Ruangan gelap dengan cahaya lilin sebagai penerang satu-satunya membuat ruangan itu terlihat remang-remang.
"Apa kau sudah mengirimkannya padanya?" Tanya seorang pria dengan perawakan tinggi dan tampan di kursi kerjanya."Sudah tuan, Cia sedang dalam cuti saat ini katanya dia sudah memberitahu anda sebelumnya." Ucap Zidan pada tuannya.Ellard tersenyum miring, dia mengangguk dan melambaikan tangannya untuk mengusir Zidan untuk pergi dari ruangannya tersebut.Hingga suara dering telepon miliknya membuat Ellard mengambil ponselnya dan langsung mengangkat telepon tersebut setelah tahu siapa yang memanggilnya.“Halo.” Ucapnya dengan lembut pada seseorang yang menelponnya tersebut.“Ellard, sepertinya besok dan besok lusa aku tak bisa menemuimu.” Ucapnya yang membuat senyumnya tadi yang tercetak jelas langsung mendatar.“Kenapa?” Tanyanya dengan datar.“Aku ada urusan, apakah urusan yang kau maksud sangat penting?” Ucap wanita itu yang membuat Ellard menghela nafasnya.“Apa urusanmu itu? Kau sudah berjanji Lucia, apa kau ingin mengingkarinya denganku?” Tanya Ellard dengan dingin.“Sebenarnya aku tak ingin mengatakan ini pada siapapun, tapi karena kau atasanku dan kita juga bersahabat aku akan mengatakannya?”Ellard sedikit terkekeh tanpa bersuara ketika Lucia mengatakan mereka bersahabat.“Katakan.” Ucap Ellard dengan tenang.“Sebenarnya aku sudah menikah di hari kedua cutiku.” Ucap Lucia yang membuat Ellard langsung membeku.“Apa yang kau katakan tadi, Cia?” Ucapnya dengan dingin ingin meminta penjelasan secara pasti.“Seharusnya ini adalah pernikahan adikku tapi ternyata aku dijebak, tapi tak masalah semua bisa aku atasi sendiri. Dan besok dan lusa aku disibukkan oleh acara yang akan diadakan oleh keluarga suamiku saat ini.”“Siapa pria itu?” Tanya Ellard dengan dingin.“Pria biasa saja, tapi keluarganya memang memiliki power. Sudah ya El, ini sudah sangat larut malam ada yang harus aku kerjakan sekarang.” Ucap Lucia dan langsung mematikan teleponnya.Ellard yang mendengar telepon mati langsung membanting teleponnya dengan sangat keras hingga telepon tersebut pecah dan terbagi dua.“REY!” Teriaknya memanggil tangan kanannya yang selalu berada di luar ruangan nya tersebut.Seorang pria berambut pirang langsung masuk ke dalam ruangan Ellard.“Saya menghadap tuan.” Ucapnya dengan kepala yang menunduk.“Cari tahu siapa pria yang menikah dengan Lucia dan dari keluarga mana pria itu!” Ucapnya dengan dingin bahkan auranya sangat mencekam.Rey yang berada satu ruangan dengan Ellard langsung berkeringat dingin terlebih tekanan yang kuat yang dia terima dari aura tuannya.“Saya akan menjalankan perintah anda, tuan.” Ucapnya dengan sopan.“Pergi, aku muak melihat wajahmu.” Ellard langsung mengusir Rey setelah mengatakan itu.Rey tanpa pikir panjang langsung mengangguk dan pergi dari sana.Ellard mengepalkan tangannya dengan kuat, seakan dia ingin menghancurkan dunia ini beserta isinya karena kemarahannya.“Aku tak akan melepasmu.”*************Pagi ini seperti biasa, Lucia mulai melakukan bersih-bersih Villa. Walaupun tak bisa membersihkan setiap hari setidaknya Lucia tak membiarkan rumahnya terlalu kotor.“Apa yang harus aku lakukan jika aku pergi nanti.” Gumam Lucia memikirkan saat dirinya harus pergi bertugas. Karena ketika dia bertugas dia akan pergi jauh bahkan keluar negeri setiap saat.“Apa aku menyewa asisten rumah tangga saja?” Gumam Lucia.“Sepertinya itu jalan yang terbaik, karena Dariel harus meminum obat tepat waktu dan membutuhkan teman di tempat seperti ini.” Gumam Lucia saat memikirkan keputusan yang mungkin paling tepat.Dia pun langsung segera menyelesaikan pekerjaannya sebelum Dariel bangun karena dia harus menyiapkan sarapan untuk pria itu.Tapi saat Lucia masih menyapu bagian halaman depan Villa mereka, Dariel sudah bangun dan duduk tenang di kursi rodanya menghadap ke matahari terbit di depan teras.