Sekarang, aku sudah tiba di depan kamarku. “Terima kasih Yang Mulia,” ucapku sambil menundukkan kepala untuk memberikan hormat.
“Baiklah,” balas Raja. Kemudian ia melangkah pergi.
*****
Hari ini, Steein sibuk untuk mengasi penyebaran dokumen kepada semua wilayah yang akan dipindahkan hari ini. Jadi, Steein hanya datang bekerja untuk sebentar dan segera pergi. Untuk mengisi kekosongan Steein, aku langsung mengambil alih beberapa pekerjaannya.
Aku pikir, aku akan sendirian seharian ini. Namun, pada tengah hari, Raja Edgar datang.
“Apakah Yang Mulia ingin menunggu Tuan Steein?” tanyaku.
“Tidak,” jawab Raja Edgar.
“Kalau begitu, apakah ada yang bisa saya bantu Yang Mulia?” tanyaku sambil berdiri.
“Tidak ada. Kerjakan saja tugasmu seperti biasa, dan anggap aku tidak ada di sini,” ucap Raja Edgar.
“Baik, Ya
Jawaban yang diberikan oleh Raja Edgar bukannya membuatku senang, tetapi membuatku semakin ketakutan. “Ini mengerikan. Jika Rissa tahu bahwa Raja Edgar sering ke sini. Rissa akan semakin membenciku dan merencanakan sesuatu yang lebih jahat,” batinku.*****Ini sudah hari kelima Raja Edgar datang ke Departemen Sihir. Sekarang, tersebar berita bahwa aku adalah orang yang dikasihi oleh Raja Edgar. Kenapa dikasihi dan bukan dicintai? Karena Raja Edgar juga akrab dengan Karl dan Steein. Selain itu, setiap kali kami bersama, suasana kami sangat mencekam dan kaku. Tidak ada situasi romantis sama sekali. Jadi orang-orang memikirkan bahwa Raja menyayangiku sama seperti ia menyayangi Karl dan Steein.“Apakah di dunia kalian ada Saintess?” tanya Raja Edgar.Sekarang, aku sudah terbiasa diajak mengobrol oleh Raja Edgar di tengah-tengah pekerjaanku. Lama-lama, aku merasa kalau Raja Edgar ini semakin banyak rasa penasarannya sepert
Setelah membisikkan itu, aku berjalan lurus ke depan dan menemui Steein yang berdiri tidak jauh di sana. Walaupun aku tidak berbalik untuk melihat langsung bagaimana wajah Rissa, aku bisa membayangkan bagaimana wajah kesalnya sekarang.Aku merasa cukup lega karena mengetahui kalau Rissa masih sama seperti dulu. Ia hanya berfokus dirinya sendiri tanpa melihat sekitarnya.“Kamu tidak tahu Rissa, kalau pertanyaan yang diajukan Raja kepadamu bukan karena bentuk perhatiannya, tetapi untuk mengetahui cara berpikir orang lain. Entah itu orangnya, ataupun musuhnya,” ucapku dalam hati.Dari ucapan Rissa yang berkata kalau aku bisa ikut melakukan pembasmian karena dirinya, membuatku mengetahui kalau Raja Edgar tidak mempercayai Rissa sepenuhnya walaupun ia seorang Saintess. Itu karena Raja Edgar tidak memberi tahu fakta dibalik dilaksanakannya perburuan kali ini, dan alasan aku ikut.“Rissa!” sapa Steein padaku keti
Aku memperhatikan barak tempat rapat diskusi strategi dilakukan. Rapat itu dihadiri oleh Raja Edgar sendiri sebagai pemimpin, Stein dan aku, juga Karl yang akan menyusul. Selain kami, ada juga para penyihir lain dan juga beberapa Kesatria yang berperan sebagai wakil pemimpin pasukan dan sayap kanan serta sayap kiri pasukan.Ada satu hal yang mengganjal pikiranku. “Kenapa Rissa sebagai seorang saintess tidak ada di sini?” tanyaku dalam hatiTidak berapa lama, Karl muncul dengan dirinya yang sudah bersih dan pakaiannya sudah diganti.“Karl, jelaskan situasinya,” perintah Raja kepada Karl.“Baik Yang Mulia. Ketika saya dan beberapa kesatria memantau lokasi tempat monster besok, ada satu hal yang kami ketahui. Banyak bayi monster yang baru lahir,” ucap Karl.“Apa?!”Seketika isi barak menjadi riuh karena mereka semua menjadi sangat khawatir.“Kenap
