi ini, saat matanya bahkan masih terasa berat karena kurang tidur. Saat selesai mengedit foto subuh tadi, Sakha hanya berencana untuk hunting foto sebentar, lalu menghabiskan waktunya untuk tidur. Menghimpun energi yang telah terkuras karena beberapa hari terakhir ia sibuk ke sana kemari untuk memotret. Berangkat pagi buta dan pulang tengah malam. Bahkan sempat tidak pulang selama dua hari hanya untuk mendapatkan satu dua lembar foto yang sempurna dari angle yang berbeda. āKira-kira berapa lama proyek ini berlangsung?ā Sakha memecah keheningan. Pramudya yang sudah sibuk dengan tablet di tangannya itu mendongak. āBisa sebulan atau dua bulan. Tergantung kalian bisa kerja cepat atau tidak. Targetnya maksimal enam bulan harus sudah selesai.ā Kerja cepat yang dimaksud Pramudya bukan hanya menyelesaikan tugas yang diberikan dengan hasil seadanya. Tetapi harus SEMPURNA. Setidaknya itu yang menjadi pegangan Sakha dalam menggel
Karena masih belum tahu seberapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek barunya bersama gabungan tim dari berbagai cabang NatGeo di dunia, Sakha bingung harus mengepak apa saja. Sakha juga belum tahu negara mana saja yang harus didatangi. Sehingga ia tidak punya referensi pakaian yang cocok untuk dibawa. Yang membuat Sakha sejak tadi hanya berdiri di depan lemari dengan dua pintu yang terbuka lebar adalah kenangan sialan yang dengan lancang mampir ke otaknya.Sakha sudah lama sekali tak bepergian jauh. Setiap kali harus ke luar kota atau ke luar negeri, ada Tabitha yang membantu mengepak pakaian dan barang-barang yang ia perlukan. Tabitha selalu tahu apa yang Sakha butuhkan. Sakha nyaris tidak pernah protes karena Tabitha mengepak dengan rapi dan ajaibnya, kopernya muat menampung banyak. Sekarang, Tabitha sudah tidak ada dalam hidupnya. Itu artinya Sakha harus mengepak keperluannya seorang sendiri.Sakha pun menurunkan beberapa pakaian yang sudah terlipat rapi di lemari
Rupanya, bertemu kembali dengan orang-orang terdekatnya dahulu, saat masih menikah dengan Sakha, tidak sesulit dan seberat yang selama ini Tabitha bayangkan. Atau mungkin karena sekarang Tabitha sudah mulai berusaha mengikhlaskan apa yang telah terjadi di masa lalu sehingga bisa mengiyakan ajakan Alex tanpa banyak overthinking.Saat resmi bercerai dari Sakha, Tabitha berjanji hanya akan menjauh dari kawan-kawan lamanyaāyang juga teman Sakhaāselama satu tahun sebagai proses penyembuhan. Sebab, Tabitha yakin sekali jika ia akan terus merasa sakit jika bersinggungan dengan kawan-kawannya yang satu sirkel dengan Sakha juga. Mau tidak mau, pasti ada akan pembicaraan yang entah sengaja atau tidak terucap yang membuat Tabitha dan Sakha berada di posisi serba salah. Tabitha pun tak yakin tak akan menangis jika berada di sekitar mereka saat emosinya masih sangat labil.Dan hari ini, Tabitha merasa cukup yakin bisa menikmati pertemuan i Meski masih ada rasa sakit hingga sekarang, nyatanya Tabit
āLo nggak menyedihkan, Tha,ā koreksi Albert. Tampak tidak senang melihat Tabitha yang sedikit murung. āMenurut gue sih wajar. Lo pernah punya kenangan manis di sana dan lo mau menyimpan itu buat lo sendiri. Nggak ada yang salah dengan hal itu. Dan itu hak lo juga mau āāThanks, Al.ā Tabitha terkekeh. Menciptakan ekspresi bertanya di wajah Albert. āDipikir-pikir lagi ternyata gue kangen ngobrol dan curhat sama lo.āAlbert tersenyum lebar. āGue emang ngangenin sih. Berarti kita bisa nongkrong bareng lagi besok-besok, kan?āTabitha mengangguk ringan. Malah, tadinya Tabitha yang ingin mengajak Albert nongkrong lagi kapan-kapan. Hanya saja Tabitha merasa agak canggung untuk mengajak duluan. Sebab, setelah bercerai dari Sakha, Tabitha paling keras menolak kehadiran Albert hingga laki-laki itu pun akhirnya menyerah dan tidak pernah lagi mengganggu Tabitha. Pertemuan hari ini pun karena inisiatif Alex. Tabitha sempat mengira jika Albert tidak akan mau ikut karena obrolan terakhir mereka sebel
āKok bisa sih lo perginya dadakan banget?ā protes Albert untuk yang ke sekian kalinya, yang hari ini menawarkan diri untuk mengantar Sakha ke bandara Soekarno-Hatta. Sementara Alex tak bisa ikut mengantar karena harus lembur dan berkutat dengan pekerjaan yang menumpuk di kantor. āSalahnya bos gue yang ngasih tahunya juga dadakan,ā balas Sakha enteng. āBos lo kasih tahu dua hari yang lalu. Lo baru kasih tahu gue sama Alex semalem!ā Albert kembali menyemburkannya protes. Laki-laki yang duduk di belakang kemudi itu menoleh sekilas ke Sakha yang duduk di sampingnya. āSorry, my bad. Gue lupa.ā Albert mendengkus sebab Sakha tampak tidak benar-benar menyesal saat mengucapkan maaf. āLoā¦ beneran cuma beberapa bulan doang kan perginya?ā āSampai proyek kelar. Paling lama enam bulan sih.ā Albert manggut-manggut. āGue kira lo mau kabur, terus nggak balik lagi.ā āKenapa gue harus kabur?ā Albert sudah membuka mulut untuk membalas, tetapi tak jadi. Laki-laki itu hanya mengendikkan bahu. Mer