“Kau sudah bangun? Aku masih harus menyapu halaman ini apakah kau tak keberatan jika aku menyelesaikannya dulu dan baru memasak sarapan untukmu?” Tanya Lucia pada Dariel yang hanya menatapnya dengan datar itu.“Lakukan sesukamu.” Ucapnya dengan singkat.Lucia yang mendengarnya langsung mengangguk dan melanjutkan kegiatannya menyapu halaman. Untungnya halaman di tempat mereka bukanlah tanah namun paving sehingga tak membuat debu yang mengganggu udara pagi di Villa ini.Tanpa Lucia sadari Dariel tak melihat pemandangan luar namun dia melihat ke Lucia yang menyapu halaman. Hingga beberapa menit kemudian Lucia telah selesai melakukan pekerjaannya.“Aku akan memasak untukmu, apakah kau ingin sesuatu yang ingin kau santap pagi ini?” Tanya Lucia karena dia juga terkadang bingung harus memasak apa untuk pria itu.“Terserah kau saja.” Ucap Dariel seperti tanpa minat.Lucia yang mendengar itu hanya menghela nafasnya lalu pergi dari hadapan Dariel dan masuk ke dalam Villa.Suara bunyi orang memasak terdengar di telinga Dariel, entah kenapa suara itu sedikit menenangkan hati Dariel.“Dariel, makanan sudah siap.” Ucap Lucia dari dalam, pria itu yang mendengarnya langsung masuk ke dalam.Harum nasi goreng yang dimasak oleh Lucia memenuhi ruangan ini karena memang Villa ini tak terlalu luas hingga aroma masakan bisa menyebar dengan cepat.“Aku memasakkan nasi goreng seafood untukmu.” Ucap Lucia sambil menaruh piring di hadapan Dariel.Dariel menatap nasi goreng yang terlihat sangat lezat dari tampilannya, pria itu juga melirik ke arah Lucia namun wanita itu tak memakan nasi goreng namun memakan nasi putih dengan telur mata sapi saja di atasnya. Melihat itu Dariel menaikkan alisnya.“Kenapa kau tak memakan nasi goreng ini juga?” Tanya Dariel dengan penasaran.“Aku hanya membuatkannya untukmu.” Ucap Lucia yang tampak santai memakan sarapannya yang sederhana.“Apa kau ingin meracuniku?” Tanya Dariel dengan tatapan tajam dan nada yang seolah menuduh Lucia berbuat buruk.Lucia yang mendengar itu langsung mengerutkan dahinya.“Aku tak berniat untuk itu, kita adalah partner hidup satu atap. Dan apa untungnya aku membunuhmu.” Ucap Lucia.“Siapa tahu kau memiliki kekasih dan ingin membunuhku segera.” Ucap Dariel dengan dingin dan tatapannya masih tajam.Lucia terkekeh mendengarnya.“Aku hanya tak bisa memakan sejenis seafood karena aku memiliki alergi.” Ucap Lucia dengan tenang.Dariel yang mendengar itu terdiam sejenak lalu melihat ke arah Lucia lagi.“Lalu kenapa kau malah memasak seafood?” Tanya Dariel dengan datar.“Kau butuh gizi yang banyak, badanmu sangat kurus.” Ucap Lucia dengan tenang dan menyendokkan makanannya ke mulutnya.Dariel yang mendengar itu mendengus kesal lalu memakan makanannya, meskipun wanita itu memiliki alergi seafood tapi makanannya tak pernah gagal bahkan saat memasak seafood sekali pun.“Minum obat ini, kau harus rutin setiap hari meminum obat ini.” Ucap Lucia sambil menyerahkan obat yang kemarin Dariel minum.“Obat apa ini?” Tanya Dariel karena baru sempat menanyakan jenis obat apa ini.“Otot mu mengecil saat beberapa tahun tak digunakan untuk berjalan, aku harus memperbaiki keelastisan otot mu sebelum memulai operasi agar kau bisa berjalan.” Ucap Lucia.“Berapa lama aku bisa benar-benar berjalan?” Tanya Dariel dengan penasaran walaupun dia sedikit meragukan itu.“Tiga sampai enam bulan, itu tergantung kondisi fisikmu.” Ucap Lucia dengan tenang.Dariel hanya terdiam, dia tak bertanya lagi dan langsung meminum obat tersebut.“Aku tak tahu harus memberikan apa untuk tuan besar Filbert yang akan berulang tahun besok. Apakah kamu memiliki saran?” Tanya Lucia pada Dariel.“Tak perlu memberikan sesuatu yang tak berguna.” Ucap Dariel dengan datar.“Akan sangat tidak sopan jika kita tak memberi hadiah disaat semua orang akan lihat.” Ucap Lucia yang kurang setuju dengan pernyataan Dariel tadi.Dariel hanya diam seolah tak peduli dengan hal tersebut.Lucia yang melihat Dariel seakan tak berminat langsung menghela nafasnya lalu berdiri dari meja makan untuk mencuci piring bekas mereka pakai.