Begitu rapat dibubarkan, semua yang ada disitu keluar satu per satu. Namun, beberapa di antara mereka mengucapkan terimaksih dan memujiku sebelum mereka melangkah keluar.Sekarang, yang tertinggal hanyalah Aku, Raja Edgar, Karl, dan Steein.Karl berpindah dari tempat duduknya ke sebelahku. Dengan matanya yang berbinar, ia berkata, “Kamu hebat, Lissa. Bagaimana mungkin kamu bisa memikirkan semua hal itu dalam waktu singkat?”“Ahh … bukan apa-apa. Aku hanya kebetulan tahu,” jawabku dengan malu.Aku belum melihat Rissa sejak tiba di sini. Bahkan dalam rapat, sampai akhir ia juga tidak hadir. Jadi, setelah mengumpulkan keberanianku, aku bertanya kepada Raja Edgar. “Yang Mulia, apakah Saintess Rissa tidak ikut dalam rapat ini?”“Aku sudah menyuruh seseorang memanggilnya. Namun, katanya ia kelelahan karena naik kereta kuda dan menempuh perjalanan yang panjang. Jadi, ia butuh istir
“Hahh … hahh …”Aku menghela napas berat karena kelelahan. Tanpa memperhatikan tempatku, aku duduk di tanah yang sudah tercampur oleh lumpur dan darah dari monster. Bukan hanya aku, semua para kesatria dan penyihir juga terduduk di posisi mereka karena merasa sangat lelah. Hanya Raja Edgar yang masih berdiri tegak sambil memegang pedang yang berlumuran darah.“Apakah ia manusia? Ia benar-benar mengerikan,” batinku.Awalnya aku menyebut Raja Edgar sebagai Raja Tiran karena sifatnya yang keras dan tidak kenal ampun. Namun, setelah kejadian kali ini, aku merasa sebutan itu memang pantas untuknya mengingat bagaimana ia membunuh monster itu hanya dengan satu kali tebasan pedang.Tidak berapa lama, Steein datang menggunakan sihir teleportasinya.“Saya sudah memeriksa kalau semua monster sudah mati, Yang Mulia,” lapor Steein kepada Raja Edgar.“Ope
“Katakanlah,” balas Raja Edgar kepada Karl.“Baik, Yang Mulia. Tadi kami sempat memantau lokasi untuk pembasmian besok, dan berdasarkan yang kami amati, hanya ada sedikit monster di sana. Jadi, karena kondisi para kesatria banyak yang terluka dan tidak bisa melanjutkan pertempuran, hanya setengah pasukan saja yang akan pergi untuk pembasmian,” jelas Karl.“Apakah setengah prajurit itu cukup?” tanya Raja Edgar.“Saya bisa pastikan itu cukup, Yang Mulia,” balas Karl.Aku pikir laporan Karl sudah selesai, namun setelah ia kembali melirik ke arah kakiku, ia berkata dengan ragu-ragu. “Emm … apakah Lissa akan ikut ke pertempuran besok, Yang Mulia?”Pertanyaan yang dilontarkan Karl membuat tangan Raja Edgar sempat terhenti sebentar sewaktu ia sedang melilitkan perban di kakiku. Kemudian, setelah ia kembali melanjutkan gerakan tangannya, ia berkata, “Kakinya terluka, jad
Aku menelan ludah sebentar sebelum melanjutkan ucapanku. “Boleh aku minta perban dan peralatan lainnya? Kebetulan peralatan milikku sudah habis terpakai tadi malam.”Mereka sempat terdiam dan saling menatap selama beberapa detik. Kemudian, seperti jarum jam yang bergerak cepat seolah sedang mengejar ketinggalan yang sebelumnya, dengan terburu-buru, mereka menjawabku secara bersaut-sautan.“Tentu saja boleh, Lady.”“Benar, benar. Lady tadi malam sudah mengobati kami, jelas saja peralatan Lady habis.“Jangan sungkan jika Lady ingin meminta apa pun.”Beberapa kesatria lain, dengan gotong royong menumpukkan beberapa daun tepat di bawah pohon yang teduh. Kemudian setelah menepuk-nepuk daun itu untuk memastikan bahwa tempat itu nyaman ditempati, mereka berkata, “Silahkan duduk di sini, Lady.”Aku terpaku karena melihat sikap mereka yang seperti itu. Rasanya aneh dan canggung. Aku
Jantungku berdebar keras, karena tidak hanya dikejutkan oleh kehadiran Raja Edgar, tetapi juga karena dirinya yang datang dengan penampilan penuh darah. “Itu pasti bukan darahnya atau darah manusia, ‘kan? Semoga benar bahwa itu adalah darah monster,” batinku.“Saya menghadap Yang Mulia,” ucapku sambil menundukkan kepalaku..“Sekarang, kamu bahkan membuat pelatihan pengobatan di sini?” Itu adalah kalimat pertama yang Raja Edgar ucapkan begitu ia sampai.Aku menggaruk-garuk pipiku yang tidak gatal karena merasa bingung akan jawaban yang aman dan tidak menyalahi aturan karena telah melakukan sesuatu hal yang bukan ranahku.“Saya hanya memberitahu para kesatria cara menggunakan perban, Yang Mulia,” balasku sambil mengangkat kepalaku untuk melihat Raja Edgar.Aku merasa gugup ketiga Raja Edgar menatap langsung seolah-olah menyelam ke dalam bola mataku sebelum kemudian ia beralih untuk m