“Aku tahu kau pasti kecewa dengan keluargamu terlebih kau yang bertahun-tahun di kucilkan, tapi itu bukan hal yang baik jika hal tersebut di pertontonkan di depan publik dan tamu yang lain. Karena mereka semua akan semakin memandangmu rendah.” Ucap Lucia sambil mencuci piring tersebut tanpa melihat respon apa yang ditampilkan Dariel saat dia mengatakan hal tersebut.“Setelah ulang tahun tuan besar Filbert aku akan pergi, ada seorang asisten yang akan merawatmu. Apakah kau tak masalah?” Tanya Lucia sambil mengeringkan tangannya.“Kemana kau pergi?” Tanya Dariel dengan dingin.“Aku ada pekerjaan yang mengharuskan aku tak bisa terus menetap. Mungkin sesekali aku akan melihat perkembanganmu.” Ucap Lucia dengan santai dan mengambil buah di kulkas untuk mereka makan karena tak biasanya mereka bisa mengobrol santai seperti sekarang.“Aku tak suka ada wanita lain disini.” Ucap Dariel dengan dingin.Memang saat Lucia mengecek seluruh identitasnya tak ada riwayat Dariel dirawat oleh wanita, hal itu memakluminya saat awal ketika mereka bersama Dariel sedikit tak menyukainya tapi sepertinya saat ini Dariel mulai terbiasa.“Aku akan memilihkan asisten pria untukmu, apakah kau butuh asisten yang harus menginap?” Tanya Lucia karena dia juga harus memikirkan kenyamanan pria itu.“Tidak.”Lucia yang mendengarnya mengangguk mengerti.“Aku akan memilih dan mencarinya nanti, asisten pria yang dapat memasak dan bersih-bersih sedikit sulit disini.” Ucap Lucia.“ Oh iya karena aku akan pergi dan semua stok makanan sudah cukup untuk satu minggu dan aku tak butuh lagi kartu ini, ambillah. Kau juga butuh untuk membeli sesuatu yang mungkin kau inginkan. Aku akan memenuhi semua kebutuhanmu dengan uangku, jika kau tak mau anggap saja sebagai hutang jika kau sembuh nanti.” Ucap Lucia sambil menyerahkan kartu kredit hitam itu kembali dengan senyum manisnya.Dariel melirik ke arah kartu hitam tersebut lalu melihat ke arah Lucia dengan serius.“Sebenarnya apa pekerjaanmu, Lucia?” Tanyanya dengan dingin.Kabar kehamilan kedua Lucia disambut dengan penuh suka cita oleh semua orang.Bahkah saat mendengar ibunya mengandun seorang adik, Ethan tampak sangat senang dan berharap adiknya perempuan agar bisa dia jaga dan sayangi sepenuhnya.“Kapan adik akan muncul, bu?” Tanya Ethan dengan begitu antusias.“Adikmu akan lahir ketika kandungan ibu sudah mencapai sembilan bulan.” Jelas Lucia dengan penuh kelembutan pada putranya.“Lalu sekarang sudah berapa bulan? Aku sungguh tak sabar ingin menggendong adik.” Ucap Ethan dengan semangat.“Ini kemungkinan memasuki minggu ke lima, jadi kau harus bersabar. Okey?” Ucap Lucia sambil mengecup kening istrinya dengan penuh kasih sayang.Ethan begitu bersemangat menunggu kehadiran adiknya yang diinginkannya. Setiap hari, ia terus menanyakan kapan adiknya akan lahir, dan kegembiraan serta antusiasme dalam suaranya tak terbendung."Minggu ke lima? Artinya adik akan datang dalam tujuh bulanan lagi, benar?" tanya Ethan dengan riang, matanya berbinar-binar."Ya
“Ceritakan pada kami, sebenarnya apa yang terjadi?” Tanya Dariel dengan serius pada Vinn.Sebagai orang yang mengenal Vinn cukup lama, Dariel terkejut ketika Vinn sudah memiliki putri sebesar putranya bahkan Vinn belum menikah.Namun, Vinn terlihat menunduk seperti penuh penyesalan. “ A-amira adalah kekasih saya, kami memang berencana ingin melangsungkan hubungan yang lebih serius, namun saat ibu angkatku mengetahuinya, dia tak setuju dengan Amaria karena menganggap Amaria hanya konsultan hukum junior yang tak terpandang. Anda tahu bagaimana ibu angkat saya tuan dan saya tidak mungkin melawan wanita yang telah merawat saya.” Dariel yang mendengar itu mendesah, “Lalu kenapa kau terlihat begitu menyesal? Bukankah hari ini adalah bagian dari pilihanmu?” Ucap Dariel dengan tenang.“S-saya saya tidak tahu jika Amaria waktu itu mengandung, jika aku tahu dia mengandung tentu aku akan berusaha keras mempertahankannya.”Lucia yang mendengar itu merasa tampak kecewa, “Aku sebagai wanita kecewa
Obrolan Lucia dengan ibu Cila, yang bernama Amira tersebut berlangsung cukup akrab, ternyata mereka memiliki hobby yang sama.“Aku melihat kartu nama mu, pekerjaanmu sebagai konsultan hukum. Apa itu benar?” Tanya Lucia dengan ramah."Mendengar tentang pekerjaanmu sebagai konsultan hukum membuatku tertarik, Amira. Aku sendiri bukan konsultan hukum, tetapi aku memiliki minat yang besar terhadap hukum dan berbagai topik terkait. Aku sangat menghargai profesi seperti yang kamu lakukan," ucap Lucia dengan penuh antusiasme.Amira mengangguk, terlihat senang menemukan seseorang yang bisa diajak berbicara tentang minatnya. "Sama-sama, Lucia. Memang menarik memiliki kesamaan minat seperti ini. Apakah kamu sering membaca atau mempelajari topik hukum secara mendalam?""Ya, aku suka membaca dan memperluas pengetahuan saya tentang hukum akhir-akhir ini, meskipun tidak bekerja di bidang tersebut. Aku percaya pengetahuan hukum sangat berguna dalam berbagai aspek kehidupan," jelas Lucia sambil tersen
“Terima kasih, om, tante, Ethan. Karena membantuku.” Ucap Cila dengan wajah polosnya. Baru kali ini dia dibantu saat dirinya dibully, selama ini semua orang seolah tutup mata bahkan ibunya sendiri tidak mampu melindunginya karena yang membullynya adalah orang-orang yang memiliki kekuasaan yang tinggi.Dariel yang melihat gadis kecil itu tampak tersenyum, “Bukan apa-apa, sweety. Dimana orang tua mu? Apakah kau akan dijemput?” Tanya Dariel dengan lembut.Cila mengangguk, “Ibuku akan menjemput saat istirahat nanti, dia masih bekerja jadi tak bisa menjemput tepat waktu. Tapi aku tak apa, om. Aku akan menunggunya seperti biasa.” Ucap Cila dengan tenang.Lucia yang melihat keberanian di mata gadis itu langsung terenyuh, anak sekecil ini sudah bisa memahami keadaan orang tuanya. Apalagi
“Aduh! Kenapa kamu mendorong Cila!” Teriak anak kecil dengan berani pada segerombolan anak kecil yang seusianya. “Hei, kau anak yang tak punya ayah itu kan? Kenapa kau bisa sekolah disini. Inikan sekolah bermain elite.” Tanya anak laki-aki tersebut pada gadis kecil bernama Cila. “Memang jika tak punya ayah aku tak bisa bersekolah, ha? sini kalau berani jangan mainnya keroyokan dong.” Ucapnya tanpa rasa takut sekalipun. anak-anak laki-laki itu langsung menjambak rambut anak gadis itu dengan keras dan merundungnya dengan tawa yang cukup keras. Ethan, dia yang sedang menunggu ibunya menjemputnya merasa terganggu dengan perundungan tersebut. Dengan berani dia langsung menolong gadis kecil itu yang tampak ingin menangis namun ditahan agar lawannya tak semakin menyiksanya. Situasi itu membuat Ethan merasa tidak enak hati. Dengan langkah mantap, dia mendekati anak-anak yang sedang merundung Cila. Meskipun merasa agak takut, dia bertekad untuk membantu. "Diam kalian!" teriak Ethan deng
Tahun pertama Ethan memasuki waktu sekolahnya, saat usia tiga tahun ini Lucia memutuskan untuk mendaftar ke sekolah bermain agar Ethan bisa bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya.Ethan yang baru pertama kali ikut kelas ini hanya memegang tangan ibunya dengan erat, Lucia yang melihat itu tersenyum. “Jangan takut, mereka adalah temanmu semua. Ayo bergabunglah dengan mereka.” Ucapnya dengan lembut pada putranya tersebut.Saat melihat Ethan yang agak ragu-ragu di hari pertamanya di sekolah bermain, Lucia mencoba memberikan dukungan dan semangat padanya. Dia meraih tangan kecil Ethan dengan lembut, merasa getaran kecil dari kecemasan yang dipancarkan anaknya."Kamu akan memiliki waktu yang menyenangkan di sini, nak. Mereka semua adalah temanmu yang baru," ucap Lucia dengan lembut sambil tersenyum